Bab 18

Akhir pekan, Agam dan Amira gunakan untuk mengunjungi kediaman keluarga Baskara. Sambutan heboh tentu saja mereka dapatkan dari Mama Diana. Ya, wanita itu benar-benar antusias setiap kali anak dan menantunya datang

"Ma... Amira ingin bertanya sesuatu katanya" ucap Agam

"Oh ya? Mau tanya apa Sayang, ayo tanya saja, pasti Mama jawab"

"Mmm aku akan ditugaskan untuk pertukaran guru ke daerah Lampung, tepatnya di Way Haru Ma. Aku ingin menanyakan sedikit tentang daerah itu agar bisa menyesuaikan diri dengan mudah nantinya"

"Sayang... kalian berdua ini anak-anak kota, Mama tidak yakin kalian akan betah tinggal di sana. Dengarkan Mama, daerah yang akan kalian kunjungi itu adalah salah satu daerah pedalaman yang ada di Lampung. Jaringan internet sangat susah di sana. Kompor untuk masak hanya ada di rumah-rumah orang kaya, sebab gas di sana harganya sangat mahal. Karena hanya untuk membeli gas saja, mereka harus berjuang mati-matian untuk mendapatkannya. Maka dari itu, kebanyakan warga di daerah itu menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar mereka"

Bukan Amira yang terkejut, tapi Agam. Ia terlihat membelalakkan mata saat mendengar penjelasan Mamanya. Bagaimana bisa ia hidup di daerah itu, sementara akses internet merupakan hal yang cukup ia perlukan. Karena setidaknya, ia ingin memantau perusahaannya dari sana

"Tapi, apa tidak ada akses internet sama sekali Ma?"

"Sepertinya ada, tapi hanya di tempat-tempat tertentu saja"

"Boy... kapan kalian tiba?" terlihat Papa Lion berjalan masuk dari pintu belakang

"Baru saja Pa" Agam lantas mencium punggung tangan Papanya, diikuti oleh Amira

"Tadi Papa dengar ada yang membicarakan Lampung, ada apa, apa kalian akan ke sana?"

"Iya Pa, Amira ditugaskan untuk mengajar di sana. Tepatnya di Way Haru"

Papa Lion memandang anak dan menntunya bergantian "Kalian yakin akan ke sana?"

"Kenapa tatapan Papa menyeramkan, apa tempat itu se-menyeramkan itu?"

"Bisa iya, bisa tidak"

"Maksud Papa?"

"Harga barang-barang di sana dua kali lipat dari harga barang di tempat biasa. Karena di sana sama sekali tidak ada pasar. Untuk membeli kebutuhan warung saja, warga sana harus keluar dulu ke pusat Kecamatan yang jarak tempuhnya kurang lebih tiga puluh menit, tapi itu kalau jalannya sedang lancar. Kalau jalannya sedang tidak baik, apalagi kalau musim penghujan, maka akan membutuhkan waktu kurang lebih satu jam setengah untuk mencapai pasar"

"Benar Ma?" tanya Agam tak percaya

"Hm... kondisi kehidupan di sana memang masih cukup memprihatinkan Nak"

Agam menggenggam tangan istrinya dan merangkulnya "Demi istriku, apapun akan aku lakukan Pa, Ma. Lagipula, aku tidak mungkin tega membiarkannya hidup seorang diri di sana"

"Baiklah kalau begitu, Mama akan telepon Alak Bian agar dia bisa membantu Akses kalian untuk ke Way Haru"

Agam mengangguk. Kini tatapannya tertuju pada sang Papa "Pa... bisa kita bicara sebentar?"

"Boleh"

"Tapi di ruang kerja"

"Baiklah"

Mama Diana kembali mengajak menantunya mengobrol dan membicarakan banyak hal. Baik tentang tempat yang nantinya akan anak dan menantunya kunjungi, atau tentang hal-hal lain yang berkaitan dengan hidup berumah tangga. Sedangkan di sisi lain, Papa Lion dan Agam telah duduk bersama di ruang kerja Papa Lion, tidak lupa, di sana juga sudah ada Silvia yang tampak masih kusut dengan setelan piyamanya. Ya, anak gadis itu baru saja bangun tidur karena Kakaknya yang membangunkan

"Jadi ada apa Boy, apa yang ingin kau bicarakan?"

"Seperti yang Papa tahu, aku akan ke Lampung dalam waktu yang mungkin sedikit lebih lama. Selama aku di Lampung, aku mungkin tidak bisa memantau perusahaan karena seperti yang Mama dan Papa katakan bahwa di sana tidak ada akses internet. Jadi, aku ingin meminta bantuan pada Papa dan Silvia untuk bisa mengelola perusahaanku selama aku pergi"

"What? Kak, kau yang benar saja. Aku ini seorang pelukis, tugasku itu memegang kuas dan melukis, bukan malah memegang pulpen dan duduk santai di meja mewah" tolak Silvia

"Kau pikir pekerjaan kantor itu santai? Lagipula ini tidak akan lama, hanya tiga bulan. Setelah itu, kau bisa kembali ke rutinitasmu sendiri"

"Tapi Kak..."

"Sudah, biar Papa yang meng-handle"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!