JERITAN HATI ISTRI YANG TAK BERDAYA

JERITAN HATI ISTRI YANG TAK BERDAYA

BAB.1 DIHINA

"Sera .... " Panggil Heti kepada menantunya yang sedang memasak di dapur untuk makan siang para tamunya. Sera tergopo gopo berjalan ke sumber suara itu.

"Iya bu." Ucap serah sambil menunduk karna tak berani menatap mata mertuanya yang sedang menatapnya nyalang.

"Byur..."

"Panggil saya Nyonya. Ingat kamu hanya pembantu di rumah ini." Kecam Heti yang tak menyukai menantunya. Dia malu mengakui Sera sebagai menantunya karna penampilannya yang kampungan menurutnya.

"Bawakan cemilan yang mahal untuk tamuku." Titahnya sambil mendorong tubuh menantunya yang sudah basa kuyup karna ulahnya.

Dengan gaya angkuhnya dia duduk kembali. "Maaf ya jeng maklum pembantu sekarang sudah bisa kurang ajar." Seola ola sikapnya patut di tiru.

"Iya ya lah jeng. Pembantu sekarang ma mereka seola ola tuan rumah." Yanti menimpali.

Yang lain hanya mengangguk menyetujui ucapan mereka.

Sera datang membawa cemilan yang di minta mertuanya tadi.

"Ini bu ... eh maaf ini nyonya cemilan yang anda minta." Sera secepat kilat meralat ucapannya karna tak ingin mertuanya menghukumnya ke lebih parah lagi. Setiap hari dia selalu saja di salahkan bahkan tak segan segan ia di cakar atau di pukul.

Hari sudah mulai petang Sera memegang perutnya yang merinti minta di isi tapi tak ada keberanian untuk makan karna dapur di pantau oleh CCTV. Kalau ia makan di kasi sisa bahkan nasi kemarin pun dia memakannya.

"Mas aku lapar." Titah Sera sama suaminya yang kebetulan baru pulang. Entah dari mana ia seminggu tidak ada kabar bahkan ia sama sekali tidak peduli dengan istrinya.

"Kamu lapar yah makan. Dan ya kamu itu bukan tanggung jawabku jadi berhenti merengek." Bentak Alwani yang sedang kesal entah apa yang terjadi. Jika ia memiliki masalah di luar akan di lampiaskan ke istrinya yang di rumah.

"Tapi mas."

"Nggak ada tapi tapian." Suara Alwani naik dua oktaf. Heti yang kebetulan mendengar keributan dari arah dapur langsung saja merinsek.

"Kalian kenapa sih." Tanya Heti sambil melirik anak menantunya itu.

"Kamu kenapa sih. Suami kalau pulang kerja itu di sambut baik baik bukan di bikin marah." Bentak Heti.

Sera tidak bisa berbuat apa apa lagi selain menangis. Sera terlalu lemah untuk melawan bahkan dirinya tak di perlakukan dengan baik.

Alwani masuk dalam kamarnya tampa peduli dengan istrinya.

"Hei. Babu ingat ya. Jangan suka mengadu sama anak ku atau kamu saya masih tidur di kandang." Bisik Heti lirih tapi dengan nada menekan.

"Tapi bu saya lapar." Titah Sera dengan lirih. Karna memang belum ada makanan satu pun yang masuk dalam perutnya. Banyak yang di kerjakan tapi ada gizi yang masuk. Energinya terkuras habis setiap harinya tapi ia di perlakukan layaknya budak.

"Ni makan." Heti menyodorkan makanan itu nasi sama potongan tempe mentah dan tahu yang di kasih sambal sedikit. Makanan banyak di meja tapi tidak di izinkan untuk makan makanan yang enak. Menurut Heti cukup memberi makan yang seperti itu untuk membalas kebaikan ke dua orang tuanya yang sudah berada di alam lain.

"Kasih habis. Jangan di buang." Sambung Heti lagi. Entah terbuat dari apa hatinya sehingga memberi makan menantunya hanya nasi sama lauk yang nggak layak di makan.

Sera makan dengan air mata yang mengalir deras di pipinya. Hatinya benar benar hancur di nikahi hanya sebagai kedok untuk di jadikan babu. Tepatnya babu berkedok istri.

"Non. Makan yang ini." Mbok Yati juru masak di rumah itu.

"Mbok jangan mbok. Nanti mbok di pecat." Titah Sera dengan lirih. Sebenarnya ia ingin menerimanya tapi dia takut ketahuan.

"Nyonya besar lagi pergi Non jadi aman. Ni cepat habiskan ya nanti ketahuan." Mbok Yati sengaja memisahkan makanan untuk Sera saking sayangnya. Mbok Yati tidak tega dengan sera yang hanya di kasih makan sekali sehari.

Sera makan dengan lahap. Lima menit kemudian Sera sudah menyelesaikan makanannya.

Perutnya yang lapar tadi sudah terisi dan sekarang dia akan melanjutkan pekerjaan yang belum selesai sebelum mertuanya pulang. Satu jam berlalu Sera sudah membersihkan kolam renang yang terletak di belakang rumah.

Ia masuk dalam kamar bersama suaminya karna ingin mandi. "Mas bangun udah hampir malam pemali tidur maghrib."

"Aduh berisik kamu Sera." Bentak Alwani dengan suara menggelegar.

"Ya maaf mas." Jawab Nayla dengan suara lirih. Ia berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri sambil menangis tersedu sedu. Tangisnya hanya di dengar oleh dirinya sendiri.

"Sera .. lama bangat sih. Ngapain kamu di dalam." Teriak Alwani di depan kamar mandi.

Sera buru buru mengguyur badannya agar lekas selesai.

Kriek

"Aduh lama." Ucap Alwani mendorong tubuh istrinya keluar. Tampa perasaan pula ia memperlakukan istrinya seperti itu. Beruntung Sera bisa menjaga keseimbangannya hingga tak sampai terjatuh. Ia menggunakan pakaian rumahan yang sudah lusu bahkan banyak yang di tambal.

Berbeda halnya dengan Tari menantu ke sayangan mereka. Bahkan Tari lebih di utamakan daripada dirinya bahkan di jelek jelekan.

Sera keluar dari kamar selesai shalat maghrib untuk menata makan malam. Walaupun itu bukan kewajibannya.

"Ehh. Ada si mandul. Hay mandul." Sapa Tari dengan suara mengejek. Sera hanya menunduk menyembunyikan air mata yang sudah berada di ujung pelupuk matanya.

Tari datang ke dapur bersama seisi rumah bersiap untuk makan malam.

"Mandul. Sini pijitin kaki aku dong pegal ni. Si dede nya sih ngajakin miminya jalan terus."

Sera melirik kearah suaminya dengan tatapan memohon namun malh di cuekin.

Mau tak mau ia memijit kaki Tari. Mereka makan sambil bercanda sementara dirinya di lantai memijit kaki menantu kesayangan di rumah ini. Bahkan suaminya sendiri tidak peduli.

"Alwani kapan kamu nikahi Sahara nak." Tanya Heti sengaja atau tidak.

"Bulan depan ma. Karna dia akan baru pulang ke indonesia."

Alwani sama sekali tidak memikirkan perasaan istrinya yang duduk di lantai. Sera yang mendengar hal itu teramat kesal. Sehingga tak sengaja memijit kaki Tari dengan cukup kuat.

"Aww.." rintih Tari sambil menendang Sera dengan kuat.

Bluk.

Kepalanya terbentur kaki meja. Sera berdiri sambil menatap nyalang suaminya.

"Saya tidak izinin kamu menikah lagi mas." Teriak Sera dengan berurai air mata. Bukan kepalanya yang terbetur yang sakit. Tapi hatinya. Walaupun suaminya tidak menyayanginya tapi tidak memperbolehkan suaminya menika dengan wanita lain.

Plak

Satu tamparan berhasil mendarat di pipinya.

"Mas kamu memukulku." Tanya Sera tidak percaya dengan kelakuan suaminya. "Ia dasar istri mandul durhaka pula." Bentak Alwani.

Heti yang melihat itu tersenyum puas. "Ngapain kamu menangis cepat bersihkan meja makan. Saya sudah gak nafsu makan melihat air matamu yang menjijikan." Ucap Heti di ikuti oleh yang lain.

Sera menatap nanar satu persatu orang yang berlalu pergi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!