Ujang dan Brama 1

Ujang Hihid sebenarnya belum mencapai umur 40 tahun, tetapi setelah memasuki dunia hitam, wajahnya dipenuhi oleh garis tak beraturan dari luka yang didapatkannya selama menggeluti profesi sebagai pembunuh bayaran. Meskipun demikian, tubuhnya masih terlihat kekar dan jika diperhatikan secara teliti, Ujang Hihid merupakan pria yang cukup tampan. 

Kehidupan sehari-harinya tidak jauh dari alkohol dan wanita. Ia yang merupakan seorang spesialis dalam organisasi pembunuh bayaran, hanya bekerja sesuai dengan keahliannya. Tidak pernah sekalipun ia mengubah haluan pekerjaannya, karena baginya, menjadi pembunuh bayaran adalah ladang yang sangat menguntungkan. Bayaran sekali aksi bisa menghidupinya selama setahun penuh, menjadikannya tak perlu repot-repot dengan pekerjaan lain.

Ia pun tidak terikat oleh urusan keluarga. Satu-satunya benang merah kehidupan keluarganya adalah seorang anak laki-laki hasil dari hubungannya dengan salah satu gundik langganannya. 

Kini, setelah terakhir kali ia mendapatkan perintah membunuh sepasang pengusaha properti ternama, Ujang lebih sering menghabiskan waktunya di dalam rumah. Menikmati hasil sampai menerima panggilan tugas.

Ujang yang tengah asyik mencekik botol minuman dikejutkan dengan suara motor anaknya yang baru pulang dari sekolah. 

“Brengsek, gua jual juga itu motor!” geram Ujang yang langsung melemparkan botol ke arah pintu.

Suara botol pecah dari dalam rumah berhasil membuat Mawar menyeringai dingin. Ia kemudian menatap Brama dengan tatapan penuh tanya.

“Bokap gue emang gitu kelakuannya. Dibawa santai aja,” ujar Brama yang sedikit tidak nyaman.

Brama membuka pintu dan langsung menarik tangan Mawar, membawanya masuk ke dalam rumah, mencoba meredakan ketegangan yang menggelayut.

“Ganti cewek lagi, lu, Bram,” celetuk Ujang tanpa ampun begitu melihat Mawar yang masih asing baginya.

Brama mendengus lirih, merasa canggung, lalu berkata, “Brama anak baik, Beh.”

Namun, Ujang tak berhenti sampai di situ. “Hilih, jangan ngeles lu, Bram. Eh tapi, cakep juga cewek baru lu.” 

Ujang bangkit lalu menyodorkan tangan ke arah Mawar. Akan tetapi, Mawar enggan menyambutnya. Ia memilih bersembunyi di belakang punggung Brama.

“Nggak apa-apa. Sambut aja!” pinta Brama sambil menarik Mawar.

“Sudah, biarkan saja … mending lu bawa cewek lu ke kamar. Jangan lupa pake helm, biar ga bunting. Ha-ha!” ejek Ujang dengan nada sinis, membuat suasana menjadi tidak nyaman.

“Jangan didengar omongan babeh gue. Bercanda aja dia,” kata Brama dengan nada memelas, khawatir jika Mawar akan tersinggung dan memutuskan untuk pulang.

Namun Mawar hanya diam saja tanpa ekspresi, menyimpan segala perasaan dan reaksi di dalam hatinya.

“Beh, jaga omongannya! Brama udah berubah jadi anak baik, kok, Beh.”

“Baik kata lu …? Eh, Bocah, sudah berapa anak gadis yang menggugurkan kandungan karena kelakuan lu? Enak aja lu ngomong baik. Lu kira semua itu siapa yang bayar kalau bukan gue, babeh lu.”

“Sabar dong, Beh, jangan ngegas gitu. Brama ajak Mawar ke sini ada tujuan mulia, Beh. Dia mau berterima kasih sama Babeh karena dulu pernah nolongin Mawar.”

“Lah …! Kapan itu?” Ujang menatap Mawar penuh selidik, mendekatkan wajahnya mengendus Mawar yang menatapnya penuh arti.

Begitu Ujang mendengus, semerbak mawar merasuki indra penciumannya. Seolah menjadi anjing yang mencari makanan di tempat sampah, ia mendengus dengan penuh nafsu, mencoba meraih aroma mawar yang tercium begitu kuat dari tubuh sang gadis. Namun, sesuatu yang aneh terletak pada reaksi tubuh Ujang yang bertolak belakang dengan aroma mawar yang seharusnya memikat.

Wajah Ujang berubah menjadi kaku sejenak, matanya memperlihatkan kebingungan dan ketidaknyamanan. Ia menciumnya seperti mencium bau bangkai yang sangat busuk. Tubuhnya secara naluriah bergidik, merasakan kengerian yang sulit dipahami. Beberapa saat kemudian, ia kembali fokus mengamati Mawar.

“Gue gak ingat siapa lu, dan gue gak pernah merasa pernah menolong lu ataupun memakai lu,” kata Ujang dengan nada tegas, mencoba merangkai ingatannya yang berkabut.

