Hari-hari Reva dan Dava sangatlah bahagia, semenjak Reva dinyatakan hamil, semua orang begitu sangat memanjakan Reva apalagi Dava.
Namun Reva mengalami masa ngidam yang sangat parah, dia tidak pernah mual tapi dia merasakan pusing dan tubuhnya terasa lemas bahkan untuk berjalan pun rasanya tidak kuat.
"Sayang, ini minum dulu susunya," seru Dava.
Dava membawakan susu dan buah-buahan untuk Reva, Reva tidak mau makan nasi bahkan saking khawatirnya kepada istrinya, Dava tidak ke kantor selama dua hari.
"Mas, lebih baik Mas pergi saja ke kantor aku tidak apa-apa kok," seru Reva lemas.
"Tidak, aku khawatir sama keadaan kamu. Pokoknya aku akan temani kamu di sini, masalah kerjaan, aku bisa bekerja dari rumah," sahut Dava.
Reva sebenarnya senang kalau Dava ada di rumah karena saat ini dia memang ingin selalu dekat dengan suaminya itu. Reva mulai memakan buah-buahan, sedangkan Dava duduk di sampingnya sembari mengotak-ngatik laptopnya.
"Mas, maaf ya aku sudah menyusahkanmu," lirih Reva.
"Hai, kata siapa kamu menyusahkan justru aku sangat bahagia bisa melayani mulai karena aku tidak mau sampai calon anakku kenapa-napa."
"Apa Mas bahagia akan segera menjadi seorang Daddy?" tanya Reva.
Dava menghentikan gerakan jarinya, lalu menatap istrinya itu dengan penuh cinta.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu? jelas bahagialah, malahan sangat bahagia," sahut Dava.
Reva tersenyum, sungguh saat ini Reva merasa menjadi wanita yang paling bahagia dan beruntung. Bagaimana tidak, dia mempunyai suami tampan plus pemilik perusahaan besar, mempunyai mertua yang sangat menyayanginya sudah pasti semua wanita menginginkan posisi menjadi Reva.
"Terima kasih ya Mas, sudah menyayangi aku dan juga Rian."
"Kenapa berterima kasih, itu semua sudah menjadi tanggung jawabku," sahut Dava.
Dava menarik tubuh Reva ke dalam pelukannya.
"Mommy!"
Pintu kamar mereka terbuka dengan sangat kencang, Chika dan Cello berdiri di depan pintu. Reva tersenyum dan melepaskan pelukan suaminya itu.
"Ada apa sayang-sayang Mommy? sini," seru Reva dengan merentangkan kedua tangannya.
Chika dan Cello langsung berlari dan memeluk Mommynya itu.
"Awas kena perut Mommy," seru Dava.
"Ada apa sayang? kok wajah kalian cemberut seperti itu sih?" tanya Reva dengan mengusap kepala Chika dan Cello.
"Chika marah sama Mommy."
"Iya, Cello juga marah sama Mommy."
Keduanya duduk dengan menyilangkan kedua tangannya di dada sembari cemberut membuat Reva dan Dava saling tatap satu sama lain.
"Kalian kenapa? kok marah sama Mommy?" tanya Dava.
"Sudah lama Mommy tidak mau memandikan kita, tidak mau membacakan dongeng, dan tidak mau mengajar kita lagi," sahut Chika.
"Mommy sudah tidak sayang lagi sama kita," sambung Cello.
Dava menutup laptopnya dan menyimpannya di atas meja, lalu menghampiri kedua keponakannya itu.
"Chika, Cello, dengarkan Daddy. Mommy bukanya tidak menyayangi kalian lagi, tapi Mommy saat ini sedang tidak enak badan karena di dalam perut Mommy ada dedek bayinya jadi Mommy jangan terlalu capek. Bukanya kalian ingin adik?"
"Iya, Daddy."
"Nah, kalau begitu mulai sekarang kalian lakukan semuanya sendiri karena sebentar lagi kalian akan menjadi kakak jadi kalian tidak boleh manja lagi," seru Dava.
Chika dan Cello mendengarkan ucapan Dava dengan seksama.
"Kalian harus janji sama Daddy, kalau kalian akan menjaga Mommy jangan buat Mommy capek," seru Dava.
"Janji," sahut Chika dan Cello bersamaan.
Reva tersenyum dan mengusap kepala Chika dan Cello, tidak lama kemudian ponsel Dava berbunyi tanda ada panggilan untuknya.
"Sebentar ya, ada telepon dari kantor."
Dava bangkit dan segera mengangkat telepon dari asistennya itu, sedangkan Chika dan Cello mengusap perut Reva secara bergantian.
Dava memutuskan sambungan teleponnya dan menghela napasnya.
"Ada apa, Mas?" tanya Reva.
"Aku harus ke kantor ada urusan penting."
"Ya sudah, Mas pergi saja."
"Tapi bagaimana denganmu?"
"Aku baik-baik saja kok, Mas jangan khawatir."
Akhirnya dengan terpaksa, Dava pun harus pergi ke kantor dan meninggalkan Reva.
"Ya sudah, aku ke kantor dulu, kalau urusannya sudah selesai, aku akan segera pulang."
"Iya, Mas."
"Kalian jaga Mommy ya, nanti siang kalian buatkan susu untuk Mommy," seru Dava.
"Iya, Daddy."
"Sayang, aku berangkat dulu ya! kalau ada apa-apa, langsung telepon aku."
Dava mencium kening Reva, tidak lupa Dava juga mencium Chika dan Cello.
"Sayang, Mommy ingin istirahat dulu, kalian main di bawah ya," seru Reva.
"Baik, Mommy."
Keduanya pun menurut dan keluar dari kamar Reva. Chika dan Cello bermain di ruang tengah, ditemani oleh Amelia. Hingga waktu pun berjalan dengan sangat cepat.
"Nyonya, bahan makanan sudah habis."
"Ya ampun, aku sampai lupa belanja bulanan. Ya sudah, sekarang bibi siap-siap kita belanja bulanan," seru Mama Amelia.
"Iya, Nyonya."
"Chika, Cello, kalian mau ikut belanja sama Nenek?"
"Tidak Nek, Chika dan Cello ingin menjaga Mommy karena kata Daddy, kita harus jaga Mommy," sahut Cello.
Amelia melihat ke arah jam dinding. "Ya sudah, tapi kalian jangan keluar dari rumah. Lagipula sebentar lagi Kak Rian pulang sekolah."
"Iya, Nek."
Amelia pun pergi bersama ARTnya untuk belanja bulanan.
"Cello, ini sudah siang kata Daddy kita harus buatkan susu untuk Mommy," seru Chika.
"Ah iya, ayo kita buat."
Kedua anak kecil itu pergi ke dapur, mereka melihat kaleng susu Mommy tapi pada saat dibuka ternyata kosong dan Dava lupa membeli susu cadangan.
"Susunya habis, Chika."
"Bagaimana ini?" seru Chika.
"Kita beli saja," sahut Cello.
"Tapi kan, kata Nenek kita tidak boleh ke luar rumah," seru Chika.
"Tapi kasihan kalau Mommy gak minum susu, nanti dedek bayinya kehausan," sahut Cello.
Chika berlari ke dalam kamarnya dan mengambil uang jajan yang selalu diberikan oleh Dava.
"Kita beli saja susunya, minimarketnya kan dekat pasti Nenek tidak akan marah," seru Chika.
"Ayo."
Akhirnya kedua anak kembar itu nekad keluar rumah, keduanya berjalan bergandengan tangan. Mereka keluar mengendap-ngendap, satpam pun yang sedang berjaga kebetulan sedang tertidur jadi tidak sadar kalau kedua anak kecil itu keluar rumah.
Minimarketnya memang tidak terlalu jauh hanya saja keduanya harus menyebrang jalan raya. Chika menarik baju tukang parkir. "Pak, tolong sebrangkan kita ke sana," seru Chika.
"Baiklah."
Tukang parkir itu pun membantu Chika dan Cello menyebrang, lalu Chika dan Cello masuk ke dalam mini market. Setelah menemukan susu yang mereka cari, mereka pun segera membayarnya dan keluar.
Chika dan Cello kembali bergandengan tangan, tapi mereka tidak menemukan tukang parkir itu.
"Bagaimana kita akan menyebrang?" tanya Cello.
Chika mulai celingukan, pada saat jalanan mulai kosong, Chika pun menarik tangan Cello untuk menyebrang. Keduanya menyebrang dengan bergandengan tangan, pada saat di tengah jalan, sebuah ambulance melaju dengan kecepatan tinggi membuat kedua anak kecil itu menoleh.
"Chika, ada mobil!" teriak Cello.
Bruuuuaaakkkk.....
Sebuah hantaman keras terdengar, kedua tubuh kecil itu tertabrak mobil ambulance. Kantong kresek yang berisi susu, terlempar. Tubuh kedua anak kecil itu bersimbah darah dan seketika orang-orang langsung berhamburan.
Dava yang sedang minum, Tiba-tiba gelasnya terlepas dari tangannya dan jatuh sampai pecah.
"Astaga, ada apa ini? kenapa perasaanku tiba-tiba tidak enak," gumam Dava.
Begitu pun dengan Reva, dia yang sedang terlelap tiba-tiba tersentak dan langsung bangun dengan keringat yang memenuhi wajahnya.
"Astagfirullah, perasaanku gak enak," gumam Reva.
Reva dan Dava sama-sama merasakan perasaan tidak enak, mereka tidak tahu kalau saat ini Chika dan Cello mengalami kecelakaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Erna Fadhilah
semoga mereka berdua selamat dan dava ga nyalahin Reva
2024-02-02
2
Esther Lestari
yak ampun duo C😨
2023-12-13
1
나의 왕자
adeeehhhh nih bocil...bakalan jadi masalah gak ya buat reva nya
2023-12-10
1