BAB.12 SALAH SASARAN

Alwani melihat istrinya masuk kedalam toko pakaian yang terkanal di kalangan muda mudi.

"Itu kan toko pakaian yang viral itu." Guman Alwani. "Pantas saja dia tidak kutemukan ternyata dia berubah jadi nama Dita." Gumannya lagi sambil tersenyum penuh arti.

Alwani menghabiskan makanannya dengan penuh semangat empat lima. Sambil menghayal jika dirinya yang akan menghendel toko itu akan jadi kaya.

Alwani mengatur strategi agar bisa menguasai toko itu dengan begitu ia bisa mengambil alih keuangan toko itu.

POV ALWANI

Enak ya hidupnya setelah gak pernah menemuinya selama ini. Atau dia mencuri uangku untuk bikin toko itu. Ini tidak bisa di biarin, saya harus mengambilnya kembali.

Di rumah begitu sumpek. Anak istri serta mama nyusahin saja, tidak ada yang bisa di andalkan.

"Mas. Minta uang dong untuk beli susu sama popok. Sudah pada habis ni." Ucap Sahara sambil menengadakan tangannya.

"Uang uang dan uang. Mulai besok kamu bantuin kerja di toko mas." Ucapku sambil memberinya uang dua puluh ribuan.

"Mas ini bisa dapat apa?"

Tanyanya. Saya tidak peduli saya masuk dalam kamar dan menguncinya. Terlalu malas untuk meladeni dirinya.

Pagi hari pun menyapa saya terbangun karna suarah tangisan anak kecil yang saling bersahutan. Belum lagi tangisan mama yang membuatku makin muak. Mama setiap pagi menangis dan menangis.

Karna terlalu berisik saya masuk kembali dalam kamar bukan tidur lagi tapi melainkan saya bagaimana caranya untuk menyingkirkan Sera. Dia mencuri uangku.

Ahh. Saya tau caranya kenapa tidak saya mempermalukan dia saja ya. Saya tinggal rekam dan saya unggah di media sosialku kan lumayan. Dengan begitu pasti akan menyerah. Saya yakin selama ini.

      Pov Sera

Hari ini saya lalui dengan begitu semangat. Walaupun hari hari saya di sibuk kan dengan rumah makan yang begitu ramai dan sambil menulis. Karna sudah ada karyawan yang menghendelnya. Saya hanya memantau saja. Banyak hal yang kuambil dari setiap langkahku. Ternyata untuk melangkah lebih jauh harus berani.

Dulu saya menikah ku kira bahagia ternyata malah sebaliknya di jadikan babu gratis bahkan di masih makan makanan sisa. Tak sampai di situ mantan suamiku melukai ku dengan menghadirkan orang ke tiga dalam pernikahan kami.

"Bu bos. Apa kabar melamun aja." Siapa lagi kalau bukan Dita yang hobi berteriak.

"Saya lagi mikir kehidupan srlanjutnya. Saya takut jika mantan suamiku datang menggangguku." Ucapku spontan. Karna mengingat kemarin ia tiba tiba datang memintaku kembali untuk jadi babu di rumahnya. Walaupun saya tidak punya keluarga di kota ini tapi setidaknya saya memiliki penghasilan yang bisa membuatku bisa bertahan.

"Biarin saja. Pasti ia menyesal kan."jawabnya asal pengen ku jedot dulu palanya suoayah ku puas.

"Helaing yuk. Kebali, kebogor atau ke mana gitu yang bisa ngilangin suntuk." Ucap Dita.

"Tapi toko siapa yang hendel Dit. Masa kita harus lepas tangan dengan usaha kita." Dita mengerucutkan bibirnya karna saya menolak permintaannya.

"Yah udah ke mall yuk. Sekalian nyalon gitu. Aku capek tau kerja mulu tapi nggak kaya kaya." Ucapnya lagi yang membuatku tertawa.

'Ya udah ke mall tapi agak sorean ya. Saya juga masih mau liat liat di dapur apa apa saja yang kurang." Jawabku.

"Makan Ndut. Saya sudah lapar ni."

Ajak ku tiba tiba Dita tertawa. "Apa sih Dit." Ucapku lagi karna kesal diajak makan malah tertawa.

"Ingat nggak dulu waktu itu. Kita makan tapi sudah gak punya uang gara gara beli bahan ..... " Dita bercerita tantang kami dulunya.

Saya kira dia tidak ingat tapi nyatanya sampai detik detik terakhir dia simpan di memorinya.

"Sera. Kamu jualan makanan siang juga nanti ku bantuin lumayan tau." Ucapnya. Kalah itu.

Padahal uang kami tak seberapa. Waktu awal awal jualan catrine banyak kerugian kadang juga di tipu. Banyak hal yang kami lalui yang membuat kami termotivasi. Bahkan saking percayanya kami sama orang tersebut ia pesan catrine sampai tidak di bayar. Kami percaya karna sudah berulang kali order.

Ternyata jatuh bangun dalam sebuah bisnis memang ada. Tak ada yang lansung enak pasti banyak ke gagalan.

"Ayok makan. Malah melamun."

Dita kembali membuyarkan lamunanku. Setelah selesai makan kami kembali pada aktifitas masing masing. Dita kembali ke tokonya karna ada barang baru yang masuk dan saya pun karna ramai saya ikut berjaga di kasir.

Tiba tiba ada seorang pria datang di kasir.

"Siang bu. Apa benar ibu onwer rumah makan ini." Tanya nya.

"Ya pak. Saya sendiri ada yang bisa saya bantu."

"Begini bu saya pesan 300 nasi kotak untuk hari minggu." Ucapnya. Saya memberi katalog serta harga yang akan kami sepakati nantinya. Setalah lima belas meniti ia mengambil porsi jumbo untuk tiga ratus kotak dan di bayar ful.

"Bu ini kartu nama saya dan di situ tertera alamat saya. Nanti saya ambil jam sepuluh pagi."

Setelah nya ia pergi. Saya sampai terpana ke tampanannya. Apa karna saya sudah lama hidup sendiri ya. Ahh entahlah rasanya semua laki laki sama saja. Sama sama mokondo.

"Bu bayar bu."

"Eehhh. Iya pak maaf maaf pak." Saking asiknya melamun saya tidak tau kalau sudah banyak yang antri. Setelah semua yang mengantri selesai tiba tiba saja Dita datang dengan tergesa gesa.

"Kamu kenapa Dit.?" Tanyaku lagi.

"Masa tokoku di akui orang lain katanya tokoku milik istrinya." Jawaban Dita saya tidak paham. Dita menarik tanganku untuk pergi ke tokonya. Saya pun penasaran siapa yang datang mengaku bosnya.

"Ingat saya bos di sini. Mulai sekarang keuangan toko ini harus di setor ke saya paham kalian." Ucap Pria yang sangat familiar.

"Ya Allah. Dasar manusia tidak tau malu." Seruku.

"Hai sayang." Ia datang di depanku dengan pedehnya. Dita bingung karna ia belum pernah melihat secara langsung suamiku bahkan karyawannya pun kaget. Mereka tidak kenal tiba tiba datang mengaku sebagai bos.

"Kamu ngapain di sini. Ingat kita sudah tidak ada hubungan apa apa lagi. Apa kamu lupa kita sudah bercerai." Ucapku lagi entah keberanian dari mana.

"Kita bisa rujuk. Kita masih suami istri di mata negara jadi jangan sok jail.""sambil tersenyum meremehkan yang membuatku tersulut emosi.

"Kau pikir dirimu siapa mau rujuk samaku. Kau tidak pikir dulu kau perlakukan saya seperti apa? Atau perlu saya jabarkan." Ucapku dengan nada tinggi. Dulu saya hormati tapi sekarang saya tidak lagi menghormatinya. Saya muak dengannya berharap saya tidak lagi bertemu dengannya malah saya bertemu lagi. Emang ya dunia selebar daun kelor.

"Saya tidak peduli. Kembalikan hartaku. " ucapnya dengan pongah yang membuat Dita tertawa terbahak bahak mendengar ocehan mantan suamiku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!