Hari semakin sore,dan beruntungnya langit tak menumpahkan setetes air hujan meski awan hitam dan pekat menggantung di kolong angkasa.
Dalam keriuhan kota Leytonstone,seorang wanita berpakaian seksi melenggang mulus bak model papan atas menuju ke arah Northern Star.Penampilannya yang sedikit vulgar dengan belahan rok hingga di atas lutut,memperlihatkan pahanya yang putih nan mulus,mengundang perhatian para pria bermata keranjang di sekitarnya.
Menakjubkan dan...?.
Di depan pintu masuk Northern Star,wanita itu mengedarkan pandangan,menatap takjub desain ruangan itu,sangat mewah dan tertata rapi.Fokus matanya tertuju kepada dua wanita yang berprofesi sebagai resepsionis.Tampak,mereka sedang sibuk melayani dan memberikan informasi kepada seorang pengunjung terkait keperluannya.
"Maaf,ada yang bisa saya bantu Nona...".Sapa salah satu resepsionis dengan potongan rambut sebahu,sembari mengulum senyum,ketika wanita itu berada di hadapannya
"Aku ingin bertemu dengan Gizza Ibragistan".
"Dengan siapa saya berbicara?".
"Esther...Esther Valerie",jawab wanita itu,acuh dan terkesan sombong.
"Sebelumnya sudah ada janji dengan Tn.Gizza,Nn.Esther?".
"Kau belum tahu siapa aku?",tanya Esther dengan nada kesal.
Refleks,resepsionis itu menganggukkan kepalanya.Dia benar - benar memang tidak tahu soal wanita ini.Selama bekerja sebagai resepsionis,belum pernah sekali pun dia melihat Esther menginjakkan kaki di Northern Star.
Wajar dong,dia tak mengenalnya!.
"Kekasihnya,Gizza",jawab Esther percaya diri.
Sontak,kedua resepsionis itu menutup mulutnya karena menahan tawa.Mereka tahu,selain tampan sang bos juga orang terkaya di ibu kota Leytonstone.Banyak cewek yang berlomba - lomba mendekatinya untuk memikat hati Gizza,namun semuanya di tolak mentah - mentah.Sebab,kebanyakan mereka mengejar Gizza bukan karena cinta tapi hartanya yang melimpah ruah.Dan hari ini,mereka di kejutkan oleh kedatangan seorang wanita yang menganggap dirinya sebagai kekasih presdir Northern Star?.
Level halusinasinya benar - benar sudah kronis!.
"Kau percaya,dia kekasih Tn.Gizza?",bisik resepsionis itu kepada rekannya.
"Mungkin dia hanya mengaku saja",timpalnya.
"Ada apa,kalian meragukanku?"
Esther mulai mengendus tingkah laku kedua resepsionis yang sedikit aneh itu.Ada tatapan menyangsikan di bola mata mereka,membuat suasana hati Esther jengah.Wanita itu membenarkan beberapa helai rambut yang keluar dari jalurnya sembari menghirup nafas pelan.
"Huft,kalian berdua hanya membuang waktuku saja",keluh Esther.
Desahan nafasnya mengalir begitu saja dari bibirnya yang berlipstik merah fushia.Menggairahkan dan teramat seksi!.
"Di mana ruangan Gizza?",tanyanya kembali.
"Maaf,Nn.Esther-".
"Atau bisa beritahu dia,kalau aku sedang di lobi!",sahutnya cepat.
"Sebentar,anda bisa duduk dahulu di ruang tunggu,Nn.Esther!".
Meskipun dalam hati tak menyukai Esther,sang resepsionis berusaha sopan mempersilahkan wanita bergaya modis itu untuk menunggu,selama dia melakukan panggilan kepada sekretaris Gizza.Sebagai resepsionis,dia harus profesional menyambut tamu dengan baik karena itu bagian terdepan dari wajah dan representasi pertama sebuah kantor.
Esther berjalan ke sebuah kursi di sudut lobi itu.Dia duduk dengan menyilangkan kaki jenjangnya,sembari memainkan ponselnya.Semenjak mengirimkan pesan kepada Gizza tadi pagi,tak ada balasan dari pemuda dengan postur 180 cm itu.
***
Gizza merenggangkan kedua tangannya ke atas untuk mengembalikan otot - ototnya yang tegang akibat pekerjaan yang sangat menyita tenaga dan pikirannya.Hampir sepanjang hari,dia menatap benda teknologi digitalnya sesekali mengalihkan perhatiannya pada secarik kertas yang di pegangnya,mencocokkan data - data yang tertera di layar notebook.
Terlihat,sejumlah kertas - kertas dokumen masih berserakan di atas meja kerjanya seperti kapal pecah.Dia belum sempat membereskannya,karena dirinya masih terlalu repot dengan pekerjaannya.
Emang gajimu sebulan berapa sih,Za?!,udah seperti robot saja!.
Tok,Tok,Tok
"Masuk!".
Dalam jangka waktu kurang dari 3 detik,knop pintu ruangan CEO berputar.Dan masuklah seorang wanita cantik mengenakan long blazer.Penampilannya begitu casual dan menarik,begitu sedap di pandang mata laksana bunga mawar yang beraroma harum mewangi.
"Tn.Gizza,ada seorang tamu ingin bertemu dengan anda di lobi",tuturnya.
"Siapa,Anabella?".
Gizza masih berkutat pada layar yang berada di depannya,tapi dia tahu siapa yang datang.Anabella Middleton,sekretarisnya.Wanita yang berpendidikan tinggi dengan leher jenjang serta bibir ranumnya,membuat setiap kaum Adam pasti akan di mabuk kepayang.
"Nn.Esther Valerie".
Perkataan Anabella langsung menghentikan aktifitas pemuda berbadan sekal itu.Gizza melepaskan kacamata yang sedari tadi dia gunakan untuk memindai tugas - tugasnya.Sekilas,dia menatap Anabella lalu mendengus kesal,mempertontonkan bahwa dia tidak nyaman akan berita kehadiran wanita itu.
"Kenapa dia di biarkan masuk begitu saja?".
"Nn.Esther memaksa,Tn.Gizza".
"Sial!",gumamnya.
Gizza mengarahkan kedua biji matanya ke arah jam dinding berwarna putih,berlatarkan nama instansi perusahaan dia bekerja yang tergantung di bagian kiri atas kepalanya.Waktu telah menunjukkan pukul 3 sore.
"Suruh dia tunggu sebentar!".
"Kau boleh keluar!",imbuhnya.
"Baik,Tn.Gizza".
Anabella keluar,meninggalkan atasannya itu seorang diri.Belum sempat berbenah,getaran ponselnya di atas meja berbunyi meneriakkan panggilan masuk,layarnya berkedip - kedip seolah meminta sang pemilik untuk segera menjamahnya.
Di liriknya benda pipih bermerk Apple Iphone 13 Pro Max-nya dengan malas,bersiap mengakhiri panggilan itu tanpa menciptakan kontak.Namun,satu nama yang muncul membuat cowok itu serta merta menyambarnya dengan gesit.
Dia pikir Esther Valerie,ternyata...
Jovian!.
Sebuah nama yang menjadi momok menakutkan bagi Gizza!.
"Ada apa,Tuan muda?".
"Dasar ceroboh,aku perlu penjelasan darimu sekarang juga!".
"Temui aku di Carnafy Street!".
Hubungan itu langsung terputus begitu saja.Dari nada bicaranya,Gizza bisa merasakan gelombang emosi yang bergejolak hebat.Ada apa lagi ini?.
Buru - buru Gizza mematikan laptopnya,menyusun lembaran - lembaran kertas yang memenuhi meja kerjanya.Setelah selesai,dia mengenakan jas yang tersampir di sandaran kursi dan keluar dari ruangannya dengan langkah pasti.Adrenalinnya terpacu sangat luar biasa.
"Anabella,aku pamit keluar dulu dan kemungkinan tidak akan kembali ke sini".
Sebuah amanat dari Gizza ketika melewati sekretarisnya yang sibuk dengan pekerjaannya.Anabella mendongak,menatap aneh sang pemimpin perusahaan yang berjalan tergesa - gesa seperti ada hal penting yang harus segera di tanganinya.
"Baik,Tn.Gizza",jawabnya.
***
"Gizza,sayang".
Rupanya gema suara mesra seorang wanita merambah ke rungu Gizza tatkala dirinya berada di lobi kantornya.Pemuda itu membalikkan badannya 180 derajat ke arah sumber suara.Di sana,dia melihat seorang wanita yang sedang berdiri dari duduknya lalu menghampirinya dengan senyum berbinar semangat.
Astaga,dia lupa kalau ada orang yang menunggunya!.
Esther Valerie!.
Helaan nafas kasar keluar dari bilah bibir bawah Gizza,dia menatap malas memandang Esther yang semakin dekat dengan tempatnya berpijak.Dalam jarak sejengkal kaki,wanita itu meraih lengan Gizza dan bergelayut manja di sana.
"Bisa lepaskan genggaman tanganmu dari lenganku!".
"Ihh,kok gitu sih sama aku sayang".
Esther semakin erat mengenggam pergelangan tangan kokoh Gizza,ia tak ingin melepaskan kesempatan emas ini.Bahkan,wanita itu tak peduli saat beberapa pasang mata memandangnya penuh jijik.
Terlalu murahan!.
"Mau apa kamu ke sini?".
"Kita jalan - jalan yuk....".
"Aku sibuk!".
Gizza membuang kasar tangan Esther dari lengannya.Dia melengos pergi meninggalkan wanita itu dengan wajah kesal bercampur tegang.Alasannya,sebentar lagi dia akan di hadapkan pada seorang monster tanpa tahu motifnya apa?.
Esther yang mendapat perlakuan seperti itu,menghentakkan kedua kakinya dengan perasaan dongkol.
"Gizza,kamu jahat banget sih!",serunya memperhatikan pujaan hatinya yang telah hilang bersama bayangannya di balik pintu lift.
"Udah di tolak mentah - mentah,masih aja berharap lebih.Gak tahu diri banget sih!".
"Jadi wanita itu harusnya bisa menjaga kehormatan diri,ini malah sok terang - terangan memamerkannya di khalayak ramai.Dasar tak tahu malu!".
"Kasian banget ya,sudah mengaku - aku sebagai pacarnya.Tak tahunya,cuma di anggap sampah!".
Beragam cibiran memekakkan telinga dengan pandangan meremehkan,terlontar dari mulut orang - orang yang berlalu lalang di dalam lobi itu,termasuk Rachel dan Sonya.Spontan,Esther yang mendengarnya langsung bergegas meninggalkan Norhern Star menahan malu.
***
Di lantai 20 apartemen mewah,tepatnya balkon depan kamar tidurnya,seorang pemuda tampak duduk bersila di kursi yang terbuat dari anyaman rotan.Dia menunduk dan memandangi layar komputer jinjingnya yang di topang dengan kedua kakinya yang terlipat.Sebuah Aplikasi bernama DeEye - pencarian orang hilang - yang termuat di sana,menarik perhatian pemuda itu sepenuhnya.Lamun,beberapa detik kemudian ekspresinya kembali murung seperti sedang patah semangat.
"Di mana kamu sekarang,bang?",desisnya.
Nama pemuda itu,Jayden Vhysell Andersen!.Anak angkat keluarga Andersen yang di ambil dari Departemen Kesejahteraan Anak di kota Leytonstone 15 tahun silam.
Jayden memejamkan mata lelahnya,merasakan seluruh sensasi keresahan yang mengalir di sekujur tubuhnya.Seberkas cahaya matahari menyinari tubuh atletisnya,menuntun pemuda itu menuju ke dimensi lain.Dimensi yang membawanya ke awang - awang,tenang dan menyejukkan hati.
Kira - kira 3 tahun lalu,secara tak sengaja dia mencuri dengar pembicaraan Joshua,Jose,dan Andrea tentang anak yang di asingkan ke panti asuhan oleh keluarga itu.Selidik punya selidik,ternyata anak itu adalah kakaknya sendiri.Bermula dari situ,Jayden diam - diam bertekad untuk mencari dan menemukan kakak kandungnya.
Di kala pikirannya hanyut entah kemana,denting handphone-nya beralun merdu,membuyarkan khayalan Jayden.Dengan segera,pemuda itu menggeser tanda hijau yang berarti dia menerima panggilan itu.
"Hallo,kek!".
"Gimana kabarmu?".Di seberang,suara yang sempat menghilang lama itu bertanya dengan nada datar.
"Baik,ada apa kakek meneleponku?".
"Hari ini aku akan pulang ke Leytonstone.Jadi,jaga dirimu baik - baik di sini".
"Urusan kakek sudah selesai?".
"Sudah!".
Jawaban pendek nan lugas itu menyentuh daun telinga Jayden penuh penekanan.Sangat kuat dan mendominasi!.
"Oke,hati - hati dalam perjalanan kek".
"Hmmm,kamu jangan banyak ulah dan keluyuran lagi di sini!.Ingat,gerak gerikmu masih di awasi!".
"Tenang saja,kek.Mereka tak akan bisa menemukanku lagi.Aku jamin itu!".
"Bocah sombong,jangan terlalu jumawa kamu!"
Hahahah....
Seketika itu pula tawa mereka meledak,memang setiap obrolan dua insan berbeda usia itu akan berakhir dengan tawa yang renyah seperti makanan ringan.Tapi,di balik tawa Jayden terkandung semacam artikulasi rasa sakit yang berbahaya sekaligus jenius.Sebuah contoh terbaik kemampuan menghibur diri yang menakjubkan dari manusia untuk menyembunyikan rasa cemas dengan samar - samar.
Secara kebetulan,pertemuan Jayden dengan orang yang di sebut kakek itu berawal di kala dirinya sedang di kejar beberapa orang tak di kenal yang sepertinya memiliki niat terselubung.Pemuda itu berhasil menyelamatkan dirinya berkat bantuan sang pria tua yang baru di temuinya.Setelah itu,mereka sering menghabiskan waktu bersama untuk sekedar berbagi tentang kisah perjalanan hidup masing - masing.Lambat laun,hubungan mereka semakin akrab seperti sebuah keluarga.Hingga akhirnya,pria tua itu mengangkat Jayden sebagai cucu angkatnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments