Widura benar-benar merindukan momen indah seperti saat ini. Saat ia bisa berkumpul bersama ayah dan adiknya.
Widura berjanji tidak akan membiarkan keduanya kembali mati. Ia akan melindungi semuanya. Tidak ada yang boleh melukai mereka.
'Langit akan menjadi saksi bahwa tidak seorangpun ku biarkan hidup jika berani melukai darah dagingku,'
Satu hari penuh mereka habiskan bersama, namun masih terasa singkat. Waktu terasa berjalan begitu cepat dan berlalu tanpa terasa.
"Besok kita akan berkeliling Kota Ampera," ajak Anas kepada kedua putranya itu. Ia benar-benar ingin menghabiskan hari-hari senggangnya bersama Widura dan Lintang.
"Benarkah??" tanya Lintang dengan begitu semangat. Lintang sebelumnya tidak pernah Kota Ampera, barang tentu begitu semangat saat di ajak pergi ke sana.
Jika ini kehidupan pertama Widura mungkin ia akan sangat bersemangat seperti Lintang saat ini.
Widura begitu mencintai ayah dan adiknya. Sehingga ia juga menunjukan raut wajah berseri senang.
***
Keesokan harinya Kota Ampera.
Widura beraama ayah dan adiknya sekarang sedang berkeliling Kota Ampera. Sama seperti kehidupan pertamanya, tempat pertama yang mereka datangi adalah pusat perbelanjaan yang menjual pakaian dan jubah.
Anas membelikan sepasang jubah yang sama untuk Widura dan Lintang. Jubah yang memiliki perpaduan warna hijau dan hitam benar-benar nampak begitu mengangumkan.
"Ini sangat bagus ayah, apalagi aku memiliki warna yang sama dengan kak Widura," ucap Lintang dengan begitu gembira.
Widura hanya tersenyum lembut mendengar hal itu. Ia benar-benar merasa begitu tentram saat melihat dua orang yang paling ia sayang kini sedang tersenyum ceria di hadapannya.
Tidak ada kebahagian yang begitu ia dambakan, selain melihat dua orang di hadapannya saat ini gembira dan bahagia.
Setelah dari toko pakaian dan jubah, mereka berjalan memasuki toko persenjataan. Toko itu nampak cukup mewah.
Toko Senjata Tajam, itulah nama dari toko persenjataan itu.
Widura melihat jika senjata yang di sediakan oleh toko Senjata Tajam itu memiliki berbagai macam senjata.
Mulai dari senjata biasa, senjata kelas tinggi, dan senjata pusaka. Khusus senjata pusaka hanya ada beberapa senjata saja. Di Kota Ampera hanya ada satu senjata pusaka yang saat ini berada di tangan Tuan Kota.
Senjata pusaka itu berbentuk sebuah tombak yang di balut dengan emas mengkilat. Tombak beranak seperti itulah nama dari pusaka itu. Di katakan senjata itu memiliki roh penunggunya.
Di katakan jika masih ada dua lagi senjata pusaka yang hilang yaitu Tombak Trisula dan keris garuda perak.
Kedua senjata pusaka itu konon katanya lebih hebat dari tombak beranak milik Tuan Kota.
Konon katanya dua senjata itu di miliki oleh dua orang pendekar pilih tanding yang sudah mencapai tingkatkan pendekar langit gerbang 10.
Salah satu dari mereka di katakan adalah pendiri Kota Ampera. Konon ceritanya pendiri Kota Ampera adalah pemilik dari keris garuda perak.
Kekuatan dari keris garuda perak benar-benar di katakan begitu hebat. Bahkan konon ceritanya mampu menghancurkan sebuah peradaban besar di masa lalu.
Roh yang berada di dalam keris garuda perak itu adalah seekor burung garuda yang memiliki badan manusia dan memiliki sayap perak di punggungnya, serta memiliki kekuatan yang sangat dahsyat.
Di kehidupan pertamanya Widura sudah mencari keberadaan dari keris garuda perak, namun ia tidak pernah dapat menemukannya. Bahkan tombak Trisula saja tidak juga dapat ia miliki.
Tombak Trisula sama misteriusnya dengan keris garuda emas. Tidak ada yang tahu seberapa hebat pusaka ini, namun menurut legenda kekuatan hampir sama besar dengan keris garuda perak.
Senjata yang di sediakan oleh toko Senjata Tajam tidak ada yang membuat Widura tertarik, namun karena menghargai sang ayah, Widura mengambil satu bilah pedang kecil yang ia letakak di bagian pinggangnya.
Sementara itu Lintang memilih sebilah pedang panjang yang memiliki mata pedang bak paruh elang.
