Bab 12

"Rupanya kalian berada di sini".

Lafal khas itu mengagetkan Jovian dan Gavi,keduanya mendongak ke atas dan melihat Joshua sudah berdiri di depan mata mereka bersama Jose.

"Paman Joshua,paman Jose...".

"Tn.Joshua...".

Serentak,kedua pemuda itu bergegas bangkit dari sofanya.Joshua menatap heran,menyaksikan keanehan yang terjadi pada sang sopir dan keponakannya.Tadi pagi,hubungan mereka seperti 2 orang musuh bebuyutan dengan sikap cueknya.Akan tetapi,saat ini mereka bagai kakak beradik yang memiliki ikatan darah,sangat harmonis.

"Kalian sudah akur?".

"Sudah",jawab Jovian dan Gavi serempak,setelahnya mereka saling pandang.

Kenapa mereka bisa sekompak ini?.

"Baguslah,kalau begitu".

"Oh ya,Jo.Kenalkan ini adikku,Jose",pungkas Joshua memperkenalkan pria di sampingnya.

"Perkenalkan saya Jovian,Tn.Jose",ucap pemuda itu seraya mengangguk.

"Jose",balas adik Joshua mengulas senyum kecil.

Sesuatu terasa bergetar di hati Jose.Tatapan pemuda itu mengingatkan dirinya pada seseorang,seolah pernah bersua dengan tatapan seperti itu sebelumnya.Tegas dan berbahaya.Tapi dengan siapa,di mana dan kapan?.Sebuah pertanyaan yang hanya memunculkan lembaran kosong sebagai jawaban di otaknya.Tak terbaca,meskipun sudah menggunakan alat pendeteksi.

"Baiklah,aku pulang duluan Jos",pamit Joshua.

"Oke...hati - hati,Josh".

"Paman Jose...".

Gavi mencium punggung tangan Jose penuh takzim,sebelum meninggalkan pria berwibawa itu.

"Permisi,Tn.Jose".

Di akhiri ucapan Jovian,lagi dan lagi Jose merasakan sel - sel di tubuhnya seperti terkena sengatan aliran listrik bertegangan tinggi.Intuisinya terlalu kuat,sialnya dia belum sanggup menguak enigma yang membungkus rapat dalam diri sopir baru kakaknya itu.

"Ya...".

Jose mengangguk,lalu menebarkan pandangan melalui irish matanya yang gelap nan teduh kepada 3 pria yang berjalan secara beriringan itu.Namun,atensinya masih tetap terfokus pada sosok yang berada paling belakang yaitu Jovian.Dari tatapan yang serupa sembilu hingga raut wajah yang memberikan kesan tegas dan maskulin,telah membuat Jose terkesima untuk sementara waktu.

***

Langit sore yang masih terik mulai temaram perlahan sesuai iramanya.Datanglah warna kemerahan sang senja yang menggantikannya.Cahaya demi cahaya berpijar saling bersahutan,berebut menggantikan nyalanya siang.Malam pun tiba,mengucapkan selamat istirahat kepada alam semesta.

Dalam sebuah ruang makan khusus pelayan di keluarga Andersen,tampak Fransisca bersama Lalita sedang menata menu makan malam.Biasanya,mereka akan mengisi perut setelah anggota utama keluarga itu terlebih dahulu melakukannya.

"Lalita,bisa kau panggil sopir baru itu untuk bergabung ke sini!",ucap Fransisca.

"Biar aku saja",sahut Evelyn.

"Tak perlu!".

Seketika,semua orang di ruangan itu berpaling ke arah suara yang menusuk ke indera pendengaran mereka.Jovian berdiri dengan kedua tangan di masukkan ke saku celananya,mengenakan kaos putih yang pas dengan lekuk tubuh rampingnya.Rambut hitamnya sedikit basah,membingkai wajah rupawan itu kelihatan segar dan menawan.Jika di perhatikan lebih jauh,dia bukan seperti seorang sopir melainkan anak majikan keluarga itu.

Lah,emang benar dia anak majikan kok!.

"M-mari kita makan,Jo",tawar Fransisca kikuk.

"Duduk,Jo",timpal Paul,salah satu pekerja di keluarga Andersen sebagai tukang kebun di sana.

Laki - laki berusia senja itu menggeser sebuah kursi,mempersilahkan sopir baru itu untuk duduk di sebelahnya.Wajah yang sudah keriput itu terlihat begitu tulus.

"Hmmm...".

Hanya kata pendek itu yang keluar dari bibir tipis Jovian.Sangat irit sekali,bukan?.Jovian menghampiri Paul lalu menempatkan pantatnya di kursi bertempa terali besi.

Di atas meja makan telah tersaji hidangan dengan porsi antara 6 - 7 orang.Ada telur balado,ikan goreng dengan sayur lodeh yang di taburi bawang goreng di atasnya.Nampaknya,sangat sedap dan nikmat menggugah selera.Meski terkesan kampungan!.

"Kau,mau makan pakai apa,Jo?",tanya Lalita dan Evelyn bersamaan,berebut mengambil piring lalu menuangkan 2 centong nasi.

"Mau seberapa nasinya?".

"Cukup segini?".

"Untuk siapa?".

Baik Lalita dan Evelyn bengong.Mereka tak menduga,ternyata Jovian telah mengambil nasi beserta lauknya sendiri.Bahkan,pemuda itu sudah menyantap makanannya tanpa di suruh lagi.Fransisca dan Paul yang menyaksikan kejadian itu saling pandang,kemudian tersenyum getir atas tingkah kedua wanita itu.

"Aku terlambat...!",teriak Ryan.

Pria yang berprofesi sebagai penjaga gerbang kediaman keluarga Andersen itu setengah berlari,segera menyahut piring berisi nasi yang masih di pegang Lalita dan duduk di sebelah Jovian.

"Apa - apaan sih kamu ini!",seru Lalita menghentakkan kedua kakinya ke lantai,kesal dengan wajah cemberut.

Ryan tak peduli sama sekali,dia sibuk mengambil 2 butir telur balado di tambah sayur berkuah itu,kemudian memakannya dengan lahap.

"Sudah,jangan ribut!.Kalian tak makan?",tanya Fransisca.

Melihat Lalita dan Evelyn masih berdiri,membuat perempuan paruh baya itu bingung.Tak biasanya mereka seperti ini,apakah sikap mereka ada sangkut pautnya dengan kehadiran Jovian?.

Jangan di tanya lagi,Fransisca.Mereka memang sedang tergila - gila pada Jovian!

Akhirnya,kedua wanita itu duduk di kursi masing - masing.Tetapi,mata mereka memperhatikan Jovian yang asyik menikmati masakan sederhana itu tanpa mengeluh sedikitpun.

***

Sementara di ruang lainnya,tepatnya ruang keluarga.Joshua sedang mengobrol dengan seorang tamu yang datang setelah acara makan malam.

"Tumben,kamu kesini.Ada apa,Dylan?".

"Iya,paman Joshua.Kebetulan habis dari rumah teman,dan ternyata melewati jalur rumah paman Joshua.Jadi,sekalian mampir",jawab pemuda bernama Dylan Wilshere itu beralasan.

Putra sulung dari Joseph Hendersen yang usianya hampir sepantaran dengan Jovian.Karakteristiknya menyebalkan,sombong,dan sok pintar.Padahal,kecerdasan intelektualnya pas - pas-an.Kehidupannya begitu glamour dan bebas karena mengandalkan kekuasaan dari orang tuanya dan terbiasa di manja sejak kecil.Terkenal ahli manipulator yang handal seperti ayahnya agar selalu menjadi yang terbaik di mata orang lain.

"Hmmm...bagaimana kabar ayahmu?".

"Sehat,paman Joshua",balasnya.

Sejenak,Dylan celingak - celinguk melihat sekitar ruangan itu yang terasa sepi.Joshua bisa menangkap gerak - gerik aneh putra dari sepupunya itu.

"Ada apa,Dylan?".

"Letak toilet ada di sebelah mana,paman Joshua?",tanya Dylan kembali berbohong.

Sejujurnya,kedatangan Dylan ke Fottesmore Garden Residence karena mempunyai misi terselubung.Dia di tuntut oleh ayahnya,Joseph untuk memata - matai pergerakan Joshua dan mencari informasi tentang keberadaan putra Joshua yang selama ini tak ada kabarnya.

"Dekat pantry,sebelah sudut kanan ruangan itu",jawab Joshua tanpa curiga.

"Terima kasih,paman Joshua".

Dylan bergegas menuju tempat yang telah di beritahukan Joshua.Sepasang matanya,menyusuri setiap penjuru ruangan yang di laluinya penuh rasa was - was,takut ketahuan.Maklum,terakhir Dylan menginjakkan kakinya di rumah ini 2 tahun yang lalu.Siapa tahu,Joshua merenovasi setiap ruangan tanpa sepengetahuannya?.

Mungkin,saking tidak fokusnya pada tujuan awal atau ini karma baginya,mendadak pemuda itu menabrak seseorang.Baju mahalnya terlihat kotor karena tumpahan sisa kuah sayur yang berada di piring itu.

"Kalau jalan,pakai mata dong!",bentaknya dengan nada marah.

"T-tuan muda Dylan",lirih orang itu yang tidak lain adalah Paul.

"M-m-maafkan saya,Tuan muda",lanjutnya memelas.

"Dasar tua bangka!".

Suara lantam nan kasar Dylan,membuat pria tua itu ketakutan setengah mati.Tubuh rentanya gemetar tiada henti.Dia tahu dengan siapa dia berurusan saat ini,salah satu keponakan majikannya.Semua orang terkejut dan takut,namun tidak dengan Jovian yang masih bergelut dengan aktifitasnya.

"Maafkan Paul,Tuan muda Dylan",sahut Fransisca.

Perempuan paruh baya itu beranjak dari duduknya,mengambil beberapa helai tisu,berniat untuk membersihkan noda yang menempel di baju Dylan.

"Jangan sentuh aku!",sinis Dylan dengan pandangan jijik ke arah Fransisca.

Fransisca mundur,mengurungkan niat baiknya.Namun,tisu yang di pegangnya telah di rebut oleh Dylan.Dengan segera pemuda itu mengusap -'usap bajunya penuh kehati - hatian,lalu melemparkan kasar bekas tisu itu tepat ke wajah Paul yang masih berdiri seperti patung.

"Seonggok sampah sedang berkumpul",seringai Dylan selesai membersihkan bajunya.

"Dan kau layak menjadi keranjang sampahnya".

Perhatian semua orang langsung tertuju ke pusat suara.Tak terkecuali,Dylan.Dia tak menduga sama sekali ada yang berani melawannya.

"Siapa kau?!".

"Berani - beraninya sama aku!".

Jovian beranjak dan berbalik ke arah lawan bicaranya.Pemuda itu tersenyum sinis ke arah pembuat onar di ruangan itu.Sama sekali tak terkejut,karena dia sudah yakin akan pemilik suara angkuh itu yang nyaris berusaha menabraknya tempo hari.

"Tunggu,kau....".

"Ya,orang yang hampir saja kau bunuh di persimpangan itu".

Tandas Jovian menjelaskan kepada Dylan siapa dirinya,di kala pemuda itu bersikeras mengingat - ingat orang di hadapannya.Terlihat dari kernyitan dahi dan alisnya.

"Ada keperluan apa kau di sini,gembel?".

"Dia bukan gembel,dia bekerja di sini Tuan muda Dylan",sahut Ryan cepat.

"Bekerja?,sebagai apa?",

"Oh...atau jangan - jangan kamu bekerja di sini sebagai sopir ya?".

Dylan berdecih,pertanyaannya tak merefleksikan seseorang tentang rasa penasaran,justru mengarah ke penghinaan.

"Kau benar,aku sopir di sini!",Jovian mengakuinya tanpa rasa malu.

Tawa Dylan meledak,menyelinap masuk tanpa celah ke koridor indera paling sensitif yang di miliki manusia itu.Fransisca dan lainnya hanya bisa menarik nafas dalam - dalam,berharap kejadian ini tak akan berlanjut ke tahap selanjutnya.Bisa runyam dan darurat keadaannya,jika Jovian terpancing dengan ulah Dylan.

"Hanya seorang sopir,udah merasa sok jagoan di sini!",seru Dylan dengan jari telunjuk mengarah ke wajah Jovian.

Dengan tenang Jovian menghampiri Dylan,keduanya bersitatap penuh kebencian.Sang sopir menjulurkan tangannya,meraih jari telunjuk Dylan,lalu menekuk jari itu ke arah berlawanan dengan sudut sedemikian rupa,membuat pemuda itu terpaksa mengikuti alurnya.Hampir dia bersujud di hadapan Jovian.

"Tak ada orang yang menunjukkan jarinya kepadaku seperti ini sebelumnya!".

"Arghhh....sakit!",pekik Dylan.

Riak di wajahnya berubah kemerahan dan menegang,menahan rasa sakit yang mulai menginvasi syaraf - syaraf motoriknya.

"Ya Tuhan,lepaskan Tuan muda Dylan,Jo",saran Fransisca mulai panik.

"Jo,jangan cari gara - gara!.Kau bisa terkena masalah jika sampai Tn.Joshua tahu",sambung Ryan mengingatkan.

"Dia sungguh pria sejati",gumam Lalita takjub sekaligus takut.

Jovian tak menggubris sama sekali,seolah menulikan pendengarannya terhadap suara yang mendayu pelan di sekitarnya.Dia semakin kuat menekan jari Dylan,membuat pemuda itu melolong hebat karena kesakitan yang luar biasa.

Tak pelak,keributan itu mengundang perhatian Andrea bersama putranya,Gavi.Mereka terperangah,menyaksikan Dylan hampir bersimpuh di hadapan sopir barunya tanpa perlawanan yang sepadan.

"Melihat dominasinya dan kejanggalan yang terjadi hari ini.Tak di ragukan lagi,dia pasti pemimpin utama organisasi Cestyan!",batin Gavi tersenyum bangga.

"Apa yang sedang terjadi?",tanya Andrea.

Fransisca yang melihat kehadiran Andrea,segera mendekati wanita cantik itu.Perempuan paruh baya itu berusaha menjelaskan kronologi sebenarnya.Meskipun,dia tak menyukai sifat Dylan yang selalu menindas kaum bawah,tetapi dia juga tak ingin nasib buruk menimpanya.

"Jo,lepaskan Dylan",pinta Andrea setelah memahami situasinya.

"S-sakit,sakit banget",rengek Dylan seperti anak kecil untuk ke sekian kalinya.

Jovian tak peduli,sekilas dia menatap Andrea tanpa rasa takut akan di marahi atau di hukum setelah ini.Emosinya sudah tak tertahankan lagi ingin menghabisi korbannya.Pancaran cahaya di matanya menunjukkan mata psikopat yang sedang bersiap melakukan pelampiasan nafsunya.

Meresahkan dan tak nyaman!.

"Lepaskan dia,Jovian!".

Celaka,dia pasti habis setelah ini!.

Pemikiran ini terbersit di otak beberapa orang di ruangan itu setelah mengetahui orang yang mereka segani tiba - tiba berada di situ.Joshua!.

"Jovian Andaru Whitandra!",seru Joshua kembali,usai kalimat pertamanya di abaikan oleh Jovian.

Anak ini benar - benar cari mati!.

Sekelas sang majikan yang menegurnya,dia terlihat masa bodoh.Nyalinya cukup teruji dan terlatih secara sempurna.Hallo,apakah dia lagi tak waras?.

"Jovian Andaru Whitandra!".

Ketiga kalinya,Joshua berteriak lantang.Ekspresinya begitu dingin seperti balok es.Emosinya meluap dahsyat laksana tsunami yang menghantam daratan sekitar pantai.

Gawat,perang dunia ke-3 sepertinya akan tersaji!.

"J-jo,lepaskan dia",bisik Paul gugup.

Jovian menatap lekat Paul di sampingnya.Tersimpan rasa bersalah yang amat besar di kornea mata pria tua itu.Dia tak ingin gara - gara kecerobohannya,orang lain menanggung resiko dari kesalahan yang dia perbuat.Ini sama saja dirinya seorang pengecut!.Perlahan,tatapan Jovian melunak,deru nafas ia atur kembali seperti sedia kala.

Klik!.

"Aw...sakit!".

"Itu hukuman yang pantas buat sampah sesungguhnya seperti kamu!".

Semua orang terkejut bukan main bahkan ada yang menjerit histeris,Jovian tanpa ampun mematahkan jari telunjuk Dylan dengan enteng.Dylan berlari ke arah Joshua sembari memegangi jarinya yang terkulai lemas tanpa otot penyokongnya.Dia meringis kesakitan tak berdaya.

"P-paman Joshua,dia sudah kurang ajar kepada saya.Pecat saja orang seperti dia!",adu Dylan terengah - engah.

Inilah sifat Dylan sebenarnya.Menggunakan kepribadian palsu untuk berinteraksi dengan orang lain.Dia sering berkamuflase di lingkungan sekitarnya,menipu untuk mendapatkan simpati biar lawan bicaranya sering di anggap jahat dan bersalah di mata yang melihatnya.

Licik!.

Joshua terdiam tak bergeming mendengar aduan anak dari sepupunya.Dia tak ingin sembrono dalam mengambil keputusan dalam kondisi emosi menyelimuti dirinya.Dia tak mau jatuh ke lubang yang sama lagi.Tragedi 15 tahun lalu,telah mengajarkan kepadanya bagaimana dia harus bersikap adil dan bijaksana.

"Vi,antar Dylan ke rumah sakit lalu pulang ke rumahnya!".

"Dan kau,Jo!.Temui aku di ruang kerjaku!".

Setelah berkata,pria itu bergegas meninggalkan ruangan itu dengan wajah durjana,memperlihatkan kesan tidak suka akan peristiwa yang terjadi malam ini.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!