Tahanan Sekolah

Lucia mendongakkan kepala menatap dingin Gavin yang seketika terdorong mundur karena takut melihat ekspresi ibunya. Wajah Lucia begitu pucat, matanya terlihat beku tanpa ekspresi apa pun. Selanjutnya, Lucia bangkit berdiri sambil tersenyum keji dan melangkah pelan dengan segenggam pisau yang diarahkan ke wajah anaknya.

“Apa kau mau mati seperti papamu?” ancam Lucia seraya menodongkan ujung pisau ke leher Gavin.

Gavin menjelangar, napasnya sesak tiba-tiba, dan tubuhnya sulit digerakkan. Bagaimana tidak, seorang ibu yang sangat menyayanginya berubah menjadi sosok mengerikan sedang berdiri dengan menjulurkan ujung pisau ke lehernya. 

“Mah, aku Gavin anakmu, Mah!” ucapnya mencoba mengingatkan sang ibu, namun nahas, ujung pisau mulai mengenai lehernya, menciptakan setitik luka.

Sekuat tenaga Gavin mencoba untuk menggerakkan tubuhnya yang kaku. Lamat-lamat, napasnya semakin sesak hingga membuatnya sulit berbicara. Tubuhnya bergetar keras dengan keringat yang semakin deras membasahinya tatkala ujung pisau semakin dalam menancap, hampir menutup jalan napasnya. Nyawa Gavin berada di ujung tanduk. Namun, ia masih bertahan dengan sisa-sisa tenaga agar terbebas dari kematian meskipun peluangnya sangat tipis.

Lucia yang gelap mata semakin menjadi-jadi, ia menekan ujung pisau hingga terdengar suara retak dari tulang kerongkongan anak semata wayangnya. Tak ada rasa bersalah, tak ada rasa kasihan, dan tak ada lagi nyawa di tubuh anaknya. Selesai, Gavin tewas dengan pisau yang menembus lehernya. Setelahnya, Lucia berdebar-debar, bukan lantaran ia menyesali perbuatannya, melainkan ia sendiri bingung mengapa suami dan anaknya bisa tewas? Lucia bolak-balik melirik keduanya. Mata yang tadinya membelalak, kini menyipit menatap fokus suaminya yang mati telungkup. 

“Mengapa aku kejam begini?” tanyanya bingung. 

Ia menggaruk-garuk kepala seraya memandangi jasad anak dan suaminya secara bergantian. Sebenarnya di dalam hati Lucia menyimpan kemelut yang sulit dijelaskan. Akan tetapi, ia tidak mau menuruti perasaan itu. Yang paling mengganggu hati dan pikirannya adalah pertanyaan: Ada apa sebenarnya, dan mengapa?

Banyak hal yang ingin dia tanyakan, tetapi anak dan suaminya diam saja. Lucia tahu, keduanya bukan tidak mau menjawab, hanya saja keduanya tidak bisa lagi berbicara. Ia pun Bingung lagi, garuk-garuk kepala lagi, berpikir lagi. 

Kesal tak ada jawaban, ia kemudian melangkah pelan meninggalkan kamar, berjalan ke arah dapur lalu mengambil botol minuman dan menuangkannya ke dalam gelas, namun bukan untuk diminumnya. Ia membawanya ke kamar, duduk bersandar di sebelah anaknya yang tergeletak di lantai. Dipandangi wajah anaknya yang pucat membiru dengan bola mata yang menonjol hampir keluar, kemudian ia siram wajah anaknya dengan air dan mengusapnya dengan lembut.

“Gavin, maafkan Mama!” ucapnya lirih seraya menarik pisau dari leher sang anak.

Sret!

Bersamaan dengan itu, Lucia menggorok lehernya sendiri sampai mulutnya megap-megap seperti ikan di darat sebelum akhirnya ia mengembuskan napas terakhir dengan mata melotot dan mulut menganga. Mengerikan!

...****************...

Beberapa hari kemudian, kabar tentang kematian Gavin dan keluarganya menguap ke permukaan, membuat heboh lapisan masyarakat yang masih belum kering membahas kanibalisme yang terjadi sebelumnya. Seperti biasanya, berbagai opini terus bermunculan dan banyak yang mengaitkan kejadian keduanya pada hal-hal klinik. Namun, berkali-kali pula pihak berwenang menyangkalnya. 

Begitu pun di sekolah tempat Mawar menuntut ilmu, kematian tragis Gavin mengguncang semua penghuni sekolah menciptakan gelombang spekulasi yang tak habis-habisnya menjadi topik utama. Berbagai rumor pun mulai merebak, mengaitkan kematian tersebut dengan sosok Mawar. 

Salah satunya tentang kemungkinan adanya keterlibatan Mawar dalam kematian Gavin. Beberapa siswa yang melihat Gavin bersama Mawar beberapa hari sebelumnya menjadi faktor kecurigaan. 

Seiring dengan beredarnya gosip tersebut, suasana di sekolah menjadi tegang, dan ketakutan meluas di kalangan siswa dan para guru. Mawar, bagaimanapun tetap bungkam dan tak memberikan penjelasan apa pun terkait insiden tersebut. 

“Mawar Merah, ikut Ibu ke ruang BP!” ucap seorang guru perempuan bertubuh gemuk yang tiba-tiba berdiri di lawang pintu kelas.

Mawar mengangguk dan berdiri. Semua murid memandang sinis ke arahnya, namun Mawar acuh tak acuh menanggapinya. Ia melenggang dengan ekspresi datar mengikuti sang guru.

“Hei, lu anak IPS, mestinya lu bersyukur ditolak cewek itu,” celetuk seorang siswa bertubuh kurus.

Siswa yang dipanggil anak IPS itu tak lain adalah Irvan yang sebelumnya ditolak mentah-mentah oleh Mawar.

Irvan menelan salivanya dengan kasar lalu berkata, “Gila, sampai detik ini gue masih gak nyangka tuh cewek begitu mengerikan.”

“Makanya jadi cowok tuh jangan cuma lihat cewek dari fisiknya,” seru siswa bermata besar mengingatkan.

“Basi! Bukannya lu juga naksir dia, kan? Sampai lu dimarahin nyokap lu karena ngelubangin sabun mandi,” sindir siswa berwajah tak mendorong.

“Ha-ha-ha!” kelakar tawa dari semua siswa di dalam kelas.

“Apaan sih lu? Nyesel gue cerita sama lu,” geram siswa bermata besar.

“Sudah, sudah! Gue yakin tuh cewek bakal didepak dari sekolah kita,” kata Irvan menengahi.

“Udah gue ingetin sama kalian semua, hati-hati sama Mawar. Pada gak percaya sih … mampus kan tuh si Gavin, tapi gue harap, lu semua mati juga, ha-ha!” kelakar Violetta dengan ekspresi puas.

“Diam lu! Bilang aja lu iri sama kecantikan si Mawar, apalagi dadanya itu loh ... Wow!” ejek siswa bermata besar.

Semua siswa terbahak-bahak menertawakan Violetta.

...****************...

Mawar menyeimbangkan langkah kaki mengikuti langkah sang guru di depannya. Ketegangan tampak terlukis dari wajah penuh lemak sang guru yang tergesa memasuki ruang BP. Ruangan yang kini menjadi panggung konfrontasi yang mencekam.

Tatapan dingin dari beberapa guru melabraknya begitu guru gemuk dan Mawar memasuki ruangan, seolah persidangan akan segera dimulai.

Suara pintu berderit saat tertutup, mengisyaratkan awal dari persidangan yang menegangkan. Kehadiran Mawar di tengah para guru memicu suasana tegang yang membeku. Di antara para guru yang membeku, terdapat seorang guru brewok yang memberikan aura menakutkan.

“Duduklah!” desis sang guru brewok sambil menunjuk kursi yang berada di tengah-tengah para guru.

Mawar menuruti perintah dengan ekspresi datar dan menatap para guru yang serius memandangnya.

Benar saja, ruangan BP menjadi arena ketegangan yang melingkupi para guru seperti bayang-bayang misterius yang tengah mengintai. Atmosfer di ruangan membuat jantung para guru berdetak cepat, seolah-olah setiap napas yang diembuskan membawa tekanan lebih besar.

Para guru duduk seperti hakim yang menanti keputusan terhadap seorang terdakwa, Mawar Merah.

Satu per satu, pertanyaan dilemparkan ke arah Mawar seperti anak panah yang meluncur cepat ke arah jantung. Kendatipun begitu, Mawar tidak terbawa suasana, ia menjawab tanpa menyisakan keraguan di setiap kata yang diucapkannya. Namun, meski lugas dan tanpa cela, kata-katanya terombang-ambing di lautan ketidakpercayaan yang mendalam dari semua guru yang menginterogasinya.

Para guru tampak begitu tegang, bahkan ketika Mawar mencoba merinci kronologis kejadian tanpa menunjukkan kecenderungan apa pun. Wajah para guru terlihat tidak puas dengan pernyataan dari Mawar.

Pada akhirnya, suara bulat para guru bersatu, menyuarakan keputusan keras. Mawar dijatuhi hukuman menjadi tahanan sekolah, yang mana setiap aktivitasnya dipantau ketat oleh para guru. Setiap harinya ia harus melapor kepada guru. Meskipun demikian, Mawar tidak mempermasalahkannya. Ia menerima keputusan tersebut dengan lapang dada.

Terpopuler

Comments

Kardi Kardi

Kardi Kardi

tidak ada bukti, kenapa harus di sidanggg

2024-08-17

1

Fitri nur Jannatin

Fitri nur Jannatin

ngeri banget bacanya

2024-08-12

1

Rere Sativa

Rere Sativa

aku suka baca part yang ini☺

2024-01-09

2

lihat semua
Episodes
1 Kegemparan
2 Tragedi Kelam
3 Brutal
4 Penyembuhan
5 Pelatihan I
6 Pelatihan II
7 Pati Geni
8 Akhir dari Ritual Puasa
9 Meninggalkan Hutan
10 Perjalanan
11 Rumah
12 Keputusan Kepala Sekolah
13 Sekolah Baru
14 Ujang dan Brama 1
15 Ujang dan Brama 2
16 Target Berikutnya
17 Teror Gadis Bergaun Merah
18 Ranjang Berdarah
19 Tahanan Sekolah
20 Keisengan Mawar
21 Kecam Malam
22 Penunggu Rumah Kosong
23 Hantu Sekolah
24 Tamu Misterius
25 Perjalanan Wisata
26 Rencana Kejam
27 Sang Bunga
28 Sintaksis Cinta
29 Bukit Petir 1
30 Bukit Petir 2
31 Romansa Darah
32 Ungkapan Cinta
33 Kepergian
34 Kelopak Darah
35 Mawar Berkabung
36 Metrolink - Sisi Gelap Dunia Bisnis
37 Siapa Pria Itu?
38 Ikut Mati Denganku!
39 Lapisan Mimpi Buruk
40 Code Dress: Black
41 Black Evil
42 Penculikan
43 Kuasa Kegelapan
44 Giovani Comro
45 Penampilan Elegan
46 Siasat
47 Nasib Risol
48 Tatap Mata Mawar
49 Penarikan Aset
50 Gedung Tua
51 Konfrontasi
52 Tarian Cinta Merpati Liar
53 Mengurai Misteri
54 Pemukiman Penyihir
55 Pertarungan Malam
56 Kunti Resident
57 Bukit Ketan
58 Meresahkan
59 Tiba di Kota Lama
60 Kelam Malam
61 Operasi Malam - I
62 Operasi Malam - II
63 Akhir Operasi Malam
64 Hutan Derita
65 Derita Clarissa
66 Pelarian
67 Kemelut Kota
68 Intrik
69 Membantai Penyusup
70 Penyelamatan
71 Membersihkan Jalan
72 Uji Kemampuan
73 Sosok Peneror
74 Pergi
75 Toko Bunga
76 Perampokan
77 Wanita Bergaun Merah
78 Adrian
79 Rose Petals Boutique & Black Coffee
80 Tabir yang Terungkap
81 Titik Balik
82 Resto
83 Penyerahan Aset
84 Karisma Sang Pemimpin
85 Hidangan Istimewa
86 Ungkapan Hati
87 Perangkap Hotel Mewah
88 Duel Penyihir
89 Pulang
90 Secuil Rasa Tercurah
91 Pengumuman Rahasia
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Kegemparan
2
Tragedi Kelam
3
Brutal
4
Penyembuhan
5
Pelatihan I
6
Pelatihan II
7
Pati Geni
8
Akhir dari Ritual Puasa
9
Meninggalkan Hutan
10
Perjalanan
11
Rumah
12
Keputusan Kepala Sekolah
13
Sekolah Baru
14
Ujang dan Brama 1
15
Ujang dan Brama 2
16
Target Berikutnya
17
Teror Gadis Bergaun Merah
18
Ranjang Berdarah
19
Tahanan Sekolah
20
Keisengan Mawar
21
Kecam Malam
22
Penunggu Rumah Kosong
23
Hantu Sekolah
24
Tamu Misterius
25
Perjalanan Wisata
26
Rencana Kejam
27
Sang Bunga
28
Sintaksis Cinta
29
Bukit Petir 1
30
Bukit Petir 2
31
Romansa Darah
32
Ungkapan Cinta
33
Kepergian
34
Kelopak Darah
35
Mawar Berkabung
36
Metrolink - Sisi Gelap Dunia Bisnis
37
Siapa Pria Itu?
38
Ikut Mati Denganku!
39
Lapisan Mimpi Buruk
40
Code Dress: Black
41
Black Evil
42
Penculikan
43
Kuasa Kegelapan
44
Giovani Comro
45
Penampilan Elegan
46
Siasat
47
Nasib Risol
48
Tatap Mata Mawar
49
Penarikan Aset
50
Gedung Tua
51
Konfrontasi
52
Tarian Cinta Merpati Liar
53
Mengurai Misteri
54
Pemukiman Penyihir
55
Pertarungan Malam
56
Kunti Resident
57
Bukit Ketan
58
Meresahkan
59
Tiba di Kota Lama
60
Kelam Malam
61
Operasi Malam - I
62
Operasi Malam - II
63
Akhir Operasi Malam
64
Hutan Derita
65
Derita Clarissa
66
Pelarian
67
Kemelut Kota
68
Intrik
69
Membantai Penyusup
70
Penyelamatan
71
Membersihkan Jalan
72
Uji Kemampuan
73
Sosok Peneror
74
Pergi
75
Toko Bunga
76
Perampokan
77
Wanita Bergaun Merah
78
Adrian
79
Rose Petals Boutique & Black Coffee
80
Tabir yang Terungkap
81
Titik Balik
82
Resto
83
Penyerahan Aset
84
Karisma Sang Pemimpin
85
Hidangan Istimewa
86
Ungkapan Hati
87
Perangkap Hotel Mewah
88
Duel Penyihir
89
Pulang
90
Secuil Rasa Tercurah
91
Pengumuman Rahasia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!