Mawar dengan sikap dinginnya, menjawab, “Tidak masalah, Pak. Saya ke sini untuk mengganti uang yang pernah Bapak kasih.” 

Tanpa ragu, Mawar merogoh saku lalu memberikan beberapa lembar pecahan merah ke tangan Ujang.

“Banyak betul. Sepertinya lu anak orang kaya?” Ujang semringah melihat uang yang diterimanya.

“Kalau begitu, saya permisi dulu.” Mawar langsung berbalik pergi tanpa memedulikan keberadaan Brama yang terdiam melihat tingkah bapaknya yang berubah cepat ketika berurusan dengan uang.

Beberapa detik kemudian, Brama tersadar dan keluar menyusul Mawar. Namun, ketika ia mencari keberadaan Mawar, gadis itu sudah menghilang tanpa jejak. 

“Ke mana dia? Cepat banget menghilang!” gumam Brama, memutar tubuhnya mencari Mawar, namun ia tak menemukan jejak gadis itu di sekitarnya.

“Kenapa lu, Bram?” tanya Ujang, merasa kasihan melihat Brama yang lesu memasuki rumah.

“Gara-gara Babeh, dia jadi pergi. Padahal Brama pengen nyicipin dia, Beh.”

“Ha-ha! Tadi lu bilang udah jadi anak baik, tahunya masih busuk juga kelakuan lu.”

“Strategi, Beh.”

“Mending lu porotin tuh cewek. Kan lumayan buat jajan lu, Bram.”

“Itu udah Brama rencanakan, Beh.”

“Bagus, itu baru anak gue.”

Malam hari, dentuman irama musik memecah kesunyian di dalam rumah yang dipenuhi bau minuman keras. Suasana gelap dan meriah diwarnai oleh dua gadis yang meliuk-liuk dalam tarian tak senonoh di depan kedua pria lintas generasi, Ujang dan Brama. Keduanya duduk sambil menenggak minuman seraya menggoyangkan kepala, terhanyut dalam alunan musik yang memabukkan.

“Kalau tiap malam bisa begini, gue bakal bahagia banget jadi anak lu, Beh,” celetuk Brama, terkekeh dalam suasana yang begitu panas.

“Makanya lu harus pinter cari duit,” sahut Ujang yang langsung berdiri dan ikut bergoyang dengan kedua gadis sewaannya, menambah kegilaan malam ayah dan anak tersebut.

“Bram, lu bawa nih cewek ke kamar lu!” imbuhnya seraya mendorong tubuh seorang gadis ke arah Brama, mengisyaratkan kesenangan malam yang harus mencapai puncaknya.

“Siap, Beh,” kata Brama langsung menangkap tubuh si gadis yang tersungkur ke arahnya.

Ia kemudian membawa si gadis ke kamarnya yang berantakan, dan begitu pintu tertutup, suasana semakin panas, Brama mencium si gadis dengan penuh napsu. Lenguhan demi lenguhan terdengar syahdu dari keduanya. 

“Bang, aku bersihkan dulu keringatku, biar permainan kita lebih asyik,” kata si gadis setelah melepaskan diri dari pergumulan, memberikan sentuhan tambahan kegilaan malam.

“Nanti saja,” sungut Brama tidak ingin menggantungkan kenikmatan malamnya.

Gadis itu tersenyum seraya mengedipkan sebelah matanya dan bergegas meninggalkan Brama, meninggalkan kenikmatan yang menggelayut di pikiran sang remaja.

“Sialan!” sungut Brama. Ia akhirnya membiarkan si gadis keluar dari kamarnya.

Sementara di ruang tengah, Ujang terlibat dalam pergumulan intens dengan gadis yang berada di bawah tubuhnya. Lengan keduanya bertautan, dan lenguhan panjang mereka memenuhi ruangan, harmonis dengan dentuman musik yang merudapaksa keheningan malam.

“Gila, sudah berkali-kali kita melakukannya, punya lu masih sempit aja, Neni. Lu pakai apa sih?” tanya Ujang sambil meningkatkan intensitasnya, membenamkan diri dalam sensasi surgawi.

“Cuma rutin minum jamu aja, Bang. Awas aja kalau Abang keluar duluan, bayarannya harus dua kali lipat!” jawab Neni sambil terus melenguh, menikmati olah tubuh mereka yang memacu.

Terpopuler

Comments

neng ade

neng ade

ayah dan anak sama2 bejad nya

2025-01-06

0

neng ade

neng ade

disini nama2 tokoh nya bikin ngakak padahal cerita nya tegang 😂

2025-01-05

1

Dulkarim Muda

Dulkarim Muda

brama dulang

2025-01-05

0

lihat semua
Episodes
1 Kegemparan
2 Tragedi Kelam
3 Brutal
4 Penyembuhan
5 Pelatihan I
6 Pelatihan II
7 Pati Geni
8 Akhir dari Ritual Puasa
9 Meninggalkan Hutan
10 Perjalanan
11 Rumah
12 Keputusan Kepala Sekolah
13 Sekolah Baru
14 Ujang dan Brama 1
15 Ujang dan Brama 2
16 Target Berikutnya
17 Teror Gadis Bergaun Merah
18 Ranjang Berdarah
19 Tahanan Sekolah
20 Keisengan Mawar
21 Kecam Malam
22 Penunggu Rumah Kosong
23 Hantu Sekolah
24 Tamu Misterius
25 Perjalanan Wisata
26 Rencana Kejam
27 Sang Bunga
28 Sintaksis Cinta
29 Bukit Petir 1
30 Bukit Petir 2
31 Romansa Darah
32 Ungkapan Cinta
33 Kepergian
34 Kelopak Darah
35 Mawar Berkabung
36 Metrolink - Sisi Gelap Dunia Bisnis
37 Siapa Pria Itu?
38 Ikut Mati Denganku!
39 Lapisan Mimpi Buruk
40 Code Dress: Black
41 Black Evil
42 Penculikan
43 Kuasa Kegelapan
44 Giovani Comro
45 Penampilan Elegan
46 Siasat
47 Nasib Risol
48 Tatap Mata Mawar
49 Penarikan Aset
50 Gedung Tua
51 Konfrontasi
52 Tarian Cinta Merpati Liar
53 Mengurai Misteri
54 Pemukiman Penyihir
55 Pertarungan Malam
56 Kunti Resident
57 Bukit Ketan
58 Meresahkan
59 Tiba di Kota Lama
60 Kelam Malam
61 Operasi Malam - I
62 Operasi Malam - II
63 Akhir Operasi Malam
64 Hutan Derita
65 Derita Clarissa
66 Pelarian
67 Kemelut Kota
68 Intrik
69 Membantai Penyusup
70 Penyelamatan
71 Membersihkan Jalan
72 Uji Kemampuan
73 Sosok Peneror
74 Pergi
75 Toko Bunga
76 Perampokan
77 Wanita Bergaun Merah
78 Adrian
79 Rose Petals Boutique & Black Coffee
80 Tabir yang Terungkap
81 Titik Balik
82 Resto
83 Penyerahan Aset
84 Karisma Sang Pemimpin
85 Hidangan Istimewa
86 Ungkapan Hati
87 Perangkap Hotel Mewah
88 Duel Penyihir
89 Pulang
90 Secuil Rasa Tercurah
91 Pengumuman Rahasia
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Kegemparan
2
Tragedi Kelam
3
Brutal
4
Penyembuhan
5
Pelatihan I
6
Pelatihan II
7
Pati Geni
8
Akhir dari Ritual Puasa
9
Meninggalkan Hutan
10
Perjalanan
11
Rumah
12
Keputusan Kepala Sekolah
13
Sekolah Baru
14
Ujang dan Brama 1
15
Ujang dan Brama 2
16
Target Berikutnya
17
Teror Gadis Bergaun Merah
18
Ranjang Berdarah
19
Tahanan Sekolah
20
Keisengan Mawar
21
Kecam Malam
22
Penunggu Rumah Kosong
23
Hantu Sekolah
24
Tamu Misterius
25
Perjalanan Wisata
26
Rencana Kejam
27
Sang Bunga
28
Sintaksis Cinta
29
Bukit Petir 1
30
Bukit Petir 2
31
Romansa Darah
32
Ungkapan Cinta
33
Kepergian
34
Kelopak Darah
35
Mawar Berkabung
36
Metrolink - Sisi Gelap Dunia Bisnis
37
Siapa Pria Itu?
38
Ikut Mati Denganku!
39
Lapisan Mimpi Buruk
40
Code Dress: Black
41
Black Evil
42
Penculikan
43
Kuasa Kegelapan
44
Giovani Comro
45
Penampilan Elegan
46
Siasat
47
Nasib Risol
48
Tatap Mata Mawar
49
Penarikan Aset
50
Gedung Tua
51
Konfrontasi
52
Tarian Cinta Merpati Liar
53
Mengurai Misteri
54
Pemukiman Penyihir
55
Pertarungan Malam
56
Kunti Resident
57
Bukit Ketan
58
Meresahkan
59
Tiba di Kota Lama
60
Kelam Malam
61
Operasi Malam - I
62
Operasi Malam - II
63
Akhir Operasi Malam
64
Hutan Derita
65
Derita Clarissa
66
Pelarian
67
Kemelut Kota
68
Intrik
69
Membantai Penyusup
70
Penyelamatan
71
Membersihkan Jalan
72
Uji Kemampuan
73
Sosok Peneror
74
Pergi
75
Toko Bunga
76
Perampokan
77
Wanita Bergaun Merah
78
Adrian
79
Rose Petals Boutique & Black Coffee
80
Tabir yang Terungkap
81
Titik Balik
82
Resto
83
Penyerahan Aset
84
Karisma Sang Pemimpin
85
Hidangan Istimewa
86
Ungkapan Hati
87
Perangkap Hotel Mewah
88
Duel Penyihir
89
Pulang
90
Secuil Rasa Tercurah
91
Pengumuman Rahasia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!