Pernikahan adalah wujud paling nyata dari sebuah keseriusan. Tepat hari ini, acara pernikahan sederhana antara Agam dan Amira akhirnya dilaksanakan. Tidak ada pesta dan tidak ada hiburan, karena semua ini atas permintaan dari Amira sendiri. Mereka hanya menikah secara sederhana di panti asuhan, dengan beberapa orang tetangga yang menjadi tamunya
"Saya terima nikah dan kawinnya Amira Medina Binti Ahmed Yusuf dengan maskawin satu buah rumah dibayar tunai"
"Bagaimana saksi, sah?"
"Sah"
Semua orang mengucap syukur begitu pernikahan itu di-sah 'kan. Tidak lama, Amira dibantu oleh Ibu Mina keluar dari bilik yang memisahkan mereka dari tempat ijab qabul dilakukan. Seketika itu pula, Agam tak mampu menahan laju air matanya saat melihat Amira yang berjalan kearahnya. Entahlah, keharuan seketika menyeruak begitu saja dalam dadanya, membuatnya tak kuasa menahan air mata
Amira dibantu Ibu Mina untuk duduk di samping Agam. Lalu ia diarahkan untuk mencium tangan suaminya yang langsung ia turuti. Untuk pertama kalinya, ia memberanikan diri untuk melihat wajah laki laki yang sekarang menjadi suaminya dengan jarak yang dekat. Mata yang memancarkan keteduhan dan senyum yang penuh ketulusan membuat segenap hati Amira merasa bahwa pilihannya untuk menerima Agam adalah keputusan yang tepat
"Silahkan dicium istrinya, Mas Agam" ucap penghulu mengintruksi
Agam memandang lekat wajah istrinya. Kedua tangannya terangkat untuk memegang rahang sang istri, lalu ia bawa kepala istrinya untuk semakin dekat. Hingga akhirnya ciuman pertama di dahi Amira menjadi penanda bersatunya keduanya. Agam lantas menyematkan cincin pernikahan mereka di jari manis Amira, lalu bergantian dengan Amira yang menyematkan cincin di jari manis Agam
*
Amira dan Agam berdiri dan menyambut ucapan selamat dari para tetangga dan anak-anak panti yang hadir. Do'a yang terucap dari mereka semua tentu membuat Agam dan Amira mengaminkan. Hingga akhirnya, beberapa saat berlalu, acara pernikahan sederhana itu 'pun berakhir
"Agam..." Abah Ahmed mendekat pada menantunya
"Iya Abah"
"Kau sudah menjadi anakku setelah kau mengucapkan qabul atas putriku dihadapanku"
"Terima kasih Abah" Agam mengangguk
"Kau meminta putriku secara baik baik dihadapanku dan keluargamu. Maka aku mohon, tepati janjimu untuk membahagiakannya. Jika nanti tidak ada lagi cinta di hatimu untuknya, maka kembalikan dia pada Abah atau Ibunya dengan cara yang baik pula, sebagaimana Abah pernah mengembalikan Ibu Mertuamu dengan cara yang baik" Abah Ahmed menunduk, menyembunyikan matanya yang sudah berair "Tapi Abah harap, segala apa yang pernah Abah perbuat pada Ibu Mina tidak akan pernah dirasakan oleh Amira"
Ya, Abah Ahmed cukup sadar bahwa segala yang ia perbuat pada Ibu Mina bukanlah sesuatu yang baik. Tapi setidaknya, semua masalah mereka terselesaikan dengan cara yang baik dan Abah Ahmed telah mengembalikan Ibu Mina pada keluarganya dengan cara yang baik pula. Ia berharap, pernikahan putrinya akan dipenuhi kebahagiaan layaknya pernikahan sahabatnya, Lion dan Diana.
"Pasti Abah. Aku pasti akan membahagiakan Amira. Aku berjanji untuk tidak pernah membuatnya menangis dalam kesedihan. Tapi aku akan buat dia merasa terharu atas setiap kebahagiaan" jawab Agam pasti
"Abah percaya padamu"
Ummi Rahsheda mendekatkan tubuhnya pada sang suami, lalu memandang suami dari putri sambungnya "Ummi tidak bisa berbahasa dengan baik. Tapi Ummi berdo'a agar penikahan kalian bahagia"
"Aamiin, terima kasih Ummi"
Ummi Rahsheda beralih mendekati Amira dan memeluknya dengan erat. Baginya, tidak dibenci oleh anak dari suaminya adalah sesuatu yang sangat membahagiakan. Oleh karena itu, ia tidak pernah membedakan Amira dengan anak-anaknya yang lain
"Doğum günün kutlu olsun kızım" ucap Ummi Rahsheda
"Teşekkür ederim Ummi"
"Kakak Ipar..." sapa Silvia, terlihat ia berjalan mendekat bersama Sefti, membuat Ummi Rahsheda mundur, dan memberi tempat untuk keduanya mendekat pada Amira
"Ibu..." sapa Sefti pada Amira dengan canggung
Mendengar adiknya menyapa Amira dengan panggilan Ibu, membuat Silvia menyenggol lengan sang adik "Dia bukan madunya Mama, tapi Kakak Ipar kita"
"Ya 'kan aku masih belum terbiasa Kak"
"Biasakan mulai sekarang. Lihatlah Mama di sana" tunjuk Silvia pada Mama Diana yang menatap mereka tidak bersahabat "Tidak mendengar ucapanmu saja, Mama sudah menatap kita seperti itu. Coba bayangkan kalau dia mendengar ucapanmu tadi"
Sefti melihat arah tunjuk sang Kakak. Benar saja, Mama Diana memandang mereka dengan tatapan tak bersahabat seperti biasa. Sebenarnya, itu bukanlah sebuah tatapan tak bersahabat, hanya saja, wajah Mama Diana yang memiliki garis asli Sumatra, membuat wajahnya selalu terlihat garang dalam segala situasi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
semoga tidak ada masalah dipernikahan Agam dan Amira🥰
2023-11-22
1