BAB.3 KAMU MANDUL

Saya semakin semangat rilis tiap hari karna sudah ada paket bahkan pembaca pun sudah banyak. Banyak berkomentar dan bahkan saya di mintai mereka untuk berteman di media sosial. Tak sia sia karyaku baru tiga hari rilis sudah di baca ribuan orang.

Novel yang kutulis di catatan kini ku posting di aplikasi dan bahkan sudah tandah tangan kontrak. Sudah di pastikan dua bulan akan datang saya akan gajian. Jumlah tayang pun meningkat. Kisah novelku dari kehidupan ku sehari hari. Drama yang kualami tiap detik saya jadikan inspirasi cerita dalam novelku.

"Mandul ...." teriak ibu mertua pas di depan kamarku.

"Ada apa bu." Tanyaku tampa basa basi terlebih dahulu.

"Kamu main hp saja dari tadi. Kerjamu ngapain sih." Cecarnya padahal baru beberapa menit pegang hp.

"Maaf bu ada apa ya." Tanyaku lagi.

"Eh. Mandul kamu panggil saya Nyonya bukan ibu. Emang saya ibu kamu." Ucapnya mulutnya pedas sepedas bon cabe level sepuluh.

"Nama saya Sera bukan Mandul. Saya menantu anda Nyonya Heti yang terhormat." Ucapku tak kalah pedasnya.

"Kamu yah sudah berani memarahiku. Mau di ceraikan terus kamu jadi gembel atau mau nyusul orang tuamu di dalam tanah." Ucapnya lagi yang membuatku emosi tingkat dewa. Saya mendorongnya keluar dari pintu kamarku.

Duar

Saya tutup pintu dengan kerasnya. Enak saja mereka mengataiku mandul seharusnya tanyakan sama anak mereka kenapa berhubungan denganku slalu pakai kondom. Hal itu yang membuatku kecewa dengan suamiku sendiri seola ola dia tidak menginginkanku ada dalam hidupnya.

Menikahiku hanya karna ia tidak mau reputasinya buruk. Saya kira dua tahun ini akan ada cinta walau secuil untuk ku tapi nyatanya tidak. Saya kembali fokus menulis dengan hati yang kesal pastinya karyaku menggambarkan isi hatiku saat ini.

  "Brak."

Pintu tiba tiba di dombarka dari luar. Dan pintu itu terlepas dari enselnya. Kulihat suamiku masuk di ikuti oleh Sahara dan mertuaku.

"Kenapa kamu rusak pintunya." Tanyaku.

"Bukan urusanmu. Tega kau mencelakai ibuku." Bentaknya sambil ingin merebut ponselku. Tapi dengan sigap ku tepis tangannya.

"Apa." Ku bentak balik, saya tidak peduli lagi dengan apa kata mereka.

"Dasar istri durhaka." Cecar mertuaku lagi lagi saya menatapnya dengan tajam.

"Ceraikan saja mas. Dia kan mandul gara gara dia juga kita gak jadi menikah." Ucap Sahara sambil tersenyum sinis.

"Saya tidak mandul. Yang mandul itu dia." Sengaja ku tunjuk suamiku sendiri agar mereka kebingungan. Dia menatapku tidak percaya.

"Dari mana kamu tau." Dengan wajah pucatnya.

"Benaran kamu mandul mas." Pertanyaan Sahara mampu membuatnya pucat pasi.

"Nggak kok sayang." Ucapnya lagi yang membuatku terbahak bahak.

"Knp pucat begitu muka. Kayak mayat saja." Ucapku meledeknya.

"Ya benar sih. Kalau dia mandul gak mungkin kalau saya hamil."

Degh

Ucapannya barusan seola meruntukan duniaku. Sudah sejauh itu kah mereka melakukannya. Ternyata saya yang terlalu polos dalam rumah ini.

Saya berusaha menguatkan diriku tidak mungkin saya menangis karna tak akan mengubah apa pun. Saya hanya tersenyum menanggapi kata kata pelakor itu.

"Nah dengar kan. Dia hamil kamu saja yang gak bisa hamil."  Ucap mertuaku sambil berlalu pergi.

"Yakin itu anaknya. Setauku ya kalau berhungan denganku slalu memakai kondom jadi ya menurutku dia yang mandul." Ucap ku lagi lagi berhasil menyulut emosinya.

"Saya seperti itu karna kamu mandul." Ucapnya lagi dengan tidak tau malunya menggandeng wanita yang body bohai dan seksi itu.

Wah mulai ngelantur ni orang. Tapi saya berusaha untuk kuat melihat pemandangan di depanku saat ini. Biarlah mereka tertawa diatas penderitaanku. Tuhan tak pernah tidur. "Ya allah sukseskan hamba diatas keraguan orang lain." Doaku saat ini. Saya ingin berteriak memaki semua orang yang ada di sini. Tapi saya rasa akan percuma hanya buang buang tenaga.

Mereka meninggalkan ku satu persatu dan tidak ada yang peduli bagaimana hancurnya aku saat ini.

"Saya pastikan kalian akan membayar perbuatan kalian." Gumanku air mataku luruh begitu saja. Perjuangan dua tahun sia sia. Andaikan dulu saya tidak menerima tawaran dengan iming iming membahagiakanku. Inilah wanita pada umumnya terlalu percaya dengan bualan laki laki.

Apa lah dayaku tergolong dengan wanita yang seperti itu. Hanya kuasa Allah yang mampu mengubah segalanya. Banyak hal yang harus ku wujudkan agar bisa keluar dari neraka jahanam ini.

Sudah seminggu sudah suamiku tidak lagi tidur sekamar denganku. Tapi semua itu membuatku yakin jika suatu saat saya akan di tendang dari rumah ini. Tapi apalah dayaku jadi istri yang tak di anggap.

"Apa sih kerjamu. Dari tadi bengong saja." Bentak mertuaku.

"Ni cuci bajuku jangan sampai rusak ya. Itu baju mahal bukan baju orang miskin."

Saya lagi malas berdebat. Saya mencuci baju dengan hati hati karna kalau sampai rusak saya akan jadi korban dan di hukum habis habisan.

"Sekalian bajuku ya."

"Huu. Dasar manusia manusia laknut." Geramku dalam hati. Ada ada saja ya. Emang benar hanya saya wanita bodoh terbuai dengan laki laki buayah buntung. Dasar buntung dia jadikan saya babu. Ya allah andaikan saya tidak butah hukum tidak akan jadi seperti ini.

"He. Malah bengong kamu belum jemur itu pakaian."  Cecar calon mantan mertuaku. Ya calon mantan mertua karna saya akan menceraikan anaknya. Saya tak ingin jadi babu.

Setelah jemur pakaian semua saya kembali ke kamar. Hari ini saya ingin fokus menulis. Sengaja ku kunci kamar ku agar tidak ada yang ganggu. Lebih jelas saya ingin sendiri.

"Woi mandul keluar kamu. Jangan suka kurung diri dalam kamar terus banyak pekerjaan." Teriak salah satu anggota keluarga jahanam ini. Saya tidak peduli saya butuh diriku sendiri untuk kuat.

Saya ingin keluar dari kamar ini dengan diriku yang berbeda. "Ayah ibu maafkan anakmu jika harus melukai seseorang." Gumanku sambil menghapus air mataku. Kebetulan gajiku di novel sudah cair maka ku gunakan langkah awal yaitu cari kontrakan walau tak terlalu luas. Untuk diri sendiri kamar kecil pun jadi.

Kebetulan dulu waktu gadis sempat bikin rekening dan saldonya lima ratus ribu. Alhamdulillah masih aktif dan ini langkah awalku. "Ayok kuat Sera dirimu bukan babu tapi istri yang harus di ratukan. Jika kamu di jadikan babu gratisan pergilah." Saya sibuk menyemangati diri sendiri.

Setelah banyak pertimbangan saya berpakaian rapih walaupun tampa make up dan baju kusam dan sudah pudar warnanya. Karna hanya itu yang kupunya. Saya melangkah kaki ku keluar. Semua mata memandangku dengan tatapan aneh tapi saya tidak peduli.

"Mau kemana kamu. Sana kerja masih banyak baju itu yang belum di setrika." Bentak bu Heti selaku mertuaku.

"Maaf ya nyonya yang terhormat saya bukan babu anda." Ucapku tak kalah sinis dan pergi pegitu saja.

Terpopuler

Comments

Ma Em

Ma Em

Ya begitu Sera kamu harus berani melawan manusia yg tidak punya hati jangan mau harga diri kamu diinjak walaupun hidup kamu miskin buatlah hidup kamu sukses agar dia menyesal dan balas perbuatan suami dan selingkuhannya serta mertuamu juga.

2024-02-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!