Bab 11

Sesampainya di basement,Gizza mengeluarkan segepok kunci dan menekan tombol remote untuk membuka central lock mobil.Dia membuka pintu mobil,menaikinya,menutup kembali pintu dan memasang sea belt.

Dalam hijrahnya menuju destinasi yang di tentukan oleh sang bos,Gizza merasakan firasat yang tak enak yang mengganjal di hatinya.Untungnya,Carnafy Street dari Northern Star tak memakan waktu yang cukup lama,hanya berjarak sekitar 2 km.

Kurang dari 10 menit,Gizza sampai di lokasi yang masih terlihat lengang.Biasanya Carnary Street akan ramai pengunjung setelah jam pulang kantor untuk melepas penat sehabis bekerja.Di tempat ini,para pejalan kaki bisa menikmati pemandangan bangunan - bangunan antik dari seberang sungai Nrisse yang membelah kota Leytonstone.Sebuah perpaduan budaya,suasana yang tenang,dan tempat yang luar biasa mengingat sepanjang jalan di penuhi banyak tempat menjual minuman dan makanan baik di luar maupun dalam ruangan yang nikmat.

Di tambah,seni jalanan yang berisi coretan - coretan hingga gambar kompleks dengan pesan sosial di dalamnya.Menyulap dinding kotor dan tak terawat menjadi karya yang mengagumkan dan memperbaharui wajah sebuah kota Leytonstone.

Sangat berkelas!.

Gizza mengedarkan pandangannya,menyusuri blok demi blok yang menghubungkan Carnafy Street.Akhirnya,matanya terarah ke sebuah mobil Aston Marthin berplat nomer AX777.Dia keluar dan menghampiri mobil itu dengan tenang.

"Masuk!".

Sebuah perintah yang membuat Gizza terdiam,tak membantah sedikit pun.Dia bagaikan seekor anjing yang hanya bisa menuruti instruksi tuannya.Pemuda itu masuk dan duduk di sebelah sang bos yang berada di depan setir mobil.Seketika perubahan suhu atmosfer dalam mobil itu berubah drastis,sangat panas!.

"Ada masalah apa,Tuan muda?".

Dengan segenap keberaniannya,Gizza bertanya dan menatap wajah dingin penuh ambigu itu.Sama sekali tak terbaca,meskipun ada jeda dan spasi yang terukir di huruf - hurufnya.

"Bisa jelaskan kepadaku,kenapa video ini bisa lolos dari pengawasanmu!".

Secara berbarengan,Jovian memperlihatkan sebuah rekaman video yang sama seperti yang dia lihat tadi pagi dari ponsel Liam Brady kepada asisten pribadinya sekaligus mengeluarkan pistol berjenis Glock Meyer 22 dari balik bajunya,lalu mengarahkan tepat ke pelipis Gizza.Satu tarikan pelatuk,timah panas akan menembus tempurung kepalanya sampai hancur berantakan jika dia bertindak gegabah.Perlahan,keringat dingin mulai mengucur dari punggung Gizza,membuat wajah tampan itu sedikit memucat.Ketegangan menjalar di seluruh tubuhnya.Wajah arogan Jovian menatapnya puas tanpa ekspresi.

Dia marah!

Mungkin?,atau tidak?!.

Sialan,dari mana dia tahu soal ini?!.

"M-maaf saya teledor,Tuan muda",ucap Gizza nyaris seperti orang setengah berbisik tapi semaksimal mungkin bicara tidak tergagap.

"Kau sudah bosan bekerja dengan saya?".

"Atau gajimu kurang besar?",tambahnya dengan sebuah senyuman di bibirnya,lebih tepatnya seringai.

Gizza tersedak ludahnya sendiri,sewaktu mendengar lemparan pertanyaan kritis yang menembus ke jaringan sel - sel organ tubuhnya,bikin pemuda itu tak berkutik,seolah lumpuh dalam kuasanya.

"B-bukan begitu,Tuan muda".

"Lalu?".

"A -akhir - akhir ini banyak permasalahan yang harus saya tangani di Northern Star.Belum lagi hal - hal lain di luar perusahaan,Tuan muda.So,maafkan saya jika sampai kecolongan mengenai video tentang Tn.Xander".

"Kau kerepotan?".

Gizza terdiam,tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun.Dia menelan salivanya yang terasa mengental.Tenggorokannya mengering,sepertinya dia mengalami radang pita suara karena tekanan yang di lancarkan oleh atasannya begitu besar.

Membaca ekspresi sang asisten yang tampak ketakutan,Jovian kembali menyimpan benda metal berbahaya dengan menyelipkan di celananya,tepatnya bagian pinggang.

"Kau masih yang terbaik!.Aku akan menaikkan gajimu bulan ini!",ucapnya.

Nasib Gizza sungguh mujur.Katakanlah,di saat ajal menjemputnya,justru di detik - detik terakhir pemuda itu di kejutkan dengan hal yang tak terbayangkan dalam benaknya.Stigma yang melekat di kepalanya tentang Jovian berangsur sirna di hembus angin.

Apakah ini sebuah prank?.

Apakah dia amnesia?.

Siapa peduli!.

"T-terima kasih,Tuan muda".

Setelah hampir tak bernafas sekian menit,Gizza akhirnya merasa terbebas dari kekangan yang mengurungnya.Wajah yang sempat di landa ketakutan itu kembali memancarkan rona keceriaan yang sulit di terjemahkan.

Dia selamat dari maut!.

***

Flashback :

"Anak pintar".

Sanjungan itu lolos dari mulut Jovian kepada Gavi,sesuatu yang jarang dia ucapkan meskipun hatinya sedang berbunga - bunga.

Setelah memastikan remaja itu pindah ke jok depan,Jovian kembali menyalakan mesin mobilnya,dan melaju mengikuti ratusan mobil lainnya yang sudah berderet rapi seperti sedang mengantri bantuan langsung tunai di sebuah yayasan amal dan sosial.

Berkali - kali,Gavi melirik sopir baru di sebelahnya.Ada rasa penasaran dan ketakutan yang perlahan menggerogoti jiwa dan merusak pikirannya.Benarkah saat ini dia sedang bersama ketua Cestyan,mafia berdarah dingin yang terkenal sadis itu?.

Ya Tuhan,mimpi apa Gavi semalam?.

"Alihkan tatapanmu itu,membuatku risih saja!".

Sadar di perhatikan secara diam - diam,Jovian melontarkan kalimat peringatan yang membuat Gavi terhenyak.Apakah dia memiliki panca indera ke-6?.

Ah...tidak mungkin!.

"A...",

Akhirnya Gavi bersuara,serak dan seperti tercekik di kerongkongan.Namun,mendadak dia membungkam mulutnya,membatalkan niatnya untuk mengatakan "Apakah kau benar - benar pemimpin dari Cestyan?".

"Apa?".

Itu suara yang terdengar lembut tapi cukup menggetarkan di telinga Gavi.Akan tetapi,remaja itu lebih memilih membunuh sisa kosakatanya,melemparnya jauh - jauh dari angannya.Dia tak mau ucapannya menyinggung orang yang belum jelas jati dirinya.

"Nggak....nggak apa - apa",tutur Gavi dengan suara bergetar.

"Nggak apa - apa".

Remaja itu mengulangi jawabannya tanpa sadar.Menyakinkan diri bahwa kosakata itu telah binasa,bukan hanya membisu di pangkal lidah dan bisa muncul di kemudian hari.Jovian hanya tersenyum puas,menyaksikan sepupunya kehilangan taji dalam rentang waktu 10 menit.Hiburan yang sangat menyenangkan!.

Mengusir ketegangan yang menghimpitnya,Gavi kembali membuka layar tabletnya,berselancar membuka setiap media sosialnya yang penuh dengan notifikasi.Giliran dia beralih ke telegram,sebuah chanel yang di ikutinya mempertontonkan adegan panas salah satu cucu orang terkaya di Leytonstone di sebuah hotel berbintang 5.

Xander!.

"Dia benar - benar maniak seks!",gumamnya.

"Siapa?,sahut Jovian yang tak sengaja mendengarnya.

"Kau tahu,keluarga paling kaya di kota ini?.Salah satu cucu keluarga Griffiths ini selalu bikin skandal yang menggemparkan publik Leytonstone.Kau lihat saja aksinya!".

Gavi menyodorkan tabletnya ke arah Jovian.Dan betapa tercengangnya sopir itu melihat sang adik,Xander sedang melakukan tindakan asusila bersama wanita penghibur di atas ranjang.Di video itu,dia melihat jelas roman Xander yang seolah meledeknya.Sungguh kelewatan!.

"Sial,aku akan membunuhmu bandit kecil!".

Jovian memukul kesal kemudi mobilnya,melampiaskan amarahnya yang sudah menggebu dahsyat dalam jiwanya.Tatapan matanya menggelap laksana di telan gerhana.Gavi yang melihat perubahan sikap sopirnya keheranan sekaligus menaruh curiga,apalagi saat mendengar ucapan Jovian yang memaki pelaku aksi mesum itu.

Ada hubungan apa dia sama keluarga Griffiths?.

"Kau mengenalnya?".

Jovian menoleh sekilas,menatap tajam Gavi tanpa jeda,membuat jantung remaja itu terombang - ambing,serasa melewati lintasan wahana rollercoaster.

"Bisa kau hapus video itu dari sumber utamanya?".

"Tapi,ini menarik Jo",

"Bisa lakukan hal itu?!".

Merasakan sapuan dingin nan mematikan di kontur wajah Jovian yang datar.Gavi tak bisa menghindar lagi kecuali mengikuti titah yang di ajukan makhluk di sebelahnya.Remaja itu seperti tersihir oleh otoritas Jovian yang begitu kuat dan menyeluruh.

Kini,Gavi sibuk mengotak - atik benda elektronik di pangkuannya.Jari - jarinya begitu lincah,menari di atas papan keyboard,menekan setiap huruf,angka,dan simbol.Raut mukanya tampak khusyuk,sesekali menghela nafas pelan.Menyatakan bahwa remaja itu sedang bekerja ekstra keras untuk men-take down video negatif tersebut.Dalam penelusuran yang butuh waktu 5 menit lebih itu,akhirnya Gavi sukses menghapus konten pornografi yang melibatkan salah satu cucu keluarga Griffiths itu.

"Done!",seru remaja itu di iringi senyuman hangat kepada Jovian.

Sebaliknya,Jovian membalas dengan mengacungkan jempol kanannya ke arah remaja itu.

"Berguna juga nih,anak!",batinnya.

***

"Kau boleh keluar!".

Tatkala,sudut matanya menangkap sosok Gavi yang berjalan menuju ke mobilnya sambil membawa 2 minuman yang terkemas dalam kemasan kaleng dari sebuah cafe.Dia tak ingin sepupunya itu semakin curiga tentang siapa dirinya.

"Baik,Tuan muda".

Gizza membuka pintu mobil,sebisa mungkin dia menekan kegugupan yang sejak tadi membelenggu dirinya.Sejauh ini,ini merupakan ancaman dari bosnya yang paling horor,mirip kisah di film Evil Dead Rise.

Terlambat!.

Pada jarak satu ujung tombak,Gavi melihat Gizza keluar dari transportasi roda empat itu dengan langkah terburu - buru.Sebagai remaja yang di anugerahi otak cerdas,sudah barang tentu Gavi tak tinggal diam begitu saja.Keningnya berkerut,pikirannya menjelajahi setiap kemungkinan mengenai identitas asli Jovian.

Siapa dia?!.

Dalam satu hari,Gavi sudah menemukan kejanggalan dalam diri sopir barunya.Bukan cuma sekali,tapi tiga kali ini.Pertama,dia mengetahui kasusnya yang berkaitan dengan Cestyan,di mana semua orang enggan berurusan dengan organisasi itu.Kedua,secara terang - terangan dia mengumpat dan mengancam salah satu cucu keluarga terkaya di kota Leytonstone karena kontennya yang tak beradab seolah - olah dia merasa malu dengan video itu.Ketiga,dia baru saja menyaksikan sang sopir berinteraksi dengan seorang pemuda yang mengenakan setelan jas biru tua rancangan dari Dolce & Gabbana.Bisa di prediksi,melihat gaya penampilannya dia pasti kaya raya.

Ini seperti sebuah teka - teki yang sulit untuk di pecahkan!.

"Caffe Latte,tanpa gula sama sekali".

Gavi menyodorkan salah satu kemasan kaleng kopi pesanan Jovian ketika dirinya berada di samping mobil,tapi ujung netranya terarah lurus kepada objek yang baru saja keluar dari mobil yang di tumpanginya.

"Thanks...".Jovian bergeser dan menerima minuman itu

"Siapa dia?".

"Hmm,mana?".

Jovian berpura - pura tak mengerti apa yang di maksud Gavi.Bola matanya spontan bergulir mengikuti arah telunjuk remaja itu.Dan detik selanjutnya,oksigen seolah berhenti memenuhi paru - parunya.

Gizza!.

Apakah bocah ini tahu sesuatu?,pikirnya.

Semoga saja,tidak!.

"Dia orang baru di sini,kebetulan tak tahu arah",balas Jovian berdusta kemudian membuka tutup kaleng dan segera menyeruput kopi favoritnya.

"Kau tidak masuk?.Sebentar lagi,kita akan menjemput pamanmu".

Susunan kata - kata yang di rangkai Jovian, berhasil membuyarkan imajinasi Gavi yang sedang membumbung tinggi.Sekejap,jatuh dan terhempas begitu saja.

"Ya...",jawabnya.

Gavi segera masuk ke dalam mobil,namun perhatiannya tak lepas dari sosok di sampingnya.Tak ada keramahan yang terpatri di raut wajahnya.Terlalu dogmatis!.

Keduanya asyik menikmati kopi yang di pesannya.Sepatah kata pun tidak keluar dari mulut mereka.Hanya sesekali,Jovian menatap sepupunya sembari mengetuk - ngetukkan cincin perak yang melingkar di jari manisnya ke tubuh kemasan kaleng itu.Dentingan suara logam beradu,menerabas keheningan di dalam mobil mewah itu.Ini sunyi sekali,pikir Gavi.Lantas,mengedarkan pandangannya ke luar sisi jendela mobil.

***

"Kita tunggu paman Joshua di sini saja,Jo".

Gavi dan Jovian duduk di sebuah sofa lobi perusahaan Mestalla.Seringnya Gavi datang ke kantor,membuat dirinya di kenali banyak pegawai di sana sehingga petugas keamanan yang berjaga di depan pintu tak mempersulitnya untuk masuk.Mereka tahu,remaja itu adalah keponakan dari CEO Mestalla.

Bisa di rasakan oleh Gavi lirikan dari beberapa pasang mata perempuan yang berada di lobi.Tentunya bukan dia yang di perhatikan,melainkan sosok bertubuh jangkung di sebelahnya.

"Jo...",tegur Gavi.

"Hmmm...".

Jovian menoleh,terlihat mata melotot tajam dari wajah imut sepupunya,memperingati sopir itu untuk tidak tebar pesona.Tetapi,Jovian membalasnya dengan menaikkan sudut bibirnya serta mengangkat sebelah alisnya.Tindakan yang justru membuatnya semakin tampan dan sukses menghipnotis perempuan di sekitarnya klepek - klepek layaknya ayam terkena wabah tetelo.

Resiko orang ganteng,tahu sendirilah!.

"Huft...",desis Gavi kesal.

Tak lama,bel berbunyi menandakan jam kantor telah selesai.Beberapa karyawan mulai keluar dari gedung itu,tak lupa mereka menyempatkan bergosip ria dan melirik objek yang sejak kedatangannya menjadi pusat perhatian di lobi.

"Coba lihat!,siapa sih yang berada di sebelah Tn.Gavi?.Kok baru kelihatan di kantor ini,mempesona lagi".

"Iya,tumben sekali Tn.Gavi membawa temannya ke kantor ini.Bisa betah lama - lama di sini,jika tontonannya seperti dia!".

"Apakah dia sopir baru di keluarga Andersen ya?.Dengar - dengar,sepekan lebih sopir lama sang bos kita mengundurkan diri dan sedang mencari penggantinya".

"Masak sih,secakep dia mau - maunya jadi seorang sopir pribadi?".

"Kau tak lihat,pakaian yang di kenakannya?.Dia memang seorang sopir".

"Wah....berarti kita memiliki kesempatan untuk mendekatinya dong secara status kita levelnya hampir sama".

Bisik - bisik di sertai canda tawa dari karyawati perusahaan Mestalla mewarnai sepanjang area lobi sampai halaman depan kantor.Sore itu,wajah - wajah penuh kebahagian terpantul nyata dalam ekspresi mereka,seperti seorang bandar judi yang sedang memenangkan lotere.

"Sekali datang,kau membuat kehebohan yang luar biasa di tempat ini",celetuk Gavi.

"Mereka saja yang terlalu berlebihan",tukas Jovian tak peduli sambil berpura - pura membaca majalah.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!