BAB.16 BAPER

Setelah dari rumah sakit ia istrahat karna kehabisan tenaga bolak balik kamar mandi.

Umi Syifa sementara kedatangan tamu. "Asalamualaikum Umi."

"Walaikum salam. Nadira. Apa kabar, kamu sudah lama gak pulang ke indonesia" ucap Umi Syifa basa basi dengan tamunya. Tamu yang di jodohkan dengan Radit.

Nadira celinguk celinguk kesana kemari mencari keberadaan Radit. Ia pulang ke indonesia setelah menyelesaikan pendidikannya di Australia.

"Radit kemana Umi?"

"Radit lagi istrahat di kamarnya."

Mereka bercerita banyak hal. Bahkan Nadira sengaja mengulur waktu untuk menunggu pria pujaannya tapi tak kunjung keluar.

Karna bosan ia memutuskan untuk jalan jalan seorang diri di luar. Sebenarnya ia datang mengajak Radit untuk jalan jalan tapi kondisi tidak memungkinkan.

"Mi saya pulang dulu ya." Setelah mendapatkan izin ia keluar dengan hati yang dongkol. Ia tidak bisa di cuekin.

"Lihat saja, semakin kamu menghindar semakin saya kejar." Runtuknya sampai lupa kalau masih berada di garasi. Umi Syifa mengantarnya sampai teras.

Radit setelah mengetahui Nadira pergi ia langsung keluar dari kamar mendapati uminya menghunusnya dengan tatapan tajam.

"Kamu sengaja gak keluar kamar saat calon tunangan kamu datang di sini." Ucap Umi Syifa. Ia mengetahui Radit karna tidak pernah setuju di jodohkan dengan anak dari sahabatnya.

"Mi saya sudah bilang berkali kali saya tidak ingin menikah dengan wanita yang bukan pilihanku." Jawaban Radit ternyata membangkitkan emosi Uminya.

"Umi tidak mau tau. Kamu harus menikah dengannya. Kalau kamu memiliki wanita lain Umi tidak akan pernah restui." Ancam Umi Syifa.

Menurutnya Nadira wanita soleha yang akan jadi menantunya. Berpendidikan tinggi bahkan sekarang sudah mendapatkan gelar doctor di usia mudah. Siapa yang tak bangga memiliki menantu sepertinya.

Radit tidak mau berdebat dengan Uminya, rasanya percuma apa pun itu uminya tidak mau di tentang keputusannya. Radit kembali ke kamarnya ia akan kerja esok harinya. Tidak ingin buang buang waktu karna masalah perjodohan.

Sementara di tempat Lain Sera masih bernostalgia dengan Ditaa. Mereka sama sama dari kampung.

"Ser. Kan kamu sudah pernah menikah. Menurutmu Dirga cocok nggak sama saya." Ucap Dita karna jujur saja Dirga akan menikahinya sebentar lagi tapi ia takut gagal seperti yang dialami Sera.

"Lihat dulu keluarganya Dit. Seandainya keluarganya memberimu restu dan menerimamu apa adanya silakan lanjut." Dita menimang nimang setiap ucapan Sera. Ia baru bertemu dengan keluarga Dirga satu kali waktu orang tuanya datang di ibu kota.

"Saya ragu Ser. Soalnya orang tua Dirga tidak menunjukan tanda apa pun." Ucapnya dengan sendu.

"Ada saatnya kamu mengetahui semua itu. Sabar saja, lagian baru pertama kali ketemu." Ucap Sera seraya menggenggam tangan Dita.

Ke esokan harinya Sera sudah mulai sibuk, Sera bangun lebih awal dan menyiapkan beberapa bahan untuk menu masakan rumah makannya.

"Kak. Ini sudah semua saya lanjut menyapu saja ya." Rani sudah menyelesaikan tugas yang di berikan. Ia lanjut membersihkan karna sebentar lagi akan buka. Yang lain sudah berdatangan dan berada di posisi masing masing.

Pagi ini mereka bikin nasi kuning pemuda khas rumah makannya untuk sarapan pagi. Biasa orang orang akan sarapan pagi.

Benar saja orang orang pada berdatangan untuk membeli sarapan. Entah itu makan di tempat atau bungkus.

"Kak saya satu porsi paket lengkap." Ucap salah satu pembeli dan jelas saja di ikuti oleh pembeli yang lain.

Sera sampai kewalahan di kasir. Karna banyak yang mengantri.

"Mbak kemarin gak buka ya. Padahal saya sekeluarga datang di sini. Ucap ibu ibu yang tak lain pembeli setia di warung makan tersebut.

"Iya bu. Saya menerima cetringan. Jadi saya putuskan untuk tutup sehari."

Ibu ibu tersebut tersenyum. "Siang saja kami datang bersama calon matu sekalian." Ucap Ibu ibu itu lagi.

"Iya bu. Terimakasih sudah berlangganan dengan kami." Ucap Sera. Ibu ibu itu langsung pergi setelah pesanannya selesai di buatkan.

Siang pun datanglah segerombolan orang di pastikan ibu ibu yang tadi. Dan yang menyita perhatian Sera laki laki yang menggandeng seorang wanita.

"Siapa wanita itu." Guman Sera secara tiba tiba, Sera mencoba tidak peduli tapi dalam hatinya ia ingin menangis. Walaupun ia cuek tapi hstinya tidak bisa di pungkiri jika ia jatuh cinta.

Tapi siapa sangka jika pria itu sudah memiliki pasangan. Ia masuk dalam kamarnya sambil menghapus air matanya. "Jangan paber." Titahnya padahal dirinya yang baper.

Ia menangis tersedu sedu, bahkan ia lupa kalau dirinya saat ini belum makan apa pun.

Sementara Radit berusaha terlepas dari Nadira yang sibuk bergelut di lengannya. "Saya mau ke kamar kecil."ujar Radit tiba tiba ia penasaran dengan Sera biasanya akan nongol tapi kali ini ia tak nampak.

"Mana bosmu." Tanya Radit di salah satu karyawan.

"Lagi istrahat pak, di kamarnya ia minta tidak boleh di ganggu." Jawab karyawan tersebut. Memang benar adanya jika Sera kali ini tidak mau di ganggu. Ia mengirim pesan di group rumah makannya.

Radit heran tidak biasanya Sera tidak bisa di ganggu. "Maaf bos Anda lagi sakit." Tanya Radit lagi ingin mengetahui lebih lanjut lagi tapi karyawan tersebut hanya menggeleng.

Radit tidak mendapatkan jawaban segera bergabung dengan keluarga calon tuangannya di sana juga Uminya ikut serta.

"Gimana pertunangan mereka. Apakah bisa di percepat saja, usia mereka sudah tak muda lagi." Ucap Listi bunda Nadira.

"Boleh juga, nanti tentukan saja waktu yang tepat." Umi Syifa menyambut dengan baik.

"Tidak bisa." Tiba tiba mereka menoleh ke sumber suara tersebut. Siapa lagi kalau bukan Radit. Umi Sifa menatap anaknya dengan tatapan membunuh tapi Radit tidak peduli dengan hal itu.

"Saya katakan sekali lagi. Saya tidak menginginkan hubungan ini." Radit berlalu pergi, ia tidak ingin di rusak moodnya karna pertunangan tersebut. Nadira tidak terima ia langsung mengejar Radit di parkiran.

"Radit ... Radit."

Radit merasa di panggil namanya langsung menghentikan langkahnya untuk melihat siapa yang mengejarnya.

"Ada apa?" Tanya Radit dengan datar.

Nadira yang sudah tak bisa lagi menahan emosinya. " kamu kira saya ini apa? Saya sekolah keluar negeri untuk mendapatkan restu orang tuamu, saya menolak lamaran laki laki lain hanya demi kamu." Ucapnya menggebu gebu, ia tidak peduli jika dirinya jadi pusat perhatian.

"Kan kita gak pacaran." Ucap Radit dengan santainya. Bahkan ia tidak memiliki hati nurani.

"Kan ... kan kita di jodohkan sedari kecil." Ucap Nadira terbata bata. Dia tidak menyangka jika ia di serang habis habisan oleh Radit.

"Saya sudah menolak perjodohan tapi kamu yang mengejarku." Lagi lagi ucapan Radit bagai belati menancap di uluh hati.

Nadira tidak lagi bisa berkata apa apa selain pasrah. Ia akan mencoba membujuk bundanya untuk tetap melangsukan hubungan mereka sampai kepernikahan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!