Widura memilih beristirahat di kediamannya. Sebelumnya Widura sudah mengetahui jika Sukma Ayu akan tinggal bersama Pramesti.
Widura baru terbangun ketika panas matahari sekaan mampu menembus atap rumahnya, "Hari ini benar-benar sangat panas," Widura menyeka keringat di keningnya dan segera berdiri, lalu berjalan ke belakang halaman rumahnya.
Di sana Widura melihat seorang pemuda nampak sedang berlatih ilmu pedang. Widura memperhatikan pemuda itu dengan baik.
"Kau sungguh berbakat dalam ilmu pedang Lintang," Widura berjalan mendekati Lintang.
Lintang yang menyadari Widura berjalan menuju ke arahnya langsung menghentikan latihanya.
"Kak Widura sudah bangun," sapa Lintang kepada kakak semata wayangnya itu.
"Kau sungguh berbakat Lintang," puji Widura.
"Aku akan memberikanmu jurus pedang yang cocok dengan dirimu," Widura mengambil pedang di tangan Lintang, "Sekarang perhatikan baik-baik,"
Widura mulai menunjukan gerakan yang sebuah permainan pedang. Jurus pedang yang di peragakan adalah jurus Tarian Pedang Kuncana. Salah satu jurus pedang terbaik yang ada di daratan Java Dwipa dalam beberapa tahun ke depan.
Lintang begitu terpukau melihat permainan pedang dari Widura, sampai di lupa untuk menghapal dan mengingat semua jurus pedang itu.
"Apa kau mengingat semuanya?" tanya Widura.
"Hmm coba kak Widura ulangi sekali lagi," pinta Lintang dengan memasang wajah memelas.
"Baiklah, kau harus memperhatikan dengan baik," Widura mulai kembali memperagakan jurus Tarian Pedang Kuncana.
Kali ini Lintang memperhatikan semuanya dengan baik, tanpa melewatkan barang satu gerakanpun.
Lintang mengingat semua jurus yang di peragakan oleh Widura. Lintang memang di anugrahi mata yang tajam dan ingatan yang kuat. Seandainya Lintang bertahan hidup di kehidupan pertamanya, mungkin saja Lintang akan berdiri di puncak jagad dunia persilatan.
"Apakah kau bisa memperagakannya?" tanya Widura kepada Lintang yang langsung di balas anggukan oleh Lintang.
Lintang mengambil pedangnya dan mulai memperagakan semua yang ia lihat barusan. Gerakan Lintang masih terlihat kaku dan masih ada beberapa kesalahan yang di lakukan oleh Lintang, tapi itu hal lumrah untuk seseorang yang baru belajar.
"Kau belajar dengan cepat Lintang," puji Widura. Sambil menunjukan beberapa kesalahan yang di lakukan oleh Lintang.
Lintang menyarungkan kembali pedangnya, "Ini semua berkat dirimu kak," ucap Lintang lirih.
"Ya sudah sekarang beristirahatlah, bukankah besok kau masih akan berlatih dengan kakek?" seru Widura kepada Lintang.
"Iya kak,"
Widura langsung berjalan meninggalkan Lintang yang saat ini mulai memasuki bilik pribadinya. Widura berjalan menyusuri desa Pasmah, namun ia tidak menemukan keberadaan Sukma Ayu.
Widura lantas mencari Sukma Ayu di kediaman Pramesti, namun ia juga tetap tidak menemukan Sukma Ayu di sana.
"Bibi Pramesti pasti membawa Sukma Ayu ke Kota Ampera, dia sudah benar-benar gila," umpat Widura keras dan berjalan cepat meninggalkan desa Pasmah. Widura berjalan menyusuri jalan setapak yang biasa di gunakan oleh Pramesti jika ingin pergi ke Kota Ampera. Jalan ini sangat jarang di gunakan oleh penduduk desa Pasmah bahkan sudah hampir tidak ada lagi yang ingin menggunakan jalan ini, kecuali Pramesti yang sangat senang melewati jalan setapak ini.
***
Kawanan laki-laki bercaping hitam itu sudah sepakat untuk menyerang Pramesti secara bersamaan.
Pramesti tidak merasa gentar sedikitpun melihat kawanan laki-laki bercaping itu mulai bergerak ke arahnya.
"Ayu, mundurlah sedikit!! Aku akan menghadapi mereka semua dengan cepat," ucap Pramesti dengan senyum congkak khas dirinya saat bertarung.
Pramesti langsung menarik kipas yang selalu terselip di pinggulnya. Kipas itu bukanlah kipas biasa. Kipas yang berada di tangan Pramesti adalah kitab jarum beracun.
Pramesti langsung mengibaskan kipasnya nampak tiga jarum racun melesat cepat ke arah kawanan laki-laki bercaping hitam itu. Beruntung mereka cepat menghindar, jika tidak maka tubuh mereka akan terbujur kaku selama beberapa jam saja.
