Bab 5

Agam kembali ke rumah saat waktu sudah sore. Ia lekas masuk untuk menemui Mamanya. Begitu masuk, aroma sambal khas yang Agam kenali memasuki indera penciumannya

"Mama masak tempoyak?" tanya Agam

"Iya, kiriman dari Nenekmu" Mama Diana kembali fokus pada masakannya. Ya, Mama diana memang asli keturunan Lampung Saibatin, yang akhirnya menikah dengan Papa Lion yang asli orang Jakarta

"Ada pandap-nya juga tidak?" tanya Agam, menanyakan makanan kesukaannya yang merupakan makanan khas daerah Pesisir Lampung, tempat asal Ibunya

"Ada di sana, tenang saja"

"Baiklah, kalau begitu aku mandi dulu Ma"

"Hm"

Agam lekas menuju kamarnya dan membersihkan diri. Begitu selesai, ia keluar dari kamar, dan melihat adik bungsunya yang baru pulang dengan membawa kantong belanjaan yang cukup besar. Jangan lupakan tas punggung gadis itu yang terlihat cukup besar, entah apa isinya

"Apa itu Sef?"

"Buku bacaan Kak"

"Novel lagi?"

"Hm... ada buku baru dari penulis kesukaanku, makanya aku beli banyak"

"Baiklah, langsung bersihkan diri, lalu makan malam" ujar Agam

"Siap Kak"

*

Agam menuju ruang keluarga, dimana Papanya tengah duduk dengan ponsel di tangannya. Agam lantas ikut duduk bersama Papanya sembari menunggu anggota keluarga yang lain bergabung untuk makan malam

"Pa..."

"Hm?"

"Papa bilang, panti asuhan ibu Mina yang kita jadi donatur tetap itu adalah milik teman Papa?" tanya Agam

Papa Lion menonaktifkan ponselnya, lalu melepas kaca matanya "Iya, memangnya kenapa?"

"Teman Papa itu memang memiliki putri ya?"

"Setahu Papa iya. Tapi putrinya tidak tinggal di Indonesia. Putrinya itu kuliah di Turki bersama teman Papa itu. Kenapa memangnya?"

"Kalau teman Papa dan putrinya hidup di Turki, lalu kenapa Ibu Mina ada di sini?" tampaknya Agam cukup penasaran

"Mereka sudah berpisah, tapi secara baik baik. Teman Papa meminta izin untuk berpoligami, tapi Ibu Mina lebih memilih cerai dari pada di madu. Tapi hubungan mereka masih cukup baik walaupun sudah bercerai, karena bagaimanapun keduanya ingin melengkapi kasih sayang mereka kepada putri mereka" jelas Papa Lion

"Amira..." ucap Agam, membuat Papa Lion mengernyit bingung "Nama anaknya Ibu Mina adalah Amira. Dia baru pulang dari Turki satu minggu yang lalu, dan sekarang mengajar di sekolahan Sefti"

"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Papa Lion penasaran

"Tadi aku ke panti, dan bertemu dengan Amira" senyum Agam merekah saat teringat pertemuannya dengan Amira tadi. Wajah cantik Amira masih sangat jelas tercetak dalam ingatannya "Ehem... kalau Papa berkenan, sepertinya aku ingin menikahi Amira Pa"

"Apa?" terdengar suara Mama Diana yang terkejut "Siapa tadi, Amira? Siapa dia, kenapa Mama tidak tahu, dan tiba tiba putra Mama ingin menikahinya?"

"Dia anaknya Ibu Mina Ma, pemilik panti asuhan Kasih Bunda" ucap Papa Lion "Sudah, jangan diperpanjang dulu. Lebih baik kita makan malam dulu, nanti kita lanjutkan lagi"

Papa Lion beranjak dari duduknya. Ia tahu kalau pembicaraan ini dilanjutkan maka akan memakan waktu yang lama. Maka dari itu ia memutuskan untuk makan malam terlebih dahulu, baru akan melanjutkan pembicaraan ini nanti

Meja makan telah dipenuhi dengan makanan. Di setiap kursi 'pun sudah terisi dengan seluruh keluarga Baskara. Mereka lantas menyantap makan malam dengan tenang. Apalagi menu makan malam kali ini adalah menu yang cukup jarang mereka makan. Karena menu kali ini adalah makanan khas Lampung yang di kirim langsung dari tempat asalnya

"Bagaimana masakan Mama, enak 'kan?" tanya Mama Diana, begitu mereka menyelesaikan makan malam

"Terbantu dengan menu makanan yang memang enak Ma" ucap Silvia

"Enak saja, biarpun bahan makanannya memang enak, kalau cara pengolahannya salah tetap saja tidak akan enak" sungut Mama Diana

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***