Bab 16

Amira terganggu dari tidurnya saat merasakan sentuhan lembut yang menggerayangi wajahnya. Begitu membuka mata, tampak wajah suaminya yang menyambutnya dengan senyum teduh. Semburat merah muncul tanpa dapat Amira tahan saat teringat perbuatan berpahala yang tadi malam ia lakukan bersama suaminya

"Kenapa wajahmu memerah Sayang, apa kau alergi?" tanya Agam menggoda

"Mas..."

"Aku tidak menyangka istriku manis sekali"

"Mas, aku malu"

Agam tersenyum melihat istrinya yang kembali malu-malu. Tadi, setelah menyelesaikan Shalat subuh berjamaah, istrinya terlelap di pangkuannya, membuat Agam tak tega untuk membangunkan. Akhirnya, ia membiarkan saja istrinya yang kembali tidur, karena melihat wajah istrinya yang tampak begitu lesu

Amira menatap tampilan suaminya yang sudah sangat tampan "Mas sudah mandi?"

"Sudah tadi waktu istri Mas tidur"

"Kenapa tidak membangunkan?"

"Aku tidak tega Sayang, kau terlihat sangat lelap. Lagipula, itu hanya mandi dan aku bisa melakukannya sendiri"

"Tapi itu kewajibanku Mas..."

"Tidak apa-apa Sayang" Agam mengecup puncak kepala istrinya "Kau mau mandi sekarang atau nanti?"

"Sekarang"

"Baiklah"

Belum saja Amira berbicara lagi, Agam terlihat sudah masuk ke kamar mandi lebih dulu. Tidak lama, Agam kembali ke luar menemui istrinya dan membantunya menuju kamar mandi. Begitu tiba di pintu kamar mandi, Agam melepas istrinya untuk masuk seorang diri. Sedangkan Amira, wanita itu terlihat mengembangkan senyum saat melihat bak air yang sudah terisi penuh.

Rupanya, tadi suaminya telah menyiapkan perlengkapan mandi untuknya. Lagi-lagi ia merasa beruntung karena perlakuan suaminya yang begitu lembut. Tidak menunggu waktu lama, Amira lantas membersihkan tubuhnya dan keluar dari kamar mandi dengan mengenakan bathrobe. Ia langsung menuju lemari dan mengenakan gamis, lalu menyiapkan hijab panjang yang akan ia kenakan. Selepas itu, ia lantas menuju meja rias dan meraih hair dryer

"Kemari biar aku yang keringkan" pinta Agam

"Tidak perlu Mas, biar aku sendiri" tolak Amira tak enak hati

"Tidak apa-apa Sayang, kemarilah"

Dengan berat hati, Amira menyerahkan hair dryer ke tangan suaminya. Ia memandang suaminya yang terlihat sangat telaten mengeringkan rambut panjangnya dan jujur saja setiap perlakuan lembut suaminya membuat Amira terus saja merasa bahagia

"Sayang..."

"Ya Mas?"

"Rambutmu indah, jangan dipotong ya, Mas suka"

"Iya Mas"

Agam telah selesai dengan kegiatannya. Ia lantas melihat wajah istrinya dari pantulan cermin dengan menaruh dagunya di pundak sang istri. Jangan lupakan kedua tangannya yang sudah melingkar indah di perut rata istrinya

"Mas juga suka aroma sabun yang kau pakai" bisik Agam, karena lagi-lagi apa yang ada pada istrinya semuanya ia sukai

"Aku memakai sabun yang sama dengan sabun yang Mas pakai"

"Tapi baunya berbeda Sayang, ini jauh lebih harum"

Amira tersenyum malu mendengar pujian suaminya. Sungguh demi apapun, Amira tidak menyangka jika laki-laki ini bisa bersikap sangat romantis seperti ini. Jangan lupakan perlakuan suaminya tadi malam yang berhasil membuatnya terbang melayang. Mengingat adegan romantis mereka tadi malam, membuat pipi Amira kembali terasa panas

Tok... tok...

"Kenapa Buk?" tanya Agam begitu ia membuka pintu dan mendapati Mertuanya ada di depan kamar

"Kalian belum sarapan, ada apa, apa kalian tidak sehat?"

Agam tersenyum lembut. Rupanya, Ibu Mertuanya mengkhawatirkan dirinya dan sang istri karena mereka melewatkan sarapan pagi mereka "Tidak Buk, kami akan keluar sebentar lagi"

"Syukurlah kalau kalian baik-baik saja. Ibu hanya khawatir"

"Kami baik-baik saja Buk"

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***