Bab 16

Langit gelap perlahan menghilang.Bintang - bintang pun turut meredupkan sinarnya.Dari singgasana di ufuk timur,sang mentari mulai tersenyum menyapa dunia pagi ini dengan kemilau warna kuning keemasan yang eksotis.

Di Eurydome Hills...

"Pagi,pria tua".

Celotehan seperti hari - hari biasa menyambut pria tua yang sebagian rambutnya mulai beruban.Terkesan kasar dan tak menghargai,namun Arthur tak pernah mempermasalahkan sikap cucu angkatnya itu.Justru inilah yang di rindukan oleh seorang Arthur dari Jovian selama dia meninggalkan kota Leytonstone.Baginya,itu semua hanya di anggap sebagai lelucon.

Jovian duduk di samping Arthur,mengambil segelas jus jeruk yang telah di persiapkan oleh Adela,lalu meneguknya sampai habis.Arthur tak menyahut,sepintas dia menatap Jovian dengan cermat.

"Kenapa dengan matamu,hah?",tanya Arthur menyadari ada yang berbeda di kantung mata Jovian.Tampak sayu dan memerah akibat kurang tidur.

"Biasa,terlalu banyak pekerjaan di kantor dan Gizza sepertinya keteteran untuk menyelesaikannya.Aku terpaksa membantunya semalaman",jelas Jovian berbohong.

"Benarkah?",tanya Arthur memastikan.

"Kau tak percaya,pria tua?",kilah Jovian sengit.

Jovian tahu,tak mudah membohongi kakeknya.Hal sekecil apa pun yang di sembunyikannya,pasti pria tua itu akan mengetahuinya.Naluri pria tua itu memang tak bisa di sepelekan.Makanya,saat dia melihat Adela sibuk mempersiapkan sarapan dalam nampan.Terbitlah ide cemerlang dari kepalanya agar bisa menghindar dari topik pembicaraan dengan Arthur.

"Untuk siapa sarapan itu,Adela?".

"Ini buat Tn.Xander,Tuan muda.Beliau tidak mau turun untuk sarapan bersama,Tuan muda",jawab Adela.

"Biar aku yang antar"

Jovian berdiri,kemudian mengambil alih nampan di tangan Adela yang telah berisi sepiring nasi lengkap dengan lauk dan sayurnya.Tak ketinggalan juga buah apel sebagai pencuci mulut.

"T-tapi,Tuan muda".

Tenggorokan Adela bak menelan tulang ikan yang mengakibatkan suaranya tersendat,ketika melihat lirikan mata Jovian yang menghunus runcing seperti mata lembing.Bukannya dia menolak permintaan Jovian.Adela masih khawatir,bila mereka bertemu lagi,akan timbul masalah baru yang lebih pelik dari sebelumnya.Merasa tak ada pilihan dan tertekan,akhirnya Adela menyerahkan nampan itu kepada Jovian.

"I'ini,Tuan muda".

Jovian menerima nampan tersebut dan menyeringai penuh kemenangan,sebelum bergegas menuju kamar Xander.

Arthur mendengus kesal,menyaksikan tingkah Jovian yang menjengkelkan itu.Dia tahu betul,bagaimana sifat cucu angkatnya yang sangat dia sayangi.

"Dasar bocah tengik,berani - beraninya cari alasan untuk kabur dariku!",gerutu Arthur.

Sesampainya di depan pintu kamar adiknya,Jovian menghela nafas panjang.

"Semoga kali ini aku bisa mengambil hati bandit kecil itu",gumamnya.

Perlahan,Jovian masuk dan melihat seorang remaja sedang menghadap jendela kamarnya.Dia mengapit sebatang rokok yang menyala di antara jari tengah dan jari telunjuk.Begitu santai mengisapnya,lalu melambungkan asapnya ke udara tanpa berbalik tatkala suara langkah kaki mendekatinya.Tatapan matanya jauh ke depan,menembus dinding kaca seolah memiliki kekuatan tersembunyi layaknya pahlawan super.

"Kenapa tidak turun ke bawah?.Coba menghindariku,bandit kecil?",tegur Jovian.

"Siapa yang menyuruhmu ke sini?".

"Tak ada,hanya saja Adela sibuk melayani kakek.Jadi,tak ada salahnya 'kan jika aku menggantikan tugasnya?".

"Jangan sok perhatian kamu!".

"Selalu saja kau berprasangka buruk kepadaku,bandit kecil",sinis Jovian.

"Salah,jika aku berjaga - jaga terhadap dirimu?".

Xander berbalik,menyunggingkan senyum tipis.Pagi ini,penampilan Xander tampak lebih segar.Aroma parfum maskulin menyeruak kuat dari tubuh seksinya,memenuhi ruangan itu meski berbenturan dengan asap rokok.Pakaian yang selalu dia kenakan terlihat stylish dan cocok dengan gaya dan penampilannya yang urak'an.Hanya mengenakan kaos rumahan di kombinasikan celana jeans yang sobek - sobek di bagian lutut sampai paha.Sejurus,mirip seorang berandal jalanan!.

"Kau terlalu berlebihan atau sebenarnya kau takut kepadaku?",ucap Jovian menyipitkan mata.

"Takut?,dalam kamusku tak ada rasa takut menghadapi manusia iblis sepertimu",decih Xander.

"Lantas,kenapa kau berusaha keras untuk melenyapkanku?".

"Karena aku muak dan benci dengan presensimu di rumah ini!".

Remaja itu menatap nampan yang di pegang Jovian.Seberkas cahaya di matanya,memperlihatkan keraguan dan kecurigaan yang dalam.Tumben,dia mau membawakan sarapan itu kepadanya.

"Tenang saja,aku bukan orang licik dan culas seperti dirimu yang menghalalkan segala cara untuk menghabisi musuhnya",sindir Jovian menyadari tatapan aneh Xander.

Degup jantung remaja itu terpacu dua kali lipat dari biasanya.Dia teringat,di saat mencampur racun dengan dosis tinggi di makanan Jovian.Menyebabkan kakaknya harus mendapat perawatan intensif di rumah sakit selama 5 hari buat pemulihan dan menetralkan racun yang masuk ke dalam tubuh Jovian.Beruntung,waktu itu nyawanya masih di naungi oleh dewi fortuna.

"Kau masih ingat tentang kejadian itu?".

"Aku tak akan melupakannya,bandit kecil".

"Kenangan yang mengajarkanku agar lebih waspada terhadap orang jahat sepertimu",sambung Jovian.

"Aku heran,sebenarnya ada berapa nyawa yang kamu miliki hingga sampai sekarang masih bisa bertahan hidup?",kata Xander sambil mematikan rokoknya yang tinggal sepertiga bagian di asbak.

"Kau pernah dengar mitos seekor kucing yang mempunyai 9 nyawa?".

"Kau percaya omong kosong itu?".

"Percaya,terbukti aku masih hidup saat ini",jawab Jovian kalem seraya mengangkat bahunya acuh.

"Pantas saja,sikapmu kasar seperti binatang ternyata kau jelmaan seekor kucing",ujar Xander dengan nada mencemooh di ikuti tawa hambarnya yang terdengar membosankan.

"Yah,setidaknya aku bukanlah seorang pecundang yang selalu bermain lewat belakang".

"Kau menuduhku?".

"Fakta 'kan?",ujar Jovian sambil mengulas senyum merendahkan.

Dada Xander bergemuruh,hatinya di penuhi niat membunuh dan warna matanya semerah darah.Jovian bisa memprediksi,psywarnya telah membangkitkan amarah adiknya yang masih labil.

Berhasil,batinnya.

Pikiran Xander yang kalut seperti benang kusut dan di serang kemarahan,membuat otaknya tak bisa berpikir tenang.Mendadak,dia menghempaskan tangannya ke arah nampan yang di bawa sang kakak.

Pyar!.

Nampan itu jatuh ke lantai bersama seluruh isinya yang berceceran.Piring dan gelasnya langsung pecah dalam sekejap.Jovian beringsut mundur menjaga jarak,memperhatikan pergerakan Xander selanjutnya.Suara yang begitu nyaring itu terdengar sampai di telinga Arthur dan Adela.

"T-tuan besar,sepertinya Tuan muda dan Tn.Xander berantem lagi.Saya khawatir,sesuatu sedang terjadi pada mereka.Tolong,hentikan mereka Tuan besar",anjur Adela tampak gelisah.

Arthur tak menjawab.Dia sangat rileks seolah tak terjadi apa - apa,menyelesaikan sarapannya tanpa memperdulikan kecemasan perempuan paruh baya itu.

"T-tuan besar-".

Merasa terganggu,Arthur mengangkat tangannya di udara.Begitu Adela bungkam,Arthur melipat jari hingga hanya tersisa jari telunjuk yang teracung.

"Biarkan mereka menyelesaikan masalahnya sendiri,mereka sudah dewasa".

Sudah bukan rahasia lagi,kalau hubungan Jovian dan Xander tidak baik - baik saja.Ada saja keributan bahkan pertumpahan darah di antara mereka,semenjak keputusan Arthur yang begitu kontroversial.

Ini sebenarnya adalah rekayasa Arthur untuk menguji ketegaran hati cucu kandungnya.Pria tua itu menginginkan Xander tumbuh menjadi figur pemimpin yang bertanggung jawab dan di segani oleh rival bisnisnya kelak.Awalnya,Jovian tidak setuju.Dia takut,sandiwara ini akan memicu hubungan yang tak harmonis antara dirinya dengan Xander.Akan tetapi,desakan Arthur sungguh membuatnya tak berdaya dan terpaksa mengikuti kemauan pria tua itu.

Bagaimana pun juga,dia mempunyai hutang budi yang harus di balas.Jovian bersyukur,bisa di pertemukan dengan Arthur,orang yang sama sekali tak memiliki ikatan darah,namun bisa memanusiakan dirinya layaknya manusia pada umumnya.Walaupun,dalam prosesnya,dia harus melalui siksaan yang teramat pedih secara fisik dan psikologis.

Sementara di lantai 2,situasi semakin memanas.Kobaran api kebencian menyala - nyala di kedua mata kakak beradik itu.

"Rasakan ini,bedebah!".

Xander mulai menerjang,mengayunkan tinjunya ke arah Jovian sekuat tenaga.Tetapi,dengan sigap Jovian menangkis serangan itu dengan menangkap tangan Xander,lalu memelintirnya ke belakang punggung.Dia mendorong tubuh ideal itu ke sudut dinding,mengunci pergerakannya dan tak memberikan akses kepada adiknya untuk melakukan perlawanan.Salah satu tangannya,dia pergunakan untuk mencengkram kasar rahang Xander,membuat remaja itu sedikit kewalahan.

"Sudah aku bilang berkali - kali,jangan gegabah saat melawanku,bandit kecil!".

Tekan Jovian dengan aura berubah total.Menyiratkan kesan kejam dan haus darah.Terasa seperti iblis yang merangkak keluar dari neraka jahanam.

Xander tak menyerah,dia berupaya melepas tangan Jovian dari rahangnya,tapi selalu gagal.Semakin dia melawan,justru tenaga Jovian semakin berlipat ganda.

"Hanya segini kemampuanmu,bandit kecil?",tanya Jovian dingin dengan tatapan remeh.

Darah Xander langsung berdesir.Sebuah dengusan tak teratur,mengalir dari celah bibirnya,mengisyaratkan dia merasa frustasi dan butuh pertolongan.Jovian menyadarinya,perlahan dia melepas pelintiran dan cengkramannya dari rahang Xander.

Remaja itu bergeser beberapa tapak,menjauhi kakaknya.Nafasnya terengah - engah dengan keringat yang membasahi wajah piasnya.Sudut matanya mengedar bagai radar,menyusuri setiap sudut kamarnya,mencari sesuatu yang mungkin bisa membantunya membalas perlakuan Jovian

Sebuah asbak terbuat dari kaca kristal dan memiliki ketebalan berdiameter 15 cm di atas nakas menarik atensinya.Secepat kilat,dia menyambar benda itu dan kembali menyerang Jovian secara brutal.Tubuh Jovian terdorong,keduanya berguling - guling di atas ranjang,kadang Xander berada di atas tubuh Jovian,begitu sebaliknya.

"Dasar pengecut!",seru Jovian.

"Sesuai fakta yang kau katakan,brengsek!",timpal Xander.

Perkelahian antara kakak beradik itu berlangsung seru.Xander yang merasa di atas angin,sempat memukul kepala Jovian dengan asbak,tapi serangannya meleset.Justru,momen itu di manfaatkan Jovian untuk menyerang balik,dia memukul pipi kiri adiknya yang masih tertutup perban dengan keras.

"Aw....".

Xander tak bisa mengelak,pipinya kembali berdarah dan terasa nyeri.Tak ingin membuang kesempatan,Jovian mencekik leher Xander kuat - kuat,membuat remaja itu kesulitan bernafas.Dia hampir pingsan.

"L-le-paskan,brengsek!",ucap Xander terbata - bata.

Jovian melonggarkan cekikannya,matanya tajam membara,seakan tak mau melepaskan buronannya.Sementara,Xander terbatuk - batuk dengan dada naik turun lantaran kehabisan pasokan udara.Dia tak menduga,Jovian mempunyai stamina yang luar biasa.

"Bandit kecil sepertimu,tak ada apa - apanya di hadapanku.So,jangan pernah bermain - main atau memprovokasiku.Itu sama saja dengan bunuh diri!",ucap Jovian sembari menepuk pipi kanan Xander berkali - kali.

Peringatan Jovian di balas dengan semburan ludah yang mengenai wajah Jovian."Sialan",geramnya.

Jovian mengangkat tangannya,menyatukan rapat jari - jarinya dan mengenggam erat membentuk sebuah kepalan.Dia bersiap menghajar wajah Xander hingga bonyok.

"Ayo pukul,bedebah!",ucap Xander menantang,meski dalam hati sebenarnya keder.

"Oke,bandit kecil".

Tanpa canggung,pemuda itu melayangkan bogem mentahnya ke wajah lawan.Xander memejamkan matanya,dia pasrah begitu saja.Dua,tiga menit tak ada dampak yang di rasakannya.Perlahan,remaja itu membuka matanya dan memergoki tinju Jovian sengaja di alihkan ke samping wajahnya.

"Kau beruntung,aku masih menyayangi dan menganggapmu sebagai adikku.Tapi,jangan salahkan aku jika rasa sayang itu nantinya pudar",tegas Jovian.

Setelah berkata,Jovian beranjak dari atas tubuh Xander.Lantas,mengusap wajahnya dan membenahi kemejanya yang sedikit berantakan,lalu mengayunkan kakinya hendak keluar dari kamar Xander.Namun,baru beberapa langkah...

"Sekedar saran,lain kali susun rencanamu sematang mungkin sebelum mau menghabisiku.Jangan bertindak ceroboh!",sinis Jovian tanpa menoleh lagi.

Brak!.

Sepeninggal Jovian,Xander menendang meja kecil di samping ranjangnya,melampiaskan rasa kekesalannya.

"Kenapa bedebah itu tidak binasa - binasa?".Xander mencengkram kuat rambutnya.

"Arghhh...".Dia berteriak keras dengan nada frustasi.

Remaja itu benar - benar sudah kehabisan akal.Berulangkali,dia melakukan cara kotor untuk menyingkirkan kakaknya.Dari menyabotase mobil,menyewa pembunuh bayaran,dan terakhir meracuninya.Akan tetapi semuanya tiada hasil.Hanya menciptakan kabar baik untuk sementara waktu,setelah itu Jovian seolah bangkit lagi dari jurang kematian.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!