Sefti menatap Kakak Iparnya. Ia mengangguk canggung pada wanita itu. Ya, ia merasa canggung sebab Amira adalah guru baru di sekolahnya dan sekarang guru baru itu telah berganti status menjadi Kakak Iparnya
"Kata Kak Agam, kau suka membaca buku ya?" tanya Amira
"Iya Kak"
"Kalau Kakak boleh tahu, kau suka membaca buku tentang apa?"
"Hanya buku-buku novel remaja saja Kak"
"Oh..." pandangan Amira tertuju pada satu buku diatas meja "Boleh Kakak baca?"
"Silahkan Kak"
Amira meraih buku itu "Cintaku Terhalang Adat?" Amira lantas memandang wajah Adik Iparnya. Ia seakan mempertanyakan tentang isi dari buku itu
"Itu bercerita tentang cinta yang ditentang orang tua karena si wanita sudah mereka jodohkan dengan anak dari tokoh adat yang derajatnya sepadan dengan keluarga mereka Kak. Tapi dengan kerja keras dan kegigihan si laki-laki menunjukkan keseriusannya, akhirnya keluarga si wanita mengizinkan mereka menikah" jelas Sefti
"Menarik ya" Amira meletakkan buku tersebut dan mengambil satu lagi di tumpukan buku "Kalau yang ini?"
"Itu cerita tentang dua orang mantan yang akhirnya bertemu kembali setelah terpisah bertahun-tahun tapi dengan keadaan yang sudah berbeda. Dimana si wanita sudah memiliki putri, sedangkan si laki-aki masih melajang. Tapi dengan cerita yang panjang, akhirnya mereka juga tetap bisa bersatu"
"Kau benar-benar memahami isi ceritanya ya" puji Amira membuat Sefti tersipu
Agam cukup senang melihat interaksi antara istrinya dan adiknya. Mereka terlihat cukup cocok dan nyambung dalam obrolan mereka. Istrinya juga terlihat cukup bisa mengimbangi kepintaran adiknya dalam membaca
"Kalau yang itu..." tunjuk Amira pada buku lainnya yang ada diatas meja. Namun Sefti terlihat langsung menyimpannya dengan gerakan cepat
"Ini buku diary ku Kak"
"Maaf, Kakak tidak tahu"
"Tidak apa-apa Kak"
Agam mendekati istrinya saat melihat tidak ada lagi interaksi diantara istrinya dan adiknya "Mmm, aku ajak melihat kamar kita, mau?"
"Boleh Kak"
"Ayo" Agam bangkit lebih dulu dan mengulurkan tangan pada istrinya untuk membantunya berdiri, sekaligus untuk kembali bergandengan tangan "Sef, Kakak keluar dulu. Ingat, jangan terlalu banyak bermain ponsel"
"Siap Kak"
"Kakak keluar Dek" ucap Amira
"Iya Kak"
Sefti mengikuti langkah Kakak dan Iparnya hingga ke pintu kamar. Begitu sepasang suami istri itu pergi, ia lantas menutup pintu kamarnya kembali dan menguncinya. Amira dan Agam menghentikan langkah saat mendengar Sefti mengunci kamarnya. Keduanya saling pandang, seolah saling bertanya melalui tatapan mata. Namun beberapa detik selanjutnya, mereka kembali melanjutkan langkah menuju kamar Agam
Agam membuka pintu kamarnya hingga menampakkan isi kamar yang begitu luas dengan warna yang didominasi oleh warna abu-abu. Tampak cukup sederhana, tapi terlihat mewah karena warna hitam yang menghiasi beberapa bagian kamarnya
"Ayo masuk" ajak Agam yang lantas diikuti oleh Amira
"Kamar Kakak bagus"
"Ya, tapi selama ini belum terasa nyaman karena belum ada pendamping yang mengisi kekosongan. Tapi sekarang semuanya sudah lengkap. Kamar mewah, dengan wanita cantik yang kini sudah menjadi istri"
Wajah Amira memerah mendengar gombalan suaminya. Segala hal yang Agam lakukan membuat Amira kerap merasa tersipu, karena semua itu adalah hal pertama yang ia rasakan. Apalagi, hal pertama itu diberikan oleh suaminya sendiri
"Kau manis kalau malu-malu seperti itu Mir"
Wajah Amira tambah merah mendengar pujian suaminya. Sungguh, ia merasa culture shock berada di keluarga ini. Ia tidak pernah ber-ekspektasi jika keluarga ini akan se-harmonis ini. Mulai dari Mama Mertunya yang berbicara dengan intonasi keras, tapi ketika mereka berbicara saling berhadapan, ternyata Mama Mertuanya itu begitu amat baik. Silvia, wajahnya terlihat cukup garang dan terlihat sedikit sombong, tapi ternyata gadis itu sangat menghargainya. Agam juga sama, laki-laki itu terlihat cukup dingin, tapi ternyata dia adalah laki-laki yang cukup humoris. Kalau untuk Papa Lion dan Sefti, wajah mereka terlihat netral, tidak menunjukkan keberingasan seperti wajah Mama Diana, Silvia dan suaminya, Agam.
"Oh iya Mir, kita belum membicarakan masalah panggilan kita. Aku rasa, panggilan Kak yang kau sematkan padaku itu terkesan aneh, karena kau itu istriku bukan adikku" ucap Agam
"Lalu, aku harus memanggil apa Kak?"
"Sejujurnya, aku suka kalau dipanggil Mas. Terdengar lebih lembut dan cukup romantis untuk pasangan suami istri"
Amira mengangguk. Benar apa yang suaminya katakan, panggilan mereka memang terkesan sedikit canggung dan panggilan itu seakan menegaskan bahwa ereka benar-benar terlihat baru saling mengenal
"Nggih Mas"
Agam tersenyum saat istrinya langsung mempraktekkan untuk memanggilnya Mas "Terima kasih... Sayang..."
Amira mengangkat pandangan karena terkejut dengan panggilan Agam padanya. Namun ia kembali menunduk saat Agam juga balas menatapnya. Ia terlihat cukup salah tingkah karena Agam memandang cukup intens
"Kita mulai semuanya lebih dekat ya Mir. Kau memanggilku Mas dan aku memanggilmu Sayang. Lagipula, kita adalah suami istri, masa aku harus memanggil namamu, itu tidak terdengar romantis" ucap Agam "Bagaimana, tidak apa-apa 'kan kalau aku memanggilmu Sayang"
"Silahkan Mas"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
Baperrrr
2023-11-30
1
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
ya nda apa2 mas kalau mau manggil sayang 🥰
2023-11-23
1