"Jarum yang ada di balik kipas itu sangat berbahaya, maka berhati-hatilah jangan sampai kalian tertusuk oleh jarum itu," perintah pemimpin dari kawanan laki-laki bercaping itu, "Jika kalian tertusuk, maka detik itu juga kalian akan mati tanpa bisa melakukan perlawanan,"
Mereka semua mengangguk mengerti dan mulai menarik pedang kecil di pinggang mereka.
"Kalian pikir dapat mengalahkanku dengan mainan kecil itu," ejek Pramesti sambil kembali mengayunkan kipasnya yang kembali mengeluarkan tiga jarum beracun.
Tiga jarum beracun itu bergerak sangat cepat ke arah kawanan laki-laki bercaping itu. Kali ini gerakan jarum itu lebih cepat dan satu dari tiga jarum itu berhasil mendarat di tubuh kawanan laki-laki bercaping hitam itu.
Seseorang yang terkena jarum beracun itu langsung ambruk karena seluruh tubuhnya terasa membeku seketika. Semua yang melihat hal itu hanya bisa bergedik ngeri.
"Majulah, akan ku lenyapkan bandit-bandit kurang ajar seperti kalian,"
"Jarum Racun Ilusi Cinta Pertama"
Sepuluh jarum melesat dan meliuk-liuk di udara menghindar musuhnya. Tidak seperti jarum-jarum sebelumnya. Jarum kali ini seperti memiliki mata dan akal, ia akan tetap mengejar musuhnya. Jadi sebelum jarum itu tertancap di tubuh seseorang, maka ia tidak akan pernah berhenti terbang dan meliuk-liuk di udara.
Kawanan laki-laki bercaping itu mulai panik. Mereka bergerak cepat menghindari jarum beracun milik Pramesti. Tidak ada yang berharap terkena jarum itu, apalagi setelah melihat epek dari jarum beracun, tidak ada yang berharap terkena serangan itu.
"Haha, aku akan pastikan kalian akan mati di tempat, semuanya!!!" teriak Pramesti yang terdengar begitu mengerikan.
Beberapa menit kemudian sepuluh orang ambruk dan terkapar. Sepuluh orang itu sedang berjuang melawan maut. Mereka sekarang dalam kendali ilusi yang dapat membunuh mereka secara berlahan jika tidak segera di obati.
Sekarang hanya menyisakan tiga orang saja di pihak lawan. Salah satu dari mereka berada di tingkatan pendekar raja gerbang 10, sementara dua orang di belakangnya hanya seorang pendekar madya gerbang 9.
"Kau sudah salah memilih mangsa, seharusnya kau sadar diri dengan kekuatanmu itu," ucap Pramesti sambil terus memainkan kipasnya yang membuat lawannya merinding ketakutan.
"Bedebah, akan ku buat kau membayar segalanya... Kau akan membayar mahal dengan nyawamu,"
Pramesti hanya tertawa kecil mendengar ucapan laki-laki itu. Pramesti bergerak mengibaskan kipasnya dan melayangnya tiga jarum perak yang memiliki racun tinggi menuju ke arah laki-laki itu.
Pramesti memilih menyimpan kipasnya dan menarik sebilah pedang yang berada di punggungnya. Ia mulai bergerak cepat menyerang musuhnya. Pedang yang di gunakan oleh Pramesti bertujuan sebagai pengalihan, agar lawan melupakan keberadaan tiga jarum perak beracun miliknya.
"Kau akan mati hari ini wanita jal*ang," teriak laki-laki itu.
"Kau terlalu banyak bicara, sementara kemampuanmu begitu rendah, sungguh menyedihkan!!" ejek Pramesti yang langsung melengsek cepat menyerang lawannya.
Beberapa menit berlalu, keduanya sudah bertukar puluhan jurus, namun belum ada yang terluka. Seni pedang bukanlah keahlian utama Pramesti, hal itulah yang membuat lawannya kali ini dapat mengimbangi dirinya.
"Apakah hanya itu kemampuan dari pendekar bumi?" ejek laki-laki itu.
"Haha tentu saja tidak, tapi lihatlah jarum di belakangmu sudah sangat dekat loh..."
Laki-laki itu dengan spontan berbalik arah ke belakang. Dan sedetik kemudian jarum perak itu tertancap tepat di bagian dadanya.
"Kau sangat bodoh!!"
Pramesti berjalan mendekati laki-laki itu, namun sebuah suara menghentikan langkahnya.
"Berhenti!! Berikan penawarnya kepada kami atau nyawa gadis ini akan melayang!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 419 Episodes
Comments
Yorfinn
jemp
2023-09-27
0
Mang Aif
kitab # kipas
2023-04-08
0
Imet Armis
wow
2023-03-02
0