"Jadi, bagaimana tentang ucapanmu tadi Boy, kau sungguh sungguh ingin menikahi Amira?" tanya Papa Lion
"Iya Pa. Aku ingin memperbaiki diri bersama Amira"
"Tapi Gam, menikah itu bukan hal yang sembarangan. Kalau kau hanya berniat memperbaiki diri dan membersamainya hanya untuk hitungan waktu, lebih baik jangan. Mama tidak mau kalau sampai kau menyakiti anak gadis orang lain. Apalagi Amira adalah putri Bu Mina satu-satunya"
"Tunggu dulu, Amira?" tanya Sefti. Ia seperti pernah mendengar nama itu "Tunggu... tunggu... jangan bilang kalau Amira yang Kak Agam maksud itu adalah Ibu Guru baru di sekolahku?"
"Iya, dia guru baru di sekolahmu" jawab Agam santai
"Itu artinya, yang tadi pagi Kakak lihat itu adalah Bu Amira?"
"Hm... sudah, diamlah dulu"
"Ish dasar menyebalkan"
Papa Lion kembali berfokus pada putranya "Jadi kau benar benar serius ingin bersama Amira?"
"Inshaa Allah iya, Pa"
"Baiklah, Papa akan menghubungi Gus Ahmed nanti"
"Terima kasih Pa"
*
Hari terus berlalu. Selama satu minggu lebih, Agam lebih banyak menghabiskan waktu di perusahaan. Bahkan, ia 'pun sudah kembali mendiami rumahnya sendiri yang jaraknya tidak begitu jauh dari perusahaan
Setumpuk berkas, dengan layar komputer adalah teman sehari hari bagi Agam. Karena memang selama ini ia selalu menghabiskan waktu di perusahaan. Ia akan menghabiskan waktu di luar saat Salsa mengajaknya. Namun kini, Salsa telah hilang bak ditelan bumi. Ya, wanita itu tidak lagi menampakkan dirinya setelah dirinya kepergok berselingkuh dari Agam
Tring... Tring... tring...
Agam melirik ponselnya yang berdering. Terpampang nama sang Papa di layar ponsel. Membuat Agam dengan segera menjawab panggilan
"Hallo Assalamu'alaikum Pa"
"Wa'alaikum salam. Datanglah ke rumah malam ini, Papa ada perlu"
"Papa ada perlu apa?"
"Datanglah Boy"
"Baiklah, malam ini aku pulang"
Agam meletakkan ponselnya kembali pada tempatnya begitu panggilan terputus. Ia kembali memfokuskan diri pada pekerjaannya. Hingga akhirnya waktu pulang telah tiba. Agam langsung melajukan mobinya membelah jalanan kota menuju kediaman kedua orang tuanya. Begitu tiba di sana, terlihat sebuah mobil asing yang terparkir dengan apik, membuat Agam sedikit bertanya tanya tentang siapa pemilik mobil tersebut
"Assalamu'alikum..."
"Wa'alaikum salam"
Agam sedikit bingung saat melihat kedua orang tuanya tampak berbincang santai bersama dengan dua orang asing yang terlihat bukan warga lokal. Mama Diana yang menyadari kebingungan putranya, akhirnya beranjak dan membawa putranya untuk ikut duduk
"Perkenalkan, ini adalah teman Papa, Gus Ahmed dan istrinya Rahsheda"
Agam menyalami dua orang itu bergantian. Namun pada wanita yang bernama Rahsheda itu, Agam memilih mengatupkan tangan didepan dada. Ia masih teringat dengan cara Amira menjawab salamnya tempo hari dengan cara itu, dan ia memilih menghormati wanita berhijab itu dengan cara yang sama
"Pa, mereka ini..."
"Ya, mereka adalah orang tua Amira yang datang langsung dari Turki saat Papa mengatakan niat baik Papa beberapa hari yang lalu"
Agam memandang dua orang itu dan mengangguk hormat. Keduanya juga membalas dengan senyum yang cukup ramah
"Abah sudah mendengar cerita Papamu, dan Abah akan coba berbicara dengan Amira dan Ibunya. Semoga saja, niat baik kalian akan mereka terima" ucap Abah Ahmed
"Aamiin Bah"
Mereka semua larut dalam obrolan santai. Banyak hal yang mereka bicarakan. Terutama antara Papa Lion dan abah Ahmed. Dua bersahabat itu tampak saling melepas rindu dan berbagi cerita. Menceritakan segala hal yang terjadi setelah kepergian Abah Ahmed ke Turki
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments