Ujang dan Brama 2

Lagi asyik-asyiknya pasangan ilegal itu berpacu dalam melodi, terdengar ketukan keras di pintu yang membuat keduanya mengernyit heran. 

“Abang undang siapa lagi?” tanya Neni, matanya melotot heran dan penasaran.

“Cuma lu sama temen lu doang,” jawab Ujang lalu memakai celana pendek dan bergegas ke arah pintu.

Ujang membuka pintu dengan gesit, memastikan siapa gerangan yang datang ke rumahnya. Kepalanya muncul dari celah pintu yang terbuka, celingak-celinguk mencari orang yang telah mengganggu kesenangannya. Namun, ia tidak menemukan siapa pun di luar rumahnya.

“Bajingan! Siapa yang iseng di rumah gue?” murka Ujang, kesenangan yang terputus membuatnya membanting pintu dengan keras, memenuhi ruangan dengan dentuman yang menunjukkan kekesalannya.

Ujang kembali membuka celana dan langsung menaiki tubuh gadis yang masih telentang menunggunya. Tanpa pemanasan, Ujang langsung membenamkan rudalnya, melampiaskan emosi, memompanya dengan kecepatan penuh. 

Asyik dengan kesenangannya sendiri tanpa memedulikan rekan peraduan ragawi yang terdiam menatap dingin ke arahnya, Ujang terus memacu aksi, menikmati kesenangannya. Akan tetapi, ia mulai tersadar dari sesuatu yang menjanggal dari kesenangannya itu, tatkala ia tidak merasakan adanya reaksi dari gadis yang biasanya berontak. 

Tidak pula ia mendengar lenguhan indah dari mulut sang gadis, bahkan tidak ada gerakan dari tubuh si gadis yang terlihat seperti mayat yang sedang digagahi.

“Aneh, kenapa Neni diam saja? Biasanya Neni akan menggelinjang hebat menerima seranganku,” pikir Ujang, mulai memperlambat gerakan.

Menyadari hal itu, Ujang langsung menarik rudalnya yang tertanam sempurna, dan membuka kedua matanya menatap heran si gadis yang membalas tatapannya dengan dingin.

“Buset, seram banget tatapan lu, Nen!” Ujang tersingahak melihat Neni membeliak.

“Neni, lu sakit?” imbuhnya sedikit cemas, melihat wajah si gadis yang pucat pasi.

Neni menggeleng pelan seraya tersenyum simpul. Bibirnya terbuka lalu memagut bibir Ujang dan mencumbunya dengan beringas. Kedua tangannya melingkari leher Ujang sambil sesekali menekan kepala.

Mendapatkan serangan liar dari si gadis, Ujang membalasnya dengan lebih rakus dan kembali membenamkan rudalnya yang kembali mengeras. Permainan pun berlanjut dengan lebih liar. Namun, ada hal yang tidak disadari Ujang, ia yang kembali menutup mata dalam aksinya itu tidak merasakan apa pun dari permainannya, kecuali rasa geli dari rudal yang berayun keluar masuk dengan tempo cepat.

Si gadis yang begitu beringas tidak sekadar memberikan ciuman, ia beralih menggigit bibir, menggerogotinya hingga somplak, lalu menggigit keras lidah Ujang yang melilit masuk hingga putus, menjadikannya seperti daging cincang yang berhamburan dengan darah yang terus mengalir mengotori wajahnya.

Tak berhenti sampai di situ, gigitannya berlanjut ke arah pipi, melubanginya hingga membuat wajah Ujang menjadi semakin mengerikan. Biarpun begitu, tidak sekalipun Ujang merasakan sakit pada bagian wajahnya yang terkoyak habis. Yang dirasakannya hanyalah geli dan nikmat pada kesenangan yang diberikan oleh Neni.

Bahkan, ketika hidungnya digerogoti, Ujang hanya merasakan sensasi geli tanpa rasa sakit. Namun, sampai ketika seorang gadis berbalut handuk memasuki ruang tengah untuk mengambil botol anggur, sang gadis tercengang melihat wajah temannya berlumuran darah.

“Abang! Apa yang Abang lakukan? Mengapa Neni berlumuran darah begitu?” tegur si gadis tidak memahaminya. Ia begitu cemas melihat kondisi Neni seperti sedang disiksa oleh Ujang.

Mendengar teguran keras di dekatnya, Ujang menoleh memperlihatkan wajahnya yang hancur, si gadis berteriak histeris lalu jatuh pingsan di tempatnya. Ujang terheran sendiri melihatnya histeris. Ia kemudian mengalihkan pandangan ke arah Neni dan sontak saja ia bergidik ngeri melihatnya. Akan tetapi, ia tidak menyadari bahwa darah dan daging yang berceceran itu berasal dari bagian tubuhnya. 

“Ka … ka ….” Ujang tidak mampu berbicara. Ia masih belum sadar dengan lidahnya yang terkoyak habis.

Bingung dengan kondisinya. Ujang berlari ke kamar anaknya untuk meminta bantuan. Brama yang tengah asyik merokok dikejutkan oleh kedatangan mendesak ayahnya.

“Babeh! Babeh kenapa, Beh?” pekik lantang Brama, matanya terbelalak melihat wajah ayahnya yang mengerikan. 

Dengan panik yang memuncak, Brama berlari keluar, tetapi Neni yang berlumuran darah mencegatnya di pintu.

“Kau … siapa kau sebenarnya!?” pekik Brama, terkejut dan terpaku melihat wajah Neni yang berlumuran darah.

Neni menggerakkan wajah dengan kaku, lalu mencekik Brama dan langsung melemparkannya ke dalam kamar, membentur dinding dengan begitu keras hingga membuatnya tak sadarkan diri. Sementara Ujang yang kebingungan, berdiri menatap Neni dengan linglung. Neni tersenyum aneh menatapnya lalu memuntahkan saliva yang berlumuran darah dan dipenuhi oleh potongan daging ke arah Ujang.

“Ne … e, e, a, ka … pa … u,” ucap Ujang yang kesulitan berbicara.

Neni melangkah pelan mendekatinya, membuat Ujang terdorong mundur, merasakan takut yang semakin kuat di hatinya.

“Apa kau masih mengingatku?” tanya Neni, wajahnya semakin pucat dengan kedua mata yang meneteskan darah.

Terpelangak, Ujang masih belum tahu siapa gadis di depannya. Ia terus mundur untuk menjauhinya, namun terbentur dinding.

Wajah Neni seketika berubah menjadi sosok Mawar.

“Ingat baik-baik siapa gadis yang pernah kaugagahi!?” kata Mawar dengan suara dingin seraya mendekatkan wajah, melotot tajam.

Ujang menggeleng-gelengkan kepala, masih belum mengingatnya.

“Apa kau masih tidak ingat, seorang gadis yang diperlakukan secara keji di rumahnya, di jalan setapak, lalu dibuang ke sungai?” 

Ujang mengerutkan kening, mengingat kejadiannya. Ia kemudian menatap Mawar dengan lekat, dan menyadari gadis di hadapannya adalah gadis yang pernah menjadi korban kebiadabannya. Ia kemudian menjatuhkan diri, memohon ampun kepada Mawar dengan penyesalan yang mendalam.

Mawar menyeringai, lalu menjambak rambut Ujang, mengangkatnya, mendekatkan wajahnya, lalu menjilati darah yang menetes di wajah Ujang.

“Kau tidak perlu ketakutan begitu,” kata Mawar, “aku tidak akan membunuhmu.”

Ditariknya Ujang keluar kamar lalu menempatkannya duduk di sofa.

“Aku sengaja membuatmu tidak merasakan sakit pada luka-luka di wajahmu. Namun, setelah matahari terbit, rasa sakit di wajahmu akan mulai terasa, seperti gigitan puluhan tikus.” Mawar membetulkan posisi Ujang agar duduk dengan posisi rapi, dengan kaki kanan menopang pada kaki kiri. 

Setelah itu, Mawar melangkah santai ke arah kamar; menarik tubuh Brama yang tergeletak, dan menempatkannya duduk di samping kanan Ujang dengan kepala yang bersandar pada bahu. 

“Cukup bagus, tapi …,” kata Mawar, “tanpa seorang ibu, bukanlah keluarga yang sempurna.”

Mawar melirik ke arah gadis yang tergeletak dengan tubuh yang tak lagi terbungkus handuk. Ia kemudian menariknya dan menempatkannya di sisi kiri Ujang.

“Nah, ini baru keluarga yang sempurna!” Mawar melingkarkan kedua tangan di dada, memperhatikan ketiganya dengan serius.

“Sepertinya masih belum padu.” Mawar lalu membangunkan si gadis yang polos dengan mengusap wajahnya.

Seketika, sang gadis terbangun dengan tatapan kosong. Tersihir oleh Mawar.

“Apa kamu lapar?” tanya Mawar. 

Si gadis mengangguk pelan.

“Kulit wajah Brama sangat lezat. Dalam satu gigitan, kamu dapat merasakan variasi rasa yang unik. Terutama bagian pipi yang memiliki tekstur lembut. Makanlah, dan jangan dihabiskan semuanya!” 

Gadis itu meneteskan saliva di sudut bibirnya, dan tanpa menundanya, ia langsung berpindah ke posisi Brama, menarik kepala Brama dan mulai menggerogotinya. Sementara Ujang tidak bisa berbuat apa-apa. Tubuhnya terus bergetar tanpa bisa digerakkannya.  

“Selamat makan!” kata Mawar, lalu menarik kendalinya dari tubuh Neni.

Terpopuler

Comments

Nurma Yani

Nurma Yani

ngeri

2024-05-04

0

Diastin

Diastin

ngeri

2024-03-05

1

Rere Sativa

Rere Sativa

ya sudahlah... 😮‍💨🤦‍♀️😇

2023-12-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!