Bab 13

Di kesunyian malam,sebuah mobil melintas dengan kecepatan penuh,meliuk - liuk bagai sekumpulan lidah api yang membara di terpa angin.Di salipnya beberapa mobil yang menghambat jalannya,tak peduli seandainya dia di tilang polisi karena tindakannya yang ugal - ugalan.

"Berisik!",seru Gavi kesal.

Lumrah jika Gavi merasa jengah.Pasalnya,sepanjang perjalanan menuju rumah sakit,Dylan tanpa henti merengek kesakitan yang justru membuat konsentrasi Gavi dalam menyetir menjadi buyar.

"Bisa lebih cepat lagi,Vi".Dylan memohon dengan sangat kepada keponakan Joshua itu.

"Bisa kau sumpal mulutmu itu?!.Menganggu saja!".

"Awas saja sopir itu,akan ku balas perlakuannya!",geram Dylan.

Gavi yang mendengar ocehan pria di sampingnya tersenyum tipis.Merasakan ada yang lucu dalam kalimat yang di ucapkan Dylan baru saja.

Membalas?!.

Apa dia tidak salah dengar?.

Bagaimana dia bisa membalasnya,sedangkan dia saja tak sanggup untuk melindungi dirinya sendiri?.

Sungguh,sesumbar yang terlalu di lebih - lebihkan!.

"Kau belum tahu saja,siapa orang yang kau singgung tadi!.Masih untung dia cuma mematahkan jarimu,bukan lehermu",monolog remaja itu.

Keyakinan remaja itu tentang latar belakang Jovian yang merupakan ketua mafia dari Cestyan sudah sempurna tanpa perlu bukti yang kasat mata.Dari bahasa dan perilakunya yang mengancam Dylan,menegaskan bahwa sopir barunya itu bukan orang yang mudah di ajak kompromi.Hanya saja,dia masih takut untuk mengorek informasi lebih jauh mengenai Jovian.Apa motif dia bekerja sebagai sopir pribadi di keluarganya?.

***

Setibanya di rumah sakit The Royal Medical Center,Dylan langsung mendapatkan penanganan dari beberapa perawat yang sedang bertugas di sana.Mereka melakukan tindakan pertolongan pertama dengan mengompres jari itu menggunakan es.

"Dokter Marsha,ada pasien yang sedang menunggu anda di ruang tindakan".

Salah satu seorang perawat masuk ke dalam ruangan berukuran 3 x 3 m² itu dan memberitahu kepada Marsha.Kebetulan hari ini adalah jadwal prakteknya di rumah sakit itu dan akan berakhir pukul 10 malam.

"Tunggu sebentar",sahutnya seraya mengenakan jas putih yang tercantel di sandaran kursinya.

Di iringi oleh satu perawat,Marsha berjalan anggun menuju ke ruang tindakan yang terletak tak jauh dari ruangannya.Di sana,dia melihat dua pemuda sedang menunggunya.Satu duduk di sebuah brangkar,sedangkan yang satu lagi berdiri di sebelahnya.

"Ada yang bisa saya bantu,Tuan",tanya Marsha sopan kepada Gavi.

"Tolong periksa teman saya,dok".

"Kenapa?".

"Jarinya patah".

"Dan semua ini,gara - gara b4jing4n itu!".

Dylan mendengus kesal,matanya melotot tajam penuh amarah.Kebencian itu telah menggerogoti hampir separuh jiwanya.

"Bisa tenangkan dirimu,Tuan".

Marsha beralih menatap Dylan,lalu dengan hati - hati meraih pergelangan tangannya dan memeriksa kondisi jari pria itu.Tampak memar dan sedikit bengkak.Melihat kecantikan Marsha dari jarak dekat,keserakahan melintas di mata Dylan.Tanpa sadar,dia menjilat bibirnya penuh hasrat seperti setan berkedok manusia.

Dasar b4jing4n tengik,mampus aja sekalian!.

Sang dokter memancarkan aura tenang,tak terpengaruh dengan tingkah Dylan yang sudah kondang gaya mesumnya.Sekian menit mengamati jari itu,akhirnya Marsha tersenyum.

"Bersyukur jari anda hanya mengalami patah sederhana,tak ada luka terbuka atau robekan yang menembus kulit anda".

"Tapi kenapa terasa sakit,dok?".

"Itu hal yang biasa,karena proses peradangan yang merupakan mekanisme penyembuhan alami pada tubuh".

"Terus tindakannya harus bagaimana,dok?",tanya Gavi antusias.

"Saya akan membidai jari teman anda,Tuan-".

"Gavi,panggil saja dengan nama itu,dok".

"Oke,Gavi".

Sekali lagi,Marsha memekarkan kelopak bunga kecantikan alaminya melalui senyum manis,membuat remaja itu mengambang di atas awang - awang dalam beberapa detik.

Sadar,Vi!.Jangan malu - malu'in!.

"Suster,bisa kau persiapkan alat - alatnya!",perintah Marsha.

"Baik,dok".

Perawat itu mengambil nampan berisi peralatan medis yang terletak di atas nakas dan menyerahkan kepada Marsha.Tanpa ragu - ragu,dokter itu mulai mengerjakan tugasnya dengan teliti dan hati - hati.Kesalahan sedikit mungkin akan membuat semuanya di luar skenario yang di perhitungkannya.Hanya membutuhkan waktu 10 menit,Marsha pun berhasil membidai jari telunjuk pria itu.

"Selesai",ucap Marsha.

Marsha kembali menyerahkan nampan itu kepada si perawat.Lalu,memberikan penjelasan kepada kedua pemuda itu terkait dengan proses perawatan selanjutnya.

"Tuan,usahakan jari anda jangan terlalu banyak bergerak untuk menghindari pergeseran tulang yang patah.Dan untuk obat penahan rasa nyerinya,akan saya buatkan resep terlebih dahulu".

"Kalau begitu saya permisi".

"Terima kasih,dok",kata Gavi dan Dylan bersama - sama.

Marsha keluar dari ruang tindakan di ikuti oleh perawat di belakangnya.Dylan yang masih duduk di brangkar,memandangi jari telunjuknya yang kini telah terpasang dua stik mengapit bagian itu,terbalut oleh pita perekat.

"Ingat,ini belum berakhir!.Tak akan pernah,sopir brengsek!",Dylan menyumpah kasar.

"Aku ke bagian administrasi dulu".

Dari pada mendengar bualan - bualan Dylan yang tak ada buktinya,Gavi lebih memilih pergi dari ruangan itu.Sebelum ke administrasi,dia mampir ke ruangan dokter Marsha untuk meminta resep yang telah di janjikannya,lalu menebusnya ke bagian farmasi.

***

Kediaman keluarga Andersen.

Tok,Tok,Tok....

Terdengar suara pintu di ketuk dari luar ruangan,mengalun pelan - berayun di udara,lalu sayup - sayup hilang memudar seiring berjalannya waktu.

"Masuk!".

Bunyi derit pintu terbuka kembali memecah ketegangan.Dari balik pintu,seorang pemuda berdiri dengan tampang tenang penuh percaya diri.Tak ada rasa gentar sedikit pun,setelah apa yang dia lakukan kepada salah satu kerabat keluarga itu.

"Duduk!",tak seperti menawarkan tapi terkesan memerintah.

Jovian menggeser kursi yang berada di depannya,lantas duduk dengan pandangan terarah ke wajah pria yang tak lain adalah ayah kandungnya sendiri.Ketidakramahan nampak terpancar dari mata Jovian.Rasa itu masih ada,meski salah satu dari mereka tidak merasakannya.Masa 15 tahun tidak mengaratkan esensi sekaligus menyusutkan bara.Masih bergejolak,penuh dendam dan kebencian seperti dulu!.

Kekal dan abadi!.

"Aku akan bertanggung jawab atas apa yang aku lakukan kepada pria itu.Anda tak perlu khawatir,Tn.Joshua",ucap Jovian berinisiatif membuka terlebih dulu percakapan di antara mereka.

Joshua tak membalasnya,manik matanya justru menelanjangi wajah tanpa dosa itu penuh penghayatan.Baru tadi pagi,dia melihat sikap lembut dan kehangatan yang terjalin antara sopirnya dengan bocah jalanan.Namun,belum 24 jam dia melihat sisi lain dari sopir barunya.Perilakunya begitu brutal,arogan,dan kejam!.

"Tn.Joshua bisa memecatku sekarang juga!",tambah Jovian setelah menunggu beberapa saat tak ada respon dari sang majikan.

"Apakah dengan cara seperti itu masalah akan selesai?".

"Setidaknya,Tn.Joshua terhindar dari citra buruk sebagai pebisnis handal di kota ini.Bukankah,selama ini Tn.Joshua selalu menjaga kehormatan dan wibawa anda di depan kolega - kolega anda?".

Tak tahu kenapa,dada Joshua terasa panas dan sesak dengan pernyataan dari lisan Jovian.Sebait paragraf itu terasa menampar dirinya begitu telak,mengingatkan pada kejadian 15 tahun lalu.Karena gengsi dan reputasi,dia rela membuang putra kandungnya sendiri.

"Masalahnya tak sesederhana itu.Keluarga mereka pasti akan memburumu sampai mereka membalaskan rasa sakit hati anaknya.Hidupmu dalam bahaya,Jo!".

"Aku bisa menjaga diriku sendiri,Tn.Joshua.Anda tenang saja",ucap Jovian percaya diri.

"Kau yakin?".

Joshua mencondongkan tubuhnya ke arah Jovian,kedua matanya menyipit.Di selaminya dalam - dalam wajah tanpa cela itu dengan cermat.Brengsek,kenapa anak ini hampir mirip denganku sewaktu muda?!.

"Pasti!",balasnya mantap.

"Baiklah!".

"Tn.Joshua tidak menghukumku?".

"Tak ada alasan bagiku untuk menghukummu,Jo.Kau tidak bersalah!".

Joshua mengangkat bahunya acuh,kemudian memutar laptop yang berada di meja kerjanya ke arah Jovian.Sebuah rekaman CCTV,memperlihatkan Dylan yang berjalan mengendap - endap seperti maling dan tanpa sengaja menabrak Paul yang baru beranjak dari duduknya hendak mencuci piring kotor di wastafel.Dylan tidak terima dan menghina semua orang yang berada di situ hingga akhirnya Jovian terpaksa turun tangan.

"Ini artinya,apakah saya masih bisa bekerja di sini Tn.Joshua?".

"Tentu,tapi dengan syarat-".

"Syarat?",Jovian mengerutkan keningnya nyaris tak percaya.

"Ya,sehabis mengantarkan aku dan Gavi,kau harus kembali ke kantor dan menungguku sampai pulang.Aku tak mau mengambil resiko jika hal - hal tak terduga terjadi padamu,Jo".

"Paling tidak aku bisa mengawasi dan melindungimu dari orang yang akan mencelakaimu",imbuh Joshua.

Jleb!.

Pikiran dan hati Jovian seakan bertaut satu sama lain untuk meneriakkan genderang kata "TIDAK" mendengar penuturan Joshua yang di rasa mirip majas hiperbola.Menyandang ketua mafia dari Cestyan,ini benar - benar sebuah penghinaan yang menyentuh harga dirinya.Di pikirnya,dia lemah sampai harus meminta bala bantuan dari orang yang telah menghancurkan hidup di masa kecilnya.

Tak akan mungkin!.

"Rasanya ini terlalu berlebihan,Tn.Joshua".

"Tak apa,anggap saja itu sebagai bentuk perhatian saya kepada pegawai saya".

Samar - samar Jovian tersenyum masam,hatinya seakan tertawa menyambut ucapan Joshua.Perhatian?.Seandainya yang berada di sini adalah Nathan,mungkinkah perlakuan manusia ini akan tetap sama?.Lembut penuh kasih sayang!.

"Lalu,apa yang harus saya lakukan di sana Tn.Joshua?".

"Biar saya pikirkan nanti,sekarang kau boleh keluar,Jo".

"Terima kasih,Tn.Joshua".

Pemuda itu bergegas meninggalkan ruangan kerja Joshua,tetapi sampai di depan pintu langkahnya terhenti,seakan teringat sesuatu.

"Tn.Joshua",panggilnya seraya berbalik ke arah Joshua yang masih duduk di kursinya.

"Ada apa lagi,Jo?".

"Saya ingin minta izin untuk pulang ke rumah kontrakan malam ini?.Ada barang yang tertinggal di sana dan saya harus mengambilnya,Tn.Joshua".

"Besok saja,ini sudah malam Jo".

"Tapi,ini barang penting Tn.Joshua",kilah Jovian beralasan.

"Saya mohon,Tn.Joshua",lanjutnya.

Sepasang mata yang biasanya tajam kini berubah sayu.Tampak berkaca - kaca meminta simpati agar di izinkan oleh tuannya.Akting yang gemilang di padu dengan naskah yang memikat hati.Nyatanya,efektif membuat Joshua tak sampai hati menyaksikan ekspresi sedih di wajah Jovian.

"Oke",balas Joshua.

"Sekali lagi,terima kasih Tn.Joshua".

***

"Ish,kenapa lama sekali!.Apa yang di lakukan kak Josh kepada Jovian?".

Andrea yang menunggu di ruang keluarga bersama anggota lainnya tak sabar menanti Jovian keluar dari ruang kerja kakaknya.Mereka harap - harap cemas dengan keputusan Joshua.

"Ini semua karena kesalahan saya,Ny.Andrea.Nak Jovian harus menanggung hukumannya",ujar Paul masih di liputi rasa bersalah.

"Berhenti menyalahkan dirimu,Paul.Semua telah terjadi",sahut Fransisca.

"Berdo'a saja semoga semuanya baik - baik saja",tutur Andrea.

"Tapi,Jovian itu laki - laki pemberani dan keren Ny.Andrea.Coba tak ada dia,pasti playboy sombong itu selalu menginjak - injak kita!",Lalita pun ikut nimbrung.

"Betul,meskipun sikapnya dingin tapi dia memiliki kepedulian tinggi,Ny.Andrea",celetuk Ryan.

Beragam komentar positif tentang epik kepahlawanan Jovian mewarnai ruangan itu tanpa henti.Kecuali Evelyn,perempuan itu hanya terdiam dan menyimak ulasan - ulasan yang di kemukakan oleh para pekerja keluarga Andersen.

Begitu Jovian menampakkan batang hidungnya.Tak pelak,Andrea segera menghampirinya dengan penuh tanda tanya.

"Gimana,Jo?".

"Aman,Ny.Andrea",balas Jovian santai.

"Kau tidak di pecat'kan,Jo?".

Jovian hanya mengangguk kecil membalas pertanyaan Paul,membuat pria tua itu langsung menghembuskan nafas lega.Sungguh dalam lubuk hatinya,Paul tak akan memaafkan dirinya sendiri bila Jovian harus di berhentikan dari pekerjaannya secara sepihak karena ini murni kesalahannya.

"Syukurlah...".

"Ny.Andrea,malam ini saya mau pulang dulu ke rumah kontrakan untuk mengambil sesuatu yang tertinggal.Bolehkan?",ucap Jovian.

"Harus malam - malam begini?".

"Iya,Ny.Andrea soalnya barang penting.Kebetulan Tn.Joshua sudah mengizinkan".

"Baiklah",kata Andrea setengah tak rela.

"Saya permisi dulu,Ny.Andrea",pamit Jovian.

"Hati - hati,Jo".

Entah kedengaran atau tidak,tak ada reaksi dari Jovian.Pemuda tegap itu melangkah keluar tanpa mengindahkan tatapan suka cita dari beberapa orang di ruang keluarga itu.Sebenarnya,Jovian kembali pulang bukan untuk mengambil barang melainkan menjenguk kondisi adiknya,Xander.Itu semua hanya alibi saja agar mereka tak menaruh curiga kepada Jovian.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!