Lalu lintas padat merayap di kota Leytonstone,membuat kendaraan mobil maupun motor harus memacunya dalam kecepatan di atas rata - rata.Di dalam mobil,Jovian silih berganti memandangi selembar foto dan kartu nama yang di pegangnya.Pikirannya mengembara tak tentu arah,penuh dengan tanda tanya.
Dari spion tengah,Gizza memperhatikan tindak - tanduk bosnya tanpa berani menegur.Perspektifnya bisa menebak jika Jovian sedang berpikir keras menghadapi problem yang tengah merecoki dirinya.Terlihat dari kerutan di keningnya yang semakin dalam,membentuk garis - garis kasar.
Lebih baik diam dari pada salah bicara,bisikan hatinya mengingatkan.
"Za,ada hubungan apa Ceisya Alexandra dengan anak angkat keluarga Andersen?".
Pertanyaan itu meluncur tanpa bisa di terka Gizza.Dia tercenung sesaat,bagaimana pria ini bisa tahu nama wanita yang berada di foto itu?.Seingat Gizza,dia belum membubuhkan informasi yang valid tentang gadis itu dalam berkas tersebut.
Gizza membenarkan posisi duduknya dengan kening berkerut,"Dari mana Tuan muda tahu nama gadis itu?".
"Itu tak penting,jawab saja pertanyaanku!".
Netra Jovian terlihat tidak suka,semakin lama tatapan itu semakin tajam seakan bisa membelah raga Gizza menjadi serpihan - serpihan kecil layaknya korban mutilasi.
"Beliau adalah tunangan dari anak angkat keluarga Andersen,Tuan muda".
"Dia berasal dari keluarga kalangan atas menengah dan cukup terpandang di kota ini,keluarga Miller.Namun,takdir berkata lain.Dia di usir dan di larang menggunakan nama marga keluarganya karena fitnah dari pamannya",sambung Gizza lugas.
"Kau tahu,kenapa dia di fitnah?".
"Dia mengetahui kebobrokan yang di lakukan pamannya pada perusahaan ayahnya,Tuan muda".
"Nama perusahaannya?".
"Centrica,Tuan muda".
Jovian menenggelamkan punggungnya di jok belakang sembari mencerna kata - kata Gizza.Sepengetahuannya,Centrica adalah perusahaan asuransi multinasional.Centrica juga merupakan perusahaan di bawah naungan Northern Star,yang mayoritas sahamnya sudah di akuisisi oleh Jovian.
"Semakin menarik saja",desis Jovian sambil mengulum senyum khasnya.
Tak lama,Jovian kembali menyimpan foto dan kartu nama itu,terus mengalihkan tatapannya ke luar jendela mobil,melihat deretan gedung yang tampak berlari menjauh.
Tapi...tiba - tiba mobil yang di setir Gizza oleng!.
Ban mobil berdecit keras saat beradu dengan aspal.Jantung Jovian bertalu - talu,nafasnya tercekat,tubuhnya limbung karena gerakan mobil yang menjadi liar.
"Maaf,Tuan muda".
"Dasar bodoh!",umpat Jovian kesal.
Mobil yang mereka kendarai di salip sebuah motor berkecepatan tinggi,membuat mobil berguncang dan kehilangan kendali kemudi.Gizza berpegang erat pada setir,berusaha menstabilkan mobilnya.Sayang sekali,dia terlambat.Mobil terlanjur menghantam sisi jalan begitu keras.Gizza menunduk,berupaya melindungi dirinya dari tiang lampu jalan yang roboh terkena benturan mobil.
"Awas,Tuan muda!",teriak Gizza.
Jovian menggeser tubuhnya dan menunduk,menghindari terpaan tiang listrik yang jatuh dengan posisi mengarah ke atap mobil.Ketika semua berakhir,orang - orang mulai berdatangan untuk membantu mereka.Beruntung Jovian dan Gizza tidak mengalami luka - luka pada tubuhnya.
"Lain kali ceroboh seperti ini,ku congkel matamu dari tempatnya!",ancam Jovian kepada sang asisten.
"M-maafkan saya,Tuan muda",balas Gizza sedikit gugup dan ketakutan.
Kesialan apa lagi ini?!.
Jovian dan Gizza keluar dari mobilnya.Helaan nafas panjang merambat dari celah bibir Gizza,mewakili ketidakmampuannya membongkar keangkuhan sang majikan.Mengalahkan rasa kecewanya kala melihat mobil yang baru di belinya dua bulan lalu ringsek tak beraturan.
"Kau urus masalah ini,aku bisa pergi sendiri".
Serumpun kalimat yang terdengar santai mampu membuat suasana kerumunan menjadi hening sebelum hiruk pikuk mengudara lagi.Tak urung,bisik - bisik samar terdengar memperbincangkan sikap Jovian yang sudah kelewatan.
Masa sih,seorang sopir berani memerintah atasannya sendiri?.
"Anda jangan meninggalkan majikan anda dalam keadaan begini,Tuan.Itu namanya,anda terlalu egois",kata seorang bapak pengendara mobil yang kebetulan juga berhenti di sana.
"Iya,Tuan.kasihan majikan anda.Harusnya,anda yang bertanggung jawab karena anda tidak hati - hati dalam menyetir".
"Kenapa,kalian ada masalah dengan saya?",balas Jovian tak terima.Sorot matanya tajam menyapu sekumpulan orang - orang yang mengerubunginya bak manisan yang di perebutkan oleh semut.
"Eh,hanya sopir saja,belagu banget sih di bilangi".
"Iya modal tampang doang,sombong banget jadi sopir!",ketus yang lainnya.
"Aku bukan sopir!",sanggah Jovian lantang dengan wajah terlihat kesal.
"Sudah ketahuan,masih saja mengelak.Dasar tak tahu diri!".
"Memang aku bukan sopir,itu kenyataannya!".
"Heh,jika bukan seorang sopir lalu kau ini siapa?.Lihat pakaianmu!",bentak seorang ibu - ibu sambil menunjuk ke arah Jovian.
Jovian sekilas memandang baju yang di pakainya.Hanya mengenakan kemeja lengan pendek berwarna dominan hitam dengan model seperti jas bersaku dua di bagian dada.Baju yang di rancang khusus buat orang - orang yang berprofesi sebagai sopir pribadi.
"Brengsek!",desis Jovian menyadari kelalaiannya.
Gizza yang menyaksikan perdebatan itu hanya bisa menggaruk tengkuknya.Lidah dan hatinya bersatu terus merapal dzikir,yakin setelah ini dirinya pasti akan kena getahnya.Namun di sisi lain,dia rasanya juga ingin tertawa terbahak - bahak saat melihat raut wajah lucu dan terdesak dari Tuan mudanya akibat terpojok oleh ucapan pengguna jalan lainnya.Apa mau di kata,Gizza hanya bisa menahan diri sekuat tenaga.
Senjata makan tuan!.
Lagian udah enak - enak jadi bos,siapa suruh pura - pura jadi sopir!.
"Astaga,aku tak bisa membayangkan kejadian ini.Ini pasti akan menjadi kenang - kenangan yang sangat berkesan saat Tuan muda menikah nanti bila aku mengabadikannya",gumam Gizza lirih.
Harus di akui,Jovian benar - benar kalah dalam debat ini,apalagi dengan kaum perempuