BAB.9 BU DARMI ( IBU KOS )

Sera hari ini saking lelahnya ia tertidur sampai hampir maghrib. Ia mengejar target tamat dan belajar jualan online.

"Sera ... Ra ... ya ampu mati suri ni anak." Omel Dita.

Dita mengambil air di gelas ia memercikan di wajah Sera agar ter usik tidurnya.

"Ser. Bangun. Ser... bangun ..." walaupun banyak drama akhirnya Sera bangun juga.

"Dit gak ngampus kok kamu ada di kamarku." Tanya Sera yang masih stengah sadar. Ia belum menyadari jika sekarang sudah hampir maghrib.

"Bangun kamu lagi mati suri ya. Dari tadi saya bangunin malah asyikan berlayar di pulau kapuk." Omel Dita yang membuat Sera makin bingung. Karna ia memang tidur lagian gak ada salahnya kan.

"Allahu ... akbar ... allahu .... akbar"

Azan berkumandang dengan begitu merdu. "Astaghfirullah Sera bangkit langsung berlari ke kamar mandi. Ia tidak mungkin mau shalat dalam keadaan kotor. Ia mandi secepat kila dan menunaikan shalat maghrib. Nabila hanya tersenyum melihat tingkah Sera ke kanak kanakan. Dita sudah menyiapkan makan malam untuk berdua.

"Ayok makan. Makanannya di jamin enak ni gak mengecewakan."

"Kamu masak Dit." Tanya Sera sambil menatap makanan yang sudah terhidang diatas karpet.

"Iya dong say. Kalau kita pesan di restoran besok kita gak bisa makan." Ucap Dita sambil ter keke.

Mereka makan sambil bercerita dengan kegiatan masing masing. Dan banyak lagi.

"Alhamdulillah." Ucap mereka bersamaan setelah menghabiskan makanan mereka.

Sementara di tempat lain heti lagi gondok kali ini gimana tidak rumah berantakan dan kulit kacang ada di mana mana. Ruang tamu yang di jadikan tempat terbersih yang ada ruangan terkotor. Dan asisten rumah tangga sudah di pecat karna ulah Sahara. Sahara yang geram akhirnya mengadukan kepada kepada mama mertunaya sampai karyawan satu satunya itu di pecat.

"Aduh gini amat kalau punya mantu tapi nyusahin saja." Gumannya sambil membersihkan ruangan tersebut.

"Mama masak apa hari ini saya sudah lapar." Ucap Sahara seenak jidatnya saja. Heti mendelik tanda tak suka tapi Sahara bodoh amat.

"Cari sendiri Sahara itu ada di meja makan. Kalau tidak suka masak sendiri saja." Ucap Heti masuk dalam kamarnya. Ia lama ke lamaan ilfel sama menantu kesayangannya itu.

Mau cari yang sempurna tidak ada di dinia nyata. Seburuk buruknya orang tulus tak akan datang dua kali jika kamu sudah menyakitinya. Bahkan untuk melihat mu dari jauh dia enggan.

Tok ... tok ... tok ...

"Mama saya lapar." Teriak Alwani dari luar kamar.  Kebiasaan buruknya belum hilang juga ternyata. Heti yang marah makin marah kali ini.

Cklek

"Jangan teriak teriak Al dalam rumah ini bukan hutan. Kalau mau makan kamu suruh istrimu layani." Ucap Heti sambil menutup kamarnya dengan kencang.

Brak

Alwani yang berada di luar kamar terlonjat. Ia lapar tapi makanannya bukan selerahnya. "Sayang masakin makanan ke sukaanku dong."

Sahara hanya mendengkus kesal. Ia tidak bisa masak. Ia menikah supayah hidup enak bukan jadi babu.

"Ahhh. Babu sialan." Ucap Sahara spontan.

"Siapa yang babu." Suara Heti kencang membuat Sahara ketakutan ia minta perlindungan dengan suaminya.

"Ma sudahlah. Liat tu Sahara ke takutan." Alwani membela istrinya. Sahara hanya tersenyum puas mendengar suaminya memihak padanya.

Heti meninggalkan dua orang tampa kata. Ia pergi ke meja makan untuk menyantap masakannya sendiri.  Ia kembali mengingat Sera yang pergi usai di talak oleh anaknya sendiri. "Sera dimana ya tinggalnya. Masakanku kadang tak seenak Sera." Batinnya. Dia mengingat kembali saat Sera di suruh masak dalam keadaan sakit padahal sudah ada juru masak dalam rumah. Tapi entah kenapa melihat Sera tersiksa menjadi kepuasaan tersendiri baginya.

Penyiksaan Sera kian berlanjut karna tidak pernah melawan dan hanya bisa menangis.

"Apa harus mencarinya ya. Tapi dia kemana bahkan saya seolah kehilangan jejaknya." Ia terus memikirkan keadaan Sera. Dalam rumah tak ada kotoran sedikit pun. Sera memang pandai membersihkan jadi tak heran kalau dalam rumah tam ada debu yang menempel.

"Mama kami lapar. Masakin yang lain ya." Pinta Alwani yang di ikuti istrinya duduk di meja makan.

"Makan apa yang ada. Kalau tidak suka ya masak sendiri." Ujar Heti yang sudah jengah dengan anak anaknya yang tak bisa mandiri sedikit pun. Ia meninggalkan makanannya begitu saking muaknya.

"Mas ibu nggak suka ya sama saya." Sahara mulai mengeluarkan air mata buayanya untuk menarik simpatik suaminya.

"Nggak begitu sayang. Ibu itu sangat sayang sama kamu, mungkin hanya pengaruh cape saja." Ujar Alwani membesarkan hati sang istri agar tidak merajuk. Tapi tanggapan Sahara jika Alwani membela ibunya.

"Mas kamu membela ibumu. Jelas jelas ia tidak menyukaiku. Kalau saya tidak hamil anakmu mungkin nasibku sama dengan si Sera upik abu itu." Sahara meninggalkan suaminya di meja makan. Sambil tersenyum licik. Ia berhasil mengadu domba anak dan ibunya.

"Sialan. Saya mau semua harta suamiku atas namaku ketika anak ini lahir maka saya akan bercerai darinya." Ucapnya sambil menyeringai.

Lagi lagi Alwani sama saja menikahi ular yang berwujud manusia. Alwani duduk di teras menerawang jauh.

"Ya tuhan kenapa hidupku semakin rumit. Bukannya bahagia yang ada saya menderita dengan keadaan ini." Ujarnya seorang diri walaupun tidak ada yang mendengarnya ia tetap saja berkeluh kesah.

Sera malam ini seperti biasa ia menulis untuk di upload besok dan sambil menjual online. " ya allah bantu lah hamba suatu saat nanti pergi berkunjung ke tanah suci." Ucap Sera mengamini doanya sendiri.

Pagi hari rutinitas sebelum subuh ia shalat tahajut dan melanjutkan tulisannya bab demi bab. Ia semakin semangat mana kala banyak yang menyukai ceritanya dan banyak suport dari para penggemar karyanya. Walaupun tak saling mengenal tapi sudah seperti itu zaman sekarang saking canggihnya seola dunia berada dalam genggaman.

Usai shalat subuh Sera memasak untuk sarapan paginya. Ia sudah belanja kemarin dan bahan bahan makanan sudah di taroh dalam kulkas mini.

Wangi masakan mengguar ke seluruh pelosok sampai ibu kos pun mengikuti aromah makanan itu yang membuat perutnya keroncongan.

Tok ... tok ... tok ..

"Sera. Kamu lagi bikin apa?" Tanya bu Darmi setelah Sera nongol diambang pintu.

"Ni bu Sera lagi masak." Jawabnya sambil tersenyum malu. Karna baru kali ini ibu kosnya datang ke kamarnya.

"Ohh. Lagi masak. Bisa nggak ibu cicipi masakanmu."

"Boleh bu. Tapi rasanya mungkin kurang enak." Sera berucap ragu ragu. Ia teringat waktu masak di rumah mantan suaminya di komplen katanya makanannya kurang enak.

Bu Darmi memasukan makanan ke dalam mulutnya sambil mengunya secara perlahan. Membuat Sera pucat pasi karna masakannya sudah pasti kurang enak.

"Mmm. Ni enak Ser. Ya allah enak bangat. Ibu boleh namba kan Ser."

Sera hanya mengangguk. "Syukurlah kalau ibu suka masakan Sera."

"Andaikan ibu punya anak cowok sudah ku jadikan menantu." Ucap Bu Darmi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!