Eurydome Hills...
"Maaf sudah terlalu lama menunggu,Adela",ucap Marsha sopan.
Dokter cantik itu berdiri di ambang pintu,kemunculannya mengejutkan perempuan paruh baya itu sekaligus membuatnya bernafas lega.Pasalnya,Adela sudah berupaya semaksimal mungkin untuk menghentikan pendarahan yang di alami Xander,tapi tak berhasil sama sekali.
Semua terasa sia - sia!.
"Tidak apa - apa,syukurlah anda sudah datang,Nn.Marsha".
"Silahkan masuk,Nn.Marsha",tambahnya.
Gadis itu berjalan mendekati Xander dan Adela,meletakkan tasnya di sebuah meja,kemudian duduk di sebuah sofa panjang.Fransisca bangkit berdiri,memberikan ruang kepada Marsha agar nanti lebih leluasa dalam melakukan tindakan medis.
Di sebelah Marsha,Xander terduduk dengan raut wajah memperlihatkan keputusasaan.Tanpa pakaian atas,membuat dada bidang remaja itu terlihat menggairahkan bagi lawan jenisnya.Kedua matanya memerah,imbas dari konsumsi alkohol yang berlebihan.
"Bagaimana keadaanmu,Ant?".
Marsha berusaha menyapa Xander,seraya mengamati luka di pipi kiri sang pasien yang masih mengeluarkan darah.Tak ada rasa jijik sedikit pun tersirat di wajahnya yang ayu menawan.
"Sampai kapan kau mau menjadi budak dari anjing itu?".
Tak di duga,sebuah jawaban di luar konteks meluncur seperti kereta dari mulut Xander yang masih sedikit berbau alkohol.Salah satu sisi mulutnya terangkat,menunjukkan kebencian yang mendalam.
"Sudah menjadi tugas dan tanggungjawabku untuk mematuhi semua perintah seluruh keluarga Griffiths termasuk kamu dan kakakmu,Ant".
"Bagaimana jika aku,memerintahkanmu untuk membunuh anak pungut itu?!.Apakah kau mau melakukannya?".
"Tn.Xander-".
"Diam kau,Adela!".
Pandangan lurus mematikan dari majikannya,terarah ke Adela bak pisau belati yang siap menikam perut musuhnya.Tak di ragukan lagi,tatapan itu membuat pijakan Adela terasa berat untuk melangkah,rasanya seperti terbelenggu oleh seutas rantai.
"Kau berusaha menjerumuskanku,Ant?",ujar Marsha terkesiap mendengar penuturan terakhir Xander.
Bagaimana bisa bocah ini berkata dengan entengnya soal pembunuhan?.Terhadap kakaknya lagi!.Sepertinya otaknya benar - benar telah terkontaminasi zat beracun dengan dosis tinggi!.Sulit untuk di netralkan!.
"Menjerumuskan?,Apa aku tak salah dengar?,bahkan kau sendiri belum menyetujui permintaanku itu!".
"Itu tak mungkin akan terjadi,Ant",tolak Marsha.
"Karena kau mencintainya 'kan?".Xander berdecih kesal,lalu menyunggingkan seulas senyum miring.
Rencana buruk apa lagi yang akan dia lakukan?,pikir Marsha.
"Asal kau tahu saja,aku tak memiliki hubungan apa pun dengan kakakmu.Ini ku lakukan hanya sebatas profesiku sebagai dokter di keluarga ini!".
Marsha berusaha menutupi kenyataan yang sebenarnya,meskipun itu sangat menyakiti hatinya.Selama 4 tahun,dia memendam perasaan itu karena Jovian sama sekali tak membalas perhatiannya.
Entah,seperti apa selera yang di inginkan pria dingin itu?.
Marsha cantik,tubuhnya langsing,dan merupakan lulusan terbaik fakultas kedokteran di St Andrew's University.Banyak cowok yang mengejar cintanya,tapi semua di tolaknya demi sang pujaan hati,Jovian.Akan tetapi,impian hanya sebatas mimpi.Tak akan terlaksana bila salah satunya kurang perseptif.
Dan ternyata jatuh cinta itu rumit.Memang hanya terdiri dari 2 kata sederhana,tapi memiliki definisi yang sulit untuk di uraikan meskipun ke dalam bentuk aljabar.Cinta itu seperti pisau bermata dua,candu yang membahagiakan sekaligus racun yang bisa membunuh secara perlahan - lahan.Bertengkar karena masalah sepele,saling menuntut perhatian dan kasih sayang,hingga merasa paling berjuang seorang diri dalam suatu hubungan.
Ah...persetan dengan yang namanya cinta!.
"Kau tidak pandai berbohong?".
"Kau bisa membohongi perasaanmu,tapi tidak dengan sorot matamu",desis Xander.
Tatapan tajam Xander seakan menyudutkan posisi Marsha,membuat wajah gadis itu bersemu merah.Dia membuang wajahnya agar Xander tidak tahu kebohongan yang dia simpan tentang kisah cintanya yang bertepuk sebelah tangan dengan Jovian.
"Sebaiknya,kamu jangan banyak bicara,Ant.Itu akan semakin memperparah lukamu",tukas Marsha,mengalihkan tema pembicaraan.
Sang dokter mengeluarkan seluruh peralatan medis dari dalam tasnya.Adela hanya bisa terdiam,namun dia bisa melihat remaja itu menyunggingkan kembali senyum samar di bibir tipisnya.
Marsha menyingsingkan lengan dress panjangnya sampai batas siku,sebelum mulai bekerja,lalu membersihkan luka itu dengan cairan saline dan kapas secara hati - hati.Tak lupa,dia juga mencabut 3 serpihan kaca yang tertancap di pipi kiri Xander.
"Aw...",pekik remaja itu.
"Kau ingin membunuhku,demi cintamu kepada anak pungut itu?!",sentak Xander,berdecak.Tatkala rasa nyeri mendera bagian pipi kirinya.
"Bila kau tak bisa diam dan terus mengoceh,sebaiknya aku pulang saja!",ancam Marsha.
Sontak,Xander tak bisa berkata apa - apa lagi.Dia terdiam dan pasrah di hadapan gadis itu.Postur tubuh remaja itu yang tinggi menjulang bak sebilah tombak,membuat Marsha sedikit kerepotan dalam menuntaskan tugasnya.Dia mendekat,mengikis jarak hingga wajah keduanya begitu dekat satu sama lain.Bahkan,mereka bisa merasakan hembusan nafas masing - masing.Xander menatap intens Marsha,menelusuri setiap inchi kecantikan yang di miliki gadis itu.
Dia sudah tidak tahan lagi!.
Dia tertarik!.
Dia tergoda!.
Apakah ini yang di namakan cinta pada pandangan pertama?.
"Xander,bisakah kau geser sedikit saja mata nakalmu itu!.Kau seperti seorang pencuri saja!".
"Cih...kau yang berusaha mendekatiku,sekarang kau menuduhku,seolah - olah aku tersangkanya!",kilah remaja itu sengit.
Adela yang melihat tingkah absurd majikannya sedikit gemas.Dia tahu,sebenarnya Xander adalah anak baik.Hanya,karena keputusan sang kakek yang lebih memilih Jovian untuk mengelola semua usahanya,membuat mata hati remaja itu tertutup oleh kebencian.
"Kamu beruntung,lukamu tidak terlalu dalam dan hanya memotong lapisan kulit luarnya saja,tapi lukamu juga perlu di jahit,Ant".
"Ini semua gara - gara anak pungut itu!".
"Kakakmu tidak akan melakukan hal ini,jika kau tidak memprovokasinya lebih dulu!".
"Kau membelanya?!".
"Ternyata,pepatah yang mengatakan cinta itu buta ada benarnya juga",ujar Xander tergelak sinis.
"Hentikan omong kosongmu,Ant!".Ekspresi kekesalan gadis itu sudah benar - benar di ujung tanduk,wajahnya memerah penuh emosi.
"Okey,aku mengalah",seloroh Xander.
Setelah perdebatan itu,Marsha menyiapkan jarum hipodermik dan sebotol obat bius,lalu menyuntikkan cairan anestesi itu di satu titik dekat lukanya.
"Tahan,Ant!",pesan Marsha.
Xander meringis kesakitan,saat jarum lancip itu menembus pipinya.Marsha menunggu beberapa saat dengan sabar,agar obat itu bereaksi terlebih dahulu.Di rasa cukup,dokter itu perlahan mulai menjahit,kemudian membalut luka itu dengan kain kasa tipis nan steril.Secara keseluruhan,Marsha memberikan tindakan medis dengan cepat dan efisien.
"Adela,untuk saat ini luka Xander tidak boleh kena air.Aku akan ke sini setiap hari untuk memeriksa dan membersihkan lukanya.Jadi,kau jangan khawatir,Adela",kata Marsha usai menangani Xander.
Sebagai seorang dokter profesional,sudah lumrah bila Marsha selalu memberikan petunjuk kepada keluarga pasien atau pasien sendiri untuk menghindari hal - hal yang tak boleh di lakukan selama pasien masih dalam kondisi perawatan.
"Baiklah,Nn.Marsha.Terima kasih atas bantuannya,Nn.Marsha",balas Adela.
"Sama - sama,Adela".
Sementara,Xander hanya bergumam pelan untuk memberitahukan bahwa dirinya memahami petuah yang di berikan oleh Marsha.
Marsha berjalan ke washtafel portable yang terletak di ujung ruangan kamar itu untuk membersihkan tangannya.Begitu selesai,dia membereskan semua peralatan medisnya berupa gunting,kapas,kain kasa,cairan infus,dan benang jahit ke dalam tasnya.
"Aku pamit dulu,Ant",ucap Marsha di ikuti anggukan kecil dari Xander.
Adela mengantar dokter pribadi keluarga Griffiths itu keluar dari kamar Xander.Perempuan paruh baya itu merasa lega setelah majikannya mendapatkan perawatan yang terbaik dari Marsha.
"Adela,sebenarnya apa yang terjadi pagi ini antara Jovian dan Xander?".
Marsha menyempatkan diri bertanya kepada asisten rumah tangga keluarga itu,setelah keduanya berada di lantai bawah.Jauh dari jangkauan indera pendengarann Xander.
"Seperti yang sudah - sudah,rasanya hubungan Tn.Jovian dan Tn.Xander semakin memburuk saja,Nn.Marsha",jawab Adela seraya mendesah pelan.
"Tuan besar,sudah tahu soal ini?".
"Belum,Nn.Marsha".
Sejenak,Marsha menghembuskan nafasnya.Dalam hati,dia menyesalkan perselisihan di antara kakak beradik itu.Apakah ini alasan Jovian belum mau berurusan dengan makhluk hidup yang bernama wanita?.Hingga,dia tidak sadar bila ada seorang gadis yang mencintainya.
Ayolah,Jo...peka dikit lah!.
***
Setibanya di kediaman keluarga Andersen,Jovian di beri tahu oleh petugas keamanan yang berjaga di pintu gerbang untuk menemui Andrea di ruang makan.
5 menit sebelumnya...
"Berhenti di sini!".
Vokal Jovian memecah keheningan,di kala mobil yang di kemudikan Gizza mendekati kompleks perumahan Fottesmore Gardens Residence.
"Baik,Tuan muda",timpal Gizza sembari mengangguk patuh.
Jovian turun dari mobilnya,tas ransel warna hitam tersampir di bahu kanannya yang kokoh.Langkah kakinya begitu mantap dengan akselerasi penuh,mengejar keterlambatannya menuju kediaman keluarga Andersen.
Di dalam mobil,sang asisten memperhatikan bosnya sembari tersenyum tipis,bahkan dia nyaris tertawa memandang Jovian rela berjalan kaki demi hasrat terpendamnya.
Balas dendam!.
Bagi Gizza,ini merupakan sebuah hiburan unik dan langka.Tak mungkin untuk di lewatkan begitu saja.
"Kapan lagi bisa mengerjai bos tak berperasaan seperti dia",batinnya.
Di tengah menikmati suasana itu,tiba - tiba ponselnya yang tergeletak di kursi sebelah berdenting.Tak berlama - lama,dia mengambil benda pipih itu,jarinya langsung menekan tombol pembuka kunci.Di layar,tercantum ada sebuah pesan teks masuk dengan bunyi.
[Tuan muda Gizza,Northern Star ada sedikit masalah.Sebaiknya,anda secepatnya datang ke sini.Kami tunggu!].
"Huft,sepertinya sang pencipta semesta tak pernah berpihak kepadaku",keluh Gizza sambil menarik nafas dalam - dalam.
Ekspresinya yang sebelumnya sumringah berubah menjadi lesu.Baru saja,dia merasakan kebebasan yang mengekang dirinya beberapa hari ini,tapi realitanya itu hanya sementara waktu.Dia harus bekerja dan bekerja lagi,seakan Jovian tak merelakan bila sang asisten menganggur dan hanya makan gaji buta.
***
"Hey,tampan".
Sapaan menggoda bernada lembut,menyambut Jovian di depan pintu belakang rumah megah itu.Namun,pemuda itu tak memberikan respon yang baik.Raut wajahnya datar tanpa ekspresi bagai lembaran papan kayu lapis.
"Bisa antarkan aku ke ruang makan!".
"Boleh,tapi ada syaratnya...",balas seorang maid yang biasa di panggil Evelyn,seraya mengedipkan matanya.
"Katakan!".
Evelyn tak menjawab,dia mendekati Jovian penuh nafsu,menjulurkan jemarinya untuk menyusuri ceruk leher Jovian.Turun dengan teramat pelan dan penuh kelembutan,memberi begitu banyak sensasi di setiap sentuhannya.
"Kau menyukainya?"
Bahana yang di buat semerdu mungkin itu mengejutkan Jovian.Bak terlepas dari mantra yang menyesatkan,akhirnya Jovian tersadar.Hampir saja dia termakan bujuk rayu wanita binal itu.
Perangkapnya sungguh sempurna!.
"Brengsek,rumah ini sudah benar - benar mirip seperti tempat prostitusi!",geram Jovian dalam hati.
Jovian mendorong Evelyn ke sudut dinding hingga tak terlihat oleh siapa pun,mencengkram kuat pergelangan tangan wanita itu,membuatnya merintih kesakitan.Sepasang mata elangnya begitu tajam seperti kapak yang baru di asah.
"Sekali lagi kau melakukan ini,ku pastikan riwayatmu akan segera tamat,Nn.Evelyn!",ancam Jovian.
Jangan heran,dari mana Jovian tahu nama pelayan itu?!.Dia memiliki kuasa,hanya dengan menjentikkan jarinya saja,dia bisa dengan mudah mendapatkan segala apa yang di inginkannya!.
Yah...namanya konglomerat level atas!.Tak ada yang mustahil baginya!
"M-maafkan aku,tolong lepaskan aku",pinta Evelyn nyaris seperti orang berbisik,namun sebisa mungkin dia bicara tidak tergagap.
Kali ini,Evelyn salah perhitungan.Dia pikir,Jovian sama seperti laki - laki yang lain,mudah di taklukkan dengan senjata andalannya.Kenyataannya,dia salah besar!.Akidah pemuda ini sangat kuat dan kokoh!.Ibarat suatu bangunan,akidah adalah pilarnya.Rumah yang di bangun tanpa pilar,merupakan bangunan yang sangat rapuh.Tidak usah ada gempa bumi atau badai,bahkan untuk sekedar menopang beban atap saja,bangunan itu akan runtuh dan hancur berantakan.
Jovian melepaskan cengkramannya dari pergelangan tangan Evelyn.Terlalu kotor dan menjijikkan,jika dia lama - lama bersentuhan dengan wanita sepertinya.
"Mau ku antar?".
Begitu melihat pergerakan Jovian yang berniat menerobos masuk ke dalam rumah.Evelyn memberanikan diri,berusaha menarik perhatian pemuda tampan itu dengan menawarkan dirinya.Barangkali,dia sudah berubah pikiran!.
Sungguh,wanita tak bermoral!.
"Menyingkir dari hadapanku!",usir Jovian kasar.
Perlakuan Evelyn yang begitu tak senonoh dan agresif,telah meninggalkan kesan buruk di hati Jovian.Mana mungkin,dia mau tertipu untuk kedua kalinya.
"Huh,hanya calon seorang sopir saja,lagaknya sudah seperti orang kaya,sok jual mahal lagi.Lihat saja,aku tak akan melepaskanmu,tampan!".
Samar,wanita itu tersenyum sinis,menunjukkan adanya sebuah maksud tertentu.Setelah,Jovian melenggang menuju ke ruang makan keluarga Andersen.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments