BAB.4 KERAS KEPALA

Saya tidak peduli dengan sumpah serapah yang mereka ucapkan. Saya tetap keluar dari rumah untuk mencari tempat tinggal.

Sejauh kaki melangkah tidak ada yang cocok denganku. selain tempatnya mahal dan juga terlalu besar sementara yang tinggal hanya diriku sendiri.

"Atau kejalan itu saja ya." Ujarku sambil melangkah masuk sebuah gang yang cukup padat penduduk karna rumahnya berdempetan. Sepertinya di sekitar sini bisa di jadikan tempat usaha.

Singkat cerita saya sudah menemukan rumah seperti yang ku mau. Saya ingin memulai hidupku yang baru tampa gangguan siapa pun. Kebetulan tadi saya sudah tarik uang di BRI link. Jadi gak pusing pusing amat.

Saat ini saya berada di pasar yang dekat rumah kontrakan ku. Karna tidak kelengkapan maka saya harus beli sendiri. Yang ada hanya kompor gas satu mata di lengkapi tabung.

"Ya allah kuatkan hamba untuk melewati di setiap ujianmu." Batinku

Setelah membeli beberapa perlengkapan dapur, saya ingin membeli baju beberapa helai. Lumayan kalau beli di pasar dapat harga murah dan bisa di tawar. Hehe gitulah kira kira.

"Silakan mbak dasternya tiga seratus, kain tebal dan tidak panas." Teriak salah satu lapak yang jualan daster mempromosikan jualannya.

"Kalau ini berapa kak." Saya ambil salah satu celana kulot dengan warna kesukaanku.

"Itu seratus ribu kak."

"Gak bisa kurang kak saya mau dengan dasternya."

"Bisa kak saya kasih harga delapan puluh ribu untuk kulotnya. Yang daster harganya tiga seratus bisa pilih model dan motif."

Setelah deal dengan harganya saya memilih tiga motif daster dan tiga model juga. Lumayan kan untuk ganti ganti. Mengingat dasterku banyak bolongan bahkan saya tambal dengan kain lap. Miris kan.

Setelah saya rasa cukup dengan belanjaanku saya akan pulang ke kontrakan ku. Ternyata tukang ojek itu masih menunggu.

"Sini mbak saya bantuin." Ucapnya sambil mengambil beberapa kantongan plastik yang di tanganku.

Setelah seharian meninggalkan rumah bak neraka itu rasanya tak ingin kembali lagi. Tapi saya masih sah istrinya saya cari kontrakan untuk jaga jaga jikalau di usir tiba tiba agar saya tidak kelimpungan.

"Menikah bukannya bahagia yang ada sengsara." Monoloq ku seorang diri.

Saya pulang hari sudah mulai petang. Bagaimana lagi karna saya tidur terlebih dulu. Ternyata nyaman yah tinggal sendiri. Saya siap siap pulang saya pun sudah mandi dan sudah mengganti pakaianku. "Semoga tak ada drama lagi di rumah." Selama ini saya yang takut padahal gak seperti di cerita orang orang kampung.

Sesampainya di rumah saya melihat banyak orang dan mobil parkir ada lima di depan rumah bahkan rumah tetangga. "Ada acara kah di rumah." Batinku

Saya memasuki rumah dengan perasaan yang campur aduk. Saya melihat ruang tamu penuh dekorasi entah acara apa. Tapi lagi lagi yang membuatku sakit hati suamiku merangkul mesrah wanita itu.

"Penyesalan terbesarku adalah menikah denganmu." Monolog ku seorang diri dasar laki laki yang tak tau di untung.

Saya masuk dengan perasaan yang tak menentu. Suamiku seolah buta dengan keberadaanku padahal ia orang pertama yang menyadari kehadiranku di sini.

"Eh. Mandul udah pulang. Darimana saja." Ejeknya sambil ngakak. Lagi lagi ucapannya membuatku sakit hati tapi apalah dayaku.

"Darimana kamu. Jam segini baru pulang bukannya bantu beresin rumah malah pergi jual diri." Ujar Sahara dengan santainya.

Plak plak.

"Sekali lagi kalian menghinaku saya akan bakar rumah ini."entah keberanian dari mana saya sampai menanmparnya padahal selama ini ku tatap wajahnya pun kutak pernah. Bukannya tak pernah saya takut jika bertemu pandang dengannya.

"Aww. Bu tolong perih sekali." Teriaknya seperti dia habis kerampokan. Dasar orang aneh. Iya orang aneh dia yang di imbangi dia juga yang merasa tersakiti. Bahkan tak bisa saya pungkiri jika ia itu di sayang di keluarga ini padahal setiap kali datang bikin rusuh saja.

Suamiku mendekat kearahku dan napas yang memburu bahkan dia menahan amarahnya tapi karna terus di komporin akhirnya meledak juga lahar panas yang menggumpal di dadanya.

Plak. "Dasar istri tidak tau diri."

Ku tatap wajahnya dengan raut penyesalanku. "Kamu harus bayar perbuatanmu setelah ini." Ucapku datar meninggalkan semua orang yang ada di sana dengan menahan sesak masuk dalam kamar ku selama di rumah ini.

Sementara pintu di gedor dengan kencang saya tidak peduli. Jika saya di usir malam ini juga saya tidak takut lagi. Saya masih memiliki uang pegangan satu juta ku perkirakan cukup untuk sebulan jika seorang diri.

Setalah mempertimbangkan segalanya akhirnya saya melangkah keluar. Karna dekorasi pun sudah semua rampung membuat kesan mewah yang akan melihatnya padahal yang akan ulang tahun orangnya sudah tua dan anehnya dekorasinya seperti orang mau kawinan saja. Semua orang memakai pakaian mewah sementara saya hanya celana yang saya beli di pasar tadi.

"Hallo. Kamu pembantunya bu Heti ya." Tanya seorang ibu ibu yang glamor sepertinya dirinya uang paling heboh di antara yang lain.

"Bukan. Saya me.." belum kulanjutkan ucapanku suamiku sudah memanggilku dengan kencang.

"Sera kamu pergi ke dapur bantu bantu orang di dapur malah asyikan ngobrol. Dasar pembantu pemalas." Makinya seola saya ini bukan istrinya.

Hatiku semakin remuk mendengar ucapan siamiku sendiri.

Saya ke dapur memang banyak makanan yang akan di tata di tenda. Karna selain dekorasi yang mewah ternya mereka pasang tenda jadi di laur juga.

"Hai. Kamu pembantu baru ya di sini." Ucap salah satu ibu ibu yang sedang menyusun kue kue basah di piring.

"Bukan bu. Saya is..."

"Sera lama sekali sih kamu." Lagi lagi suamiku memotong ucapanku. Dasar pria aneh tapi kali ini tidak diam saja karna selama ini tidak pernah di perkenalkan di depan publik bahwa saya istrinya.

"Maaf ya suamiku. Dari tadi loh kamu nguntilin saya. Jangan marah marah terus nanti kena stroke." Ucapku sambil tersenyum jumawa.

"Lah kamu istrinya tapi kenapa dia akan menikah lagi sama wanita lain." Ucap ibu Susi karna tadi sempat memperkenalkan namanya.

"Iya bu. Saya di jadiin babu di sini dia juga loh yang tabrak a..."

"Sera stop!" Bentaknya. Alhasil semua orang melihat ke arah kami.

"Dasar wanita mandul. Ingat ya saya menikah lagi karna kamu tidak bisa kamu memberiku keturunan." Ucapnya sambil merangkul kekasihnya yang sebentar lagi di nikahinya. Sebentar lagi penghulu akan datang.

"Iya ya lah gimana mau hamil orang air mani kau saja di tampung di ko*dom kok." Ucapku lagi lagi wajahnay memerah menahan malu. Semua orang tertawa di sana. Entahlah mereka menertawai kebodohan suamiku atau kepolosanku. Hehehe

Terpopuler

Comments

Ma Em

Ma Em

Aku suka karakter Sera yg mau melawan suami dan keluarga bila perlu bilang sama orang orang bahwa suamimu yg telah membunuh orang tuamu, Sera kamu harus berani lawan mereka yg suka menghina kamu.

2024-02-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!