Akhir dari Ritual Puasa

Keduanya terus melangkah di kedalaman hutan hingga sampai pada suatu tempat seperti gua dalam bentuk lingkaran penuh. hampir menyerupai lubang ular, namun memiliki diameter yang lebih besar.

Keduanya melangkah masuk menyusuri gelapnya lorong itu hingga sang bunda menghentikan langkahnya di depan sebuah lubang seluas 1 meter dengan kedalaman 1 meter pula. Cukup untuk satu tubuh dalam posisi duduk.

“Mawar, kamu akan bermeditasi di dalam lubang itu.” Bunda Wulan mengarahkan jari telunjuk ke arah depannya. 

Mawar yang tidak dapat melihat lubang di depannya karena gelap, melangkah hati-hati mengikuti arah telunjuk dari sang bunda. Ia kemudian duduk dalam posisi bersila di tengah lubang.

“Apa kamu siap?” tanya Bunda Wulan dengan tatapan serius.

“Aku siap,” jawab Mawar dengan yakin.

“Puasa yang terakhir ini akan lebih sulit dari sebelumnya. Bertahanlah!”

Bunda Wulan mengambil sebatang bambu yang telah dipapas bagian sekatnya, kemudian menyodorkannya kepada Mawar.

“Gigitlah! Bambu itu akan menjadi jalanmu untuk bernapas,” pinta sang bunda.

Mawar, tanpa ragu menggigit bambu tersebut dengan keras. Bersiap menerima timbunan tanah.

Setelah memastikan bahwa gadis itu sudah siap, Bunda Wulan bergerak ke arah lain untuk mengambil sekop yang telah disiapkannya. Dengan cekatan, dia mulai menarik gundukan tanah ke arah lubang, bekerja dengan cepat hingga lubang tanah menjadi rata.

Setelah menyelesaikannya, Bunda Wulan perlahan melangkah pergi, meninggalkan Mawar yang terkubur.

Terkubur dalam gelap, Mawar merasakan sakit yang merayap di seluruh tubuhnya karena harus memikul beban tanah yang begitu berat. Tambahan kesulitan datang dari posisi bambu yang tidak simetris dengan mulutnya, membuatnya kesulitan bernapas, bahkan bibirnya tergores serat bambu yang digigitnya. Raut wajahnya meringis menahan rasa sakit dan ketidaknyamanan yang dialaminya.

Semakin lama, Mawar merasa rasa sakit yang menyiksa tubuhnya perlahan-lahan menghilang, hingga akhirnya, ia tidak bisa merasakan tubuhnya yang mati rasa sepenuhnya. Keadaan ini membuat Mawar merasa heran dan menjelangar dengan kondisi yang tak dapat dirasakannya. Tanpa diduga, dia tiba-tiba berada di suatu tempat yang sangat misterius, dikelilingi oleh gelap yang menyelimuti dan aura mistis yang kental. 

"Tempat apa ini? Mengapa aku berada di sini?" Mawar bergumam tanpa henti, pandangannya nanar mencoba memahami area di sekitarnya.

Di tengah kegelapan, sosok-sosok menyeramkan mulai menampakkan diri dengan berbagai bentuk yang membuat bulu kuduk Mawar berdiri. Beberapa di antaranya memiliki wajah yang hancur, diselimuti belatung, kedua mata yang membusuk, atau bahkan sebagian tubuh mereka telah hilang, seperti kehilangan sebelah tangan atau kaki. Setiap sosok yang muncul membawa aura kegelapan dan kehancuran, menciptakan suasana yang begitu mencekam dan menyeramkan. Mawar terpaku, terhanyut dalam pemandangan yang penuh dengan kengerian dan begitu menakutkan.

Di tengah kumpulan makhluk gaib yang menyeramkan, terdapat satu sosok yang memikat perhatian Mawar. Seorang pria tampan dengan wajah pucat tanpa ekspresi, sedang mendongakkan wajahnya ke arah yang tidak terlihat oleh Mawar. Tertarik dan penuh rasa ingin tahu, Mawar memutuskan untuk mendekati sosok tampan tersebut.

Namun, begitu Mawar mendekat, pria itu tiba-tiba menurunkan wajahnya, menyimpulkan pandangan yang mengguncang pikiran Mawar. Wajah yang sebelumnya tampak tampan dan utuh kini hancur berkeping-keping; kulit serta daging di wajahnya mulai berjatuhan. 

Mawar tercekam dan terpelangak, menatap pemandangan yang menakutkan di depannya. Pria itu seperti manifestasi dari kengerian dan kehancuran, menghantui Mawar dengan penampakan yang sangat mengerikan.

Pria menyeramkan itu tiba-tiba saja meraih leher Mawar dengan keras, mencekiknya tanpa ampun. Tangannya yang dingin dan kejam menyumbat pernapasan Mawar, membuatnya merasakan siksaan yang tak terbayangkan. Tubuh Mawar terangkat tinggi, seolah-olah dikuasai oleh kekuatan tak kasat mata yang mengerikan.

Mawar yang tercekik meronta kesakitan, matanya menonjol serta lidahnya menjulur keluar. Wajahnya berubah warna, membiru, mencerminkan penderitaan yang dialaminya. 

Dalam keadaan yang teramat menyiksa, Mawar berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari cengkraman maut sang pria. Akan tetapi, usahanya terasa sia-sia, dan rasa putus asa melandanya saat ia menyadari bahwa ia berada dalam cengkeraman makhluk gaib yang kejam.

Dalam keheningan misterius yang hanya dipecah oleh suara deritan makhluk gaib, sekelompok entitas gelap muncul begitu cepat di sekitar Mawar. Dengan gerakan ganas dan tanpa belas kasihan, makhluk-makhluk itu menyerang tanpa ampun. Tubuh Mawar ditarik ke berbagai arah, dan serangan mereka yang kejam menciptakan suara retakan dan sobekan yang mengerikan di tengah kegelapan.

Suara deritan menyatu dengan teriakan histeris Mawar, menciptakan simfoni rasa sakit yang melampaui batas manusiawi. Dentuman keras terdengar saat tubuh Mawar dicabik-cabik oleh makhluk-makhluk tak kasat mata. Darah mistis mengalir deras, menciptakan coretan abadi di kanvas kegelapan ini. 

Mawar terombang-ambing dalam siksaan tanpa akhir, terjerat dalam pusaran penderitaan yang tak terlukiskan. Di tengah kehancuran dan rintihan, dunia gaib menyaksikan pemandangan yang mencekam dan tragis.

Hingga akhirnya, Mawar tak sadarkan diri mendapatkan perlakuan tersebut. Tidak lama setelahnya, ia kembali tersadar dan mulai merasakan keberadaan makhluk tak kasat mata yang berdiri di depannya secara nyata meski hanya bayangan yang terlintas dari kedua matanya yang tertutupi tanah. 

Mawar mencoba mengabaikan keberadaannya dengan terus memusatkan pikiran. Namun, sang makhluk itu mulai menggerakkan tangan membelai pipi Mawar dengan lembut, membuat konsentrasi Mawar mulai terganggu. 

Tak lama kemudian, ia merasakan sentuhan halus di bibirnya, membukanya secara perlahan dan penuh kelembutan.

Mawar tak kuasa untuk menahan bibirnya yang terkatup. Perlakuan lembut yang dirasakannya mulai membuka celah dari kedua bibirnya. 

Secara tidak sadar, Mawar membalas perlakuan yang dirasakannya. Ia memagut sentuhan lembut tersebut dengan penuh perasaan, menyesuaikan setiap gerakan yang melilit dan masuk ke dalam rongga mulutnya. 

Sayup-sayup terdengar lenguhan halus dari makhluk yang sedang membuainya ke dalam kenikmatan yang tengah terjadi. 

Tubuh Mawar seperti terdorong ke dinding lembap, merasakan kontras antara kehangatan dan dinginnya tanah yang menyelimuti dirinya. 

Sosok mengerikan itu tanpa ampun membuka rahangnya yang lebar, lalu dengan gerakan yang ganas dan tajam, menggigit kepala Mawar dengan satu hentakan kuat. Serangan mengerikan itu membuat Mawar kehilangan kesadaran sekali lagi, terperosok dalam kegelapan yang tak dapat dipahami.

Kejadian yang mengerikan itu tidak berhenti begitu saja. Mawar terus mengalami serangan brutal yang berulang-ulang, seperti siksaan yang tak berkesudahan di dalam kuburnya. Setiap kali ia terbangun, sosok mengerikan tersebut selalu hadir untuk menyiksanya kembali. 

Hari-hari yang penuh dengan teror dan penderitaan mengiringi Mawar hingga mencapai akhir dari prosesi puasanya di dalam kubur yang kelam.

Bunda Wulan datang dengan membawa harapan yang dipercayakan kepada Mawar. Dengan hati-hati, ia menggali tanah tempat Mawar dikuburkannya.

Sang bunda merasa bersyukur dan sedikit iba ketika melihat wajah Mawar yang penuh rasa takut, namun masih bernapas dengan seulas harapan yang tersisa. 

Dengan penuh kehati-hatian, Bunda Wulan menarik tubuh Mawar yang kurus kerempeng keluar dari lubang tanah. Setiap gerakannya dilakukan dengan penuh kelembutan, seolah ingin meredakan ketakutan yang menggelayut di hati sang gadis.

Setelah berhasil menarik Mawar ke permukaan tanah, Bunda Wulan memanggul tubuh yang lemah itu dengan penuh kehati-hatian. 

Langkahnya mantap menuju rumah, membawa beban berharga yang berhasil melewati ujian keras. 

Ia merencanakan untuk memberikan perawatan terbaik bagi Mawar, mungkin bisa meredakan traumanya dan memulihkan kondisi fisik yang terpapar ujian mistis itu. 

Suasana hening mewarnai langkah Bunda Wulan, sementara Mawar yang terbungkus oleh kegelapan, berada dalam pelukan kelembutan dan perlindungan sang bunda.

Terpopuler

Comments

Murni Banty

Murni Banty

lanjut

2023-11-28

0

Claudia Jung 🐻🐰

Claudia Jung 🐻🐰

Argh, sial aku mual mau muntah! 🤢

2023-11-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!