Bab 20

Menjelang 5 meter dari Fottesmore Garden Residence,perlahan taksi yang di tumpangi Jovian dan Ceisya memperlambat laju kecepatannya.Usai melewati serangkaian pemeriksaan,taksi itu masuk ke gerbang perumahan yang memadukan konsep modern dan alami.Terlihat dari penggunaan batu alam di bagian penyangga gerbang.Dan batu alam itu bersanding dengan tulisan nama perumahan yang elegan berwarna emas.

"Pak,rumah paling ujung Blok F Nomer 2A ya",ucap Ceisya mengarahkan lokasi kepada sopir taksi.

"Baik,Nona.Oh ya,Tuan akan turun di mana?".

"Jalan saja,pak",balas Jovian cuek.

Kedua tangannya bersedekap sekadar mengusir hawa dingin ac dalam taksi itu.Tak ada komunikasi yang terjalin baik di antara Jovian dan Ceisya sejak mereka berselisih beberapa menit yang lalu.Bisa di simpulkan,kemampuan berinteraksi Jovian juga tidak menunjukkan tanda - tanda bahwa pria ini bukan seorang perayu ulung.

Apakah dia seorang introvert?.

Itulah sedikit gambaran yang terlintas dalam pola pikir Ceisya saat ini.

Sekitar 150 meter kemudian,taksi itu berbelok dan di ujung jalan menampakkan rumah megah nan mewah bergaya arsitektur Mediterania.Berlatar belakang langit biru yang bersih dan matahari pagi yang bersinar cerah,itu adalah rumah paling indah di Fottesmore Garden Residence.

Taksi pun berhenti di depan gerbang kediaman keluarga Andersen.Ceisya bergegas membuka tasnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang puluhan ribu.Lalu,membayarnya sesuai argo taksi.Sesudah menerima pembayaran dari gadis itu,sang sopir taksi memutar arah balik,sampai akhirnya transportasi itu hilang di sebuah tikungan.

Ceisya terkejut dan memekik keras kala membalikkan badannya.Tanpa di sadari,pria jangkung yang setaksi dengannya sudah berdiri gagah di sampingnya laksana seorang pangeran dari kerajaan atas angin yang turun dari Indraloka ,"Astaga,kau membuntutiku?".

"Sudah aku bilang,tujuanku 'kan juga ke sini",sahut Jovian santai.

"Terserah...".

Ceisya segera berlalu dari hadapan Jovian.Saking kesalnya dan merasa terburu - buru,salah satu kakinya terpeleset dan membuat tubuhnya terhuyung ke belakang.Melihat lawan bicaranya akan jatuh,spontan Jovian langsung menarik tangan Ceisya dan memegang pinggang ramping gadis itu.

Empat pasang mata makhluk fana kini bersitatap satu sama lain,mengikis jarak keduanya.Ceisya bisa merasakan deru nafas Jovian yang menyapa hangat permukaan bibirnya.Waktu seakan berhenti begitu saja,hanya terdengar laras riuh jantung masing - masing yang menimbulkan tremor - tremor kecil di dada.

"Dasar gadis ceroboh!",hardik Jovian.

Belum sempat Jovian melepaskan pegangan tangannya.Ceisya mendorong dada bidang Jovian agar menjauh,"Menyingkirlah dariku,pria kurang ajar!".

"Kau bilang apa,Nona?".

Bara api seakan muncul dari kilatan mata Jovian,terpampang jelas dia benar - benar marah.Gadis itu tidak tahu,bahwa Jovian tidak suka di tantang,maka jangan salahkan jika pemuda itu hilang kendali.

Drttt...Drttt...Drttt...

Bunyi gawai berdering,mengusik ketegangan yang sedang terjadi,otomatis memaksa Jovian melepaskan Ceisya.Sang gadis mundur beberapa jengkal kaki,dia tampak gugup menatap mata Jovian yang seperti duri tajam hendak merajam sendi - sendinya.

Apakah pemuda ini titisan dewa Ares jaman Romawi kuno?.

Bisa saja!.

Gayanya yang terburu nafsu jelas mempertegas praduga itu.

"Sekarang pergilah,Nona!".

Jovian berlalu dari tempat itu dan menuju ke seberang jalan.Tak mungkin,dia mengangkat telepon di depan Ceisya karena benda pipihnya merupakan keluaran terbaru dan berharga mahal.Dia takut,penyamarannya akan terbongkar di hadapan gadis yang juga menjadi target pelampiasan dendamnya.

"Dasar pria aneh!".Desis Ceisya sambil mengerucutkan bibirnya dengan alis menyatu seperti menahan kesal.

Tak mau ambil pusing,gadis berparas elok dengan tubuh tinggi semampai itu masuk ke sebuah pekarangan rumah yang terlihat asri.Hamparan rumput hias bertepi barisan rumpun dahlia menjadi satu - satunya pemandangan pertama di teras rumah.Di sanalah,penyambung mozaik ikatan cinta Ceisya bersama sang tunangan setengah windu lalu.

***

"Ada apa kau menghubungiku,Darko?".

Jovian bertanya serius,tapi tak menghilangkan aroma santai dan fleksibelnya.Namun,bila di resapi nadanya kian meruncing bak besi panas yang menusuk ke gendang telinga.

"M-maaf,bos...Hanya ingin melaporkan bahwa perintah anda sudah saya laksanakan,bos".

Dari cara bicara,kayaknya pria di ujung sana menyimpan rasa trauma yang sangat mengerikan.Kelihatan tertekan,cemas,dan ketakutan yang berlebihan.

"Bagus,berarti kau masih sayang dengan ke-5 jarimu yang masih tersisa",ucap Jovian tersenyum smirk.

Darko,pembunuh bayaran yang terbilang kejam dan di sewa oleh Xander untuk menghabisi Jovian.Tanpa dia ketahui,ternyata sasaran targetnya adalah seorang ketua bawah tanah yang menguasai hegemoni kota Leytonstone bahkan dunia.

Dia melupakan satu hal,bahwa di atas langit masih ada langit!.

***

Flashback :

Di sebuah ruangan sempit dan suram,hanya satu lampu remang yang tergantung menerangi isinya.Membias himpunan sarang laba - laba dengan jejak debu bercampur aliran genangan darah yang mengalir di ubin.Bau amis menguap tajam dari ruangan pengap itu,semakin menunjukkan bahwa tempat itu adalah arena penyiksaan melebihi neraka bagi kaum kafir.

Seonggok daging tak berdaya tampak meringkuk,tergeletak di dinginnya lantai.Rambutnya kusut dan mencuat ke segala arah dengan polesan wajah yang berwarna biru lebam.Jemarinya terkepal lemah tanpa tenaga.Entah apa yang terjadi kepadanya hingga bisa berakhir mengenaskan di tempat itu.

Kreeek!.

Suara daun pintu terbuka,secercah cahaya meluas menyelimuti tubuhnya yang sudah terkoyak oleh senjata tajam.Samar - samar mata pria itu mengerjap,memandang ke arah pintu penuh was - was.

Siapa yang datang?.

Siksaan apa lagi yang akan mereka berikan?.

"Dia orangnya?".

"Benar,Tuan muda".Gizza menarik sebuah kursi,mempersilahkan pria dingin itu untuk duduk.

"Silahkan,Tuan muda!".

Sebelum meletakkan pantatnya,pria yang tak lain adalah Jovian itu meniup beberapa kali alas kursi agar kotorannya tersingkir.

"Bantu dia berjongkok!",titah Jovian kepada salah satu penjaga ruang itu.

Dengan cekatan,penjaga itu bergerak maju.Dia membangunkan tubuh pria sekarat itu dengan menopang punggungnya dari belakang.Keduanya pun berhadapan,Jovian menatap dingin pada pria yang telah berani mengusik dunianya.

"Siapa namamu?",tanya Jovian.

"Kau tak tahu siapa aku?.Dasar orang udik!".

"Jaga ucapanmu,bedebah!",teriak Gizza keras.

Refleks,sang asisten mendekati pria yang nyaris mencelakai majikannya.Tangannya mengepal berniat memberikan tinjunya ke wajah pria malang itu,namun di cegah oleh Jovian.

"Jangan kotori tangan halusmu itu,Za!".

"T-tapi,pria ini sudah lancang Tuan muda".Protes Gizza.Jovian menggeleng.Senyum miring mengembang dari bibirnya,tampak berbahaya dan mengerikan,salut akan keberanian pria itu terhadapnya.

"Ayo,lakukanlah pengecut!".

Di tengah rasa nyeri yang menerjang sekujur tubuhnya,pria itu malah tertawa dan mengangkat dagunya seolah menantang.Penyekapan dan penyiksaan yang telah di alaminya selama 3 hari seolah tak membuatnya jera,justru menjadi cambuk yang membangkitkannya dari kematian.

"Wah rupanya,nyalimu hebat juga".

Jovian mencengkram kasar rahang pria itu.Irish matanya yang berwarna hitam pekat memancarkan cahaya iblis dari kegelapan.

Menyeramkan!.

"Ku tanya sekali lagi,siapa namamu?".

"B-bunuh saja aku,anjing!".

"Za,aku butuh sesuatu untuk mencincang lidah orang ini.Ah...bukan,mungkin meralat seluruh tubuhnya",ucap Jovian mengganti tujuan pertamanya.

Seolah paham maksud dari Jovian,Gizza berjalan ke sudut ruangan dan mengambil sesuatu dari dalam laci kemudian menyerahkannya kepada sang majikan.Sebuah pisau yang runcing dan tajam dengan kedua sisi bilahnya memantulkan kilau keperakan.

"Ini,Tuan muda".

Jovian mengambil alih benda itu dari tangan asistennya.Sejenak,dia mengamati pisau itu lalu mengalihkan beranda matanya ke calon korban.Seringai kepuasan di netranya tampak berbinar ,"Hmm...sepertinya benda ini senada dengan warna kulit tubuhmu".

Gluk!.

Pria itu menelan ludahnya yang telah berfusi dengan cairan kental merah.Meski sebelumnya dia berani secara terang - terangan,tapi tak bisa di pungkiri jika dalam hati kecilnya menyimpan ketakutan yang luar biasa.Dia takut,hari ini akan menjadi hari terakhir baginya menyaksikan indahnya gemerlap dunia.

"Nyalakan lampunya.Aku ingin melihat wajah b4jingan ini dengan jelas!".

Klek!.

Tombol suara saklar terdengar,tak lama lampu penerangan berpijar,membiaskan cahayanya yang menyilaukan mata.Jovian menempelkan mata pisau itu di pipi sang pria.

"Terakhir kalinya ku tanya,katakan siapa namamu?!".

"Tak semudah itu,anjing",balas pria itu masih berpendirian teguh.

Cusss....

"Aw....!".

"Keras kepala!".

Jovian menggores pipi pria itu membentuk sayatan memanjang yang melintasi hidung dan menembus ke pipi yang lain.Tangannya begitu terampil mengukir daging empuk itu,memberikan kado terindah yang tak terlupakan.Wajah itu terkoyak menampilkan sketsa tengkorak berdarah - darah.Larutan merah segar menetes,membasahi jari - jari Jovian dan lantai tempat terkutuk itu.

"Masih belum menyerah?",ujar Jovian menghentikan aktifitasnya.

"Benar - benar manusia laknat kau,anjing!".

Merasa di remehkan,sang ketua Cestyan itu beranjak dari kursinya,lalu berjongkok di depan objek bermainnya.Gurat di wajahnya memperlihatkan emosi yang telah mencapai ambang batas."Letakkan tangan kirinya di kursi itu!".

"Baik,Tuan muda".

Si penjaga yang berada di belakang pria itu,langsung menarik tangan lawan,menaruh di atas papan kursi dan menekannya kuat.

Crash!.

Crash.

Crash!.

Crash!.

Crash!.

Tanpa keraguan dan merasa berdosa,Jovian memotong ke-5 jari tangan kiri pria itu berurutan layaknya memotong sayuran wortel di dapur.Gizza dan penjaga di sebelahnya menatap ngilu perbuatan keji bosnya,hampir memejamkan mata,tak tega melihat penderitaan yang di rasakan musuh.

"Aw....".

Lengkingan keras menyayat hati bergaung memenuhi ruangan itu.Sekuat apa pun pria itu bertahan,ia benar - benar sudah tidak sanggup karena rasa sakit itu sungguh nyata.

"Lebih baik kau habisi aku saja,anjing!".

"Itu akan terjadi sebentar lagi.Tapi,asal kau tahu...aku lebih suka menikmati erangan kesakitan dari serangga kecil sepertimu!".

Jovian menjambak rambut pria itu kencang sekali.Terlihat,raganya gemetar dengan bulir peluh keringat yang menetes dari pori - pori wajah pria menyedihkan itu.Dia sudah ketakutan setengah mati.

"Harus dengan cara apalagi aku bisa merobek mulutmu ini,b4jingan",desah Jovian.

"Oh,aku tahu apa yang harus aku lakukan?,lanjutnya di iringi kekehan kecil.

Dalam prinsip hidup Jovian,tak ada kata frustasi atau menyerah.Dia memiliki banyak cara buat memecahkan suatu masalah.Sejurus kemudian,Jovian mengarahkan pisaunya ke mata pria itu,tepat ke pupilnya.Sang korban tak bergeming,tapi intuisinya mengatakan hal buruk sebentar lagi akan terjadi.Benar saja,tak perlu berargumen panjang lebar.

Jleb!.

"Aw....".Lolongan kali ini terdengar sangat memilukan,ketika ujung pisau yang lancip menusuk ke pupil pria naas itu.Kembali darah mengucur,mengotori telapak tangan Jovian yang sepertinya telah terbiasa melakukan penindasan.

"Ah,indah sekali".

Jovian menjilat seluruh bagian bibirnya merasakan sesuatu yang terkoyak.Sorot matanya terlihat tak menunjukkan rasa empati.Dia benar - benar seorang psikopat!.

Tubuh pria itu ambruk mencium lantai,usai Jovian melepaskan cengkramannya.Pemuda bengis itu berdiri dan langsung menginjak kepala lawan,menekannya sekuat mungkin membuat kepala pria itu terasa hancur di timpa bongkahan beton dengan berat berton - ton ."Katakan padaku,siapa namamu?!".

"Dar-".

"Darko",ucap pria itu lirih,tak kuasa lagi menahan rasa sakit yang bertumpah ruah.

"Akhirnya kau mengaku juga,kenapa tidak dari tadi b4jingan?!.Menunggu organ - organ tubuhmu hilang satu persatu?",tandas Jovian berapi - api.

"Darko?".Gizza kembali menyebutkan nama itu dengan kening berkerut dalam.

"Kau mengenal nama kampungan ini,Za?.tanya Jovian penuh harap,merotasikan tatapannya ke arah belakang.

Sang asisten mendengus pelan,"Setidaknya tahu sedikit tentangnya,Tuan muda.Kalau tak salah,dia pemimpin gangster yang di takuti di kota ini,Tuan muda".

"Begitu?,sayangnya aku tak terlalu familiar dengan nama kecil itu",balas Jovian mengangkat bahunya,acuh.Terlalu malas,bagi dirinya mengurus hal yang tak penting semacam itu."Siapa yang memerintahkanmu?".

"X-xander".

Jawaban singkat itu tak membuat Jovian heran atau terkejut.Dia sudah menerka semua ini adalah ulah adik sambungnya.

"Di bayar berapa kau sama dia?".Jovian melepaskan injakan kakinya dari kepala Darko,memberi ruang kepada pria itu itu untuk menarik nafas.

"D-dia baru membayarku separuhnya,sisanya akan di lunasi bila tugasku selesai".

"Kau percaya?".Darko mengangguk samar.

"Dasar bodoh!",umpat Jovian.

Pemuda berdarah dingin itu berjalan menuju ke wastafel,mencuci tangannya yang berlumuran darah lalu mengelapnya dengan sapu tangan.Tak ada rasa jijik yang terpatri di raut wajahnya seolah hal yang baru saja di lakukannya adalah sebuah hobi.

"Za,jelaskan kepadanya siapa aku sebenarnya dan urus cecunguk itu,sepertinya dia akan bermanfaat buat kita ke depannya".

"Baik,Tuan muda".

Gizza berjongkok,menatap prihatin pria dengan luka - luka mengerikan itu sehabis sang majikan melenggang keluar dari ruangan itu."Kamu harusnya bersyukur,beliau masih sudi memberimu umur panjang.Kau tahu siapa dia?.Ketua mafia Cestyan!".

Deg!.

Bak di sambar petir,Darko seperti kehilangan tenaga mendengar berita itu.Seluruh sendi tubuhnya lunglai.Siapa yang tak kenal Cestyan?.Di hadapan organisasi bawah tanah paling sadis itu,kelompok gangster seperti Darko hanyalah setumpuk daun kering yang mudah terbakar api,menimbulkan asap tebal,lalu menjadi butiran debu yang tak berguna.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!