"Kalian memilih senjata yang bagus nak," puji Anas kepada Widura dan Lintang sambil tersenyum lembut.
"Terima kasih ayah," ucap Widura dan Lintang bersamaan.
"Ayah terbaik!!" Lintang memberikan jempolnya kepada Anas.
Setelah dari toko persenjataan, mereka berjalan memasuki kedai makanan yang besar.
Widura, Lintang, dan Anas ayahnya begitu menikmati hidangan yang di sajikan kedai makanan cepat saji itu. Tidak ada yang berbicara saat sedang. Memang adab yang di ajarkan dan di tanamkan oleh Anas sejak kecil adalah tidak berbicara saat mulut penuh dan mengunyah.
"Ayah, setelah dari kedai apakah kita akan kembali ke desa?" tanya Lintang setelah selesai makan.
"Emm, kita akan kembali ke desa, mungkin lain waktu kita akan kembali berkeliling Kota Ampera," jawab Anas sambil tersenyum lembut mengelus pucuk rambut Lintang.
"Ayah sayang kalian berdua, berlatihlah dengan giat, ayah yakin kalian akan menjadi pendekar hebat di masa depan nanti," Anas kembali mengelus pucuk rambut Lintang dan juga Widura. Ia benar-benar menginginkan kebersamaan seperti ini. Keharmonisan sebuah keluarga, Anas bahkan pernah ingin mundur dari posisi ketua, karena terlalu sibuk dengan urusan keluarga Lentera sehingga tidak memiliki waktu bersama kedua putranya, namun Argadana tidak menghendaki hal itu. Menurut Argadana hanya Anas yang pantas menduduki posisi ketua keluarga Lentera saat ini.
"Ya sudah ayok kita pulang," ajak Anas kepada kedua putranya itu.
***
Seminggu berlalu sejak mereka berkeliling Kota Ampera. Sekarang Anas sudah kembali di sibukkan dengan rutinitasnya sebagai ketua keluarga Lentera. Lintang juga sudah kembali berlatih di bawah bimbingan Argadana yang menyandang pahlawan Kota Ampera.
"Baiklah aku akan kembali mempelajari kitab bersampul merah hari ini,"
Widura saat ini sudah berjalan menuju bukit belakang desa Pasmah. Saat di perjalanan ia kembali berpapasan dengan Adnan dan anak buahnya. Kali ini Adnan datang membawa lima orang anak buahnya.
"Kali ini kau datang dengan orang yang lebih banyak??" sapa Widura sambil berdiri tegap di hadapan Adnan.
"Kali ini kau tidak akan lolos sampah!!" ucap Adnan dengan nada bicara yang begitu percaya diri akan kemampuan anak buahnya.
Widura dapat memprediksi jika kemampuan anak buah yang di bawah oleh Adnan memiliki kemampuan paling tinggi pendekar madya gerbang 1.
"Kau percaya diri dengan anak buahmu itu?" tanya Widura dengan senyum penuh arti.
"Haha, aku ingin lihat apa senyummu itu masih ada ketika wajahmu itu ku buat hancur," ancam Adnan.
"Apa kau memiliki kemampuan untuk melakukan hal itu?"Widura melemparkan pertanyaan bodoh untuk memancing emosi Adnan.
Benar saja emosi Adnan langsung melonjak naik. Wajahnya memerah karena terlalu menahan emosi dan kemarahnnya.
Widura yang melihat jika pancingannya berhasil hanya tersenyum tipis. Widura yang sudah memiliki pola pikir orang dewasa yang sudah mengarungi jagad persilatan, tentu sangat mudah untuk memancing emosi remaja tanggung seperti Adnan saat ini.
"Kalian semua, serang dia!! Buat dia bertekuk lutut meminta ampun kepadaku!!!" perintah Adnan yang langsung di ikuti dengan orang-orangnya bergerak menyerang Widura.
"Aku sudah menduga hal ini akan terjadi,"
***
**Note:
Keris Garuda Perak itu saya ilustrasi kan seperti Keris Palembang. Konon kayanya keris palembang memang di huni oleh mahkluk magis (Halus) di dalamnya.
Tombak Trisula tetap dengan namanya yaitu tombak Trisula...
Dua Senjata itu adalah senjata tradisional asal Sumatra Selatan**.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 419 Episodes
Comments
Deki Marsoni
iyo punyo wong kito👍👍👍
2024-02-01
0
Iron Mustapa
😄
2023-12-05
0
Panglimo Desrianto
mantap Thor bagus pakai nama dan daerah kita sendiri di dlm ceritanya
2023-08-03
0