BAB.13 MERAYU SERA

"Sayang maafin aku ya. Janji hanya kamu yang ada di hatiku." Kata kata Alwani membuat Sera makin emosi. Bagaimana tidak laki laki yang ada di depannya kini seola jadi manusia yang tak tau diri.

"Ingat baik baik ini bukan toko ku. Saya karyawan biasa di sini dan yang punya toko dia namanya Dita." Ucap Sera menggebu gebu kaya balapan maraton saja.

Alwani membeku mendengar penuturan mantan istrinya. Tapi ia tidak menyerah malah ia membujuk Dita untuk jadi istrinya.

"Ohhh. Gitu kirain kamu bosnya." Ucapnya sambil melirik sera dengan tatapan mengejek. Dalam hati Sera bersorak karna ia bisa menyamar. Sera kembali meninggalkan toko Dita karna yakin ia bisa mengurus Alwani yang masih menatap Dita dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"Dita. Kamu cantik ya" ucap Alwani saat tidak melihat Sera lagi.

"Apa?" Ketus Dita karna ia malas sebenarnya berurusan dengan manusia yang sudah putus urat malunya.

"Ampun ni cewek judes amat. Tapi gak apa apa lah saya masih ganteng kok." Guman Alwani hanya dirinya yang dengar.

"Ehhhmm. Kebetulan saya duda ni mau ...." belum selesai bicara sudah di potong ucapannya sama Dita saking kesalnya.

"Iya kalau kamu duda mau ngapain di sini. Ingat ya di sini bukan tempat cari istri." Bentak Dita saking kesalnya.

Alwani sampai terjingkrak tapi itu tak membuatnya berhenti malah ia semakin menjadi. "Gini mau nggak jadi istriku, kamu itu wanita idaman aku bangat." Uhhh mulut buaya bikin gemas saja.

Dita hanya memutar bola matanya dengan malas. Karna ia percuma ladenin orang yang otaknya yang sudah geser ke kiri.

Dita meninggalkan Alwani begitu saja sambil mikir kok bisa Sera menikah sama manusia modelan seperti itu. Alwani merasa diawasi sama karyawan toko ia pulang kembali di rumah dengan perasaan kesal. Ia meruntuki kebodohannya karna langsung marah marah di toko itu karna menganggap dirinya seorang bos.

"Ahhh. Sial. Kenapa saya gak cari tau dulu sih."ucapnya

Sesampainya di rumah sudah di hadang oleh istrinya. "Mas mama sudah di bawa sama kak Lionel. Katanya kiya gak bisa ngurus mama." Ucap Sahara sama suaminya.

  "Kok bisa sih. Kenapa kamu gak kasih tau saya." Ucapnya dengan mada tinggi saking shoknya.

"Kamu kenapa sih mas. Ingat ya kamu itu harusnya bersyukur mama tidak jadi beban hidup untuk kita." Ucapan Sahara membuat alwani syok.

"Maksud kamu itu mamaku loh. Kamu gak suka ya kalau ada mamaku dirumah ini." Titahnya sambil melotot tajam ke arah istrinya.

Sementara Lionel sudahmembawa ibunya walaupun Tari keberatan. "Mas siapa yang urus ibumu. Dia gak bisa ngapa ngapain." Ujar Tari saking emosinya ia meluapkan segalanya karna kesal.

"Kamu yang rawat lagian di rumah sudah ada pembantu dan kamu tidak perlu kwatir bukan." Ucap Lionel dengan entengnya. Yang membuat Tari makin berang. Semua caci maki keluar dari mulutnya. Kadang sikap seseorang yang tidak menyukai kita akan merasa jadi beban di saat kita tidak bisa melakukan apa pun.

Lionel memang pendiam dan penurut tapi jangan salah ia adalah seorang yang tidak bisa di tahan jika sudah memutuskan sesuatu. Sepanjang jalan hanya terlibat percecokan yang membuat dua orang lainnya terganggu. Anak kecil yang tidur di pangkuan ibunya terbangun karna suara ibunya sendiri. Sementara di kursi belakang sang ibu hanya menangis dalam diam tak bisa melakukan apa apa. Hanya air mata yang berjatuhan tampa bisa ia cegah.

Dua jam terjebak macet akhirnya sampai juga di kediaman elit milik anak sulungnya. Lionel langsung mengambil kursi roda untuk ibunya. Tari berlalu begitu saja. "Dasar wanita tua gak mau mati saja." Gerutu Tari ia masuk dalam kamarnya. Anaknya sudah di berikan kepada pengasuhnya. Ia merebahkan badannya. Ia baik baik selama ini hanya demi harta maklum dari keluarga menengah kebawa. Beruntung dirinya menyandang status sarjana ia dengan mudah menjadi menantu kesayangan di keluarga suaminya.

Ia tak pernah menyangka jika ia harus merawat mertuanya. Apa lagi pengeluaran nanti makin bertambah di rumah ini.

"Bibi Asi tolong kasih makan mamaku ya." Ucap Lionel masuk ke kamar tamu untuk merapihkan kamar untuk mamanya supaya bisa nyaman tinggal bersamanya. Lionel seorang pengusaha yang gimana pekerjaan itu tidak di sukai mamanya sendiri. Tapi Lionel tetaplah Lionel dia tidak mau hidup di telunjuk orang lain. Cita cita Heti kecuali anaknya harus bekerja di kantoran.

Dua puluh menit kemudian Lionel melihat mamanya sudah selesai di suapi ia meminta Bi Asi untuk memandikannya. Maklum saja selama berada di rumah Alwani ia bahkan tidak pernah di kasih mandi.

Lionel bertekad akan membawa ibunya terapi. Soal hasil itu belakangan yang penting usaha terlebih dahulu.

Tiba tiba istrinya datang dari lantai dua sambil duduk di samping suaminya. "Mas ibumu taroh saja di kamar belakang itu di peruntunkan untuk tamu." Ucap Tari dengan wajah yang masih kesal. Lionel hanya melirik sekilas kearah istrinya tampa berminat untuk menjawab.

Lionel mencari satu orang lagi untuk menjaga lansia melalui yayasan. Ia tidak ingin pekerjaan bi Asi jadi terganggu,toh memang tugasnya bi Asi hanya sebagai ART. Jadi gak afdol kalau di suruh lagi merawat orang tuanya.

Tari lagi penasaran melihat suaminya. Sibuk dengan ponselnya. "Mas untuk apa lagi chat yayasan." Tanya Tari yang sejak tadi menahan penasarannya.

"Iya harus ada yang rawat mama. Lagian kamu tidak maukan jaga mamaku." Ucap Lionel.

"Untuk apa lagi sih. Yang ada bangkrut tau nggak." Ucap Tari yang tidak terima dengan keputusan suaminya.

"Bangkrut gimana? Saya yang kerja dan kamu sibuk hanya shoping salon dan jalan jalan sama teman temanmu." Ucap Lionel dengan nada marahnya.

"Mas bukan begitu maksud saya. Gimana kalau kita simpan mama saja di panti jompo di sana kan sudah ada yang rawat." Ucap Tari dengan entengnya. Ia berfikir memberikan hasutan sama suaminya ia tidak mau jatah bulanannya makin berkurang. Ia tidak ingin semuanya berantakan gara gara mertuanya ia tidak bisa bawa teman temannya di rumah ini.

Lionel menatap istrinya yang nyerocos sesukanya. Tak di sangka jawabannya membuat istrinya syok bukan kepalang.

"Ia gimana kalau ibumu saja yang di taroh di panti jompo di sana kan sudah di kasih makan tampa menyusahkan kita ya kan." Lionel menaik turunkan alisnya untuk melihat reaksi istrinya.

Mendengar jawaban suaminya Tari melotot sempurna. Lidahnya terasa keluh hanya untuk sekedar Mengeluarkan kata kata. Lionel melihat reasksi istrinya membuatnya muak. Di rumah ini juga seperti gak punya istri. Makanan di layani pembantu bahkan sekedar seduh teh ia gak bisa. Andaikan dulu ia tidak mendengarkan ibunya. Maka hidupnya tak akan seperti ini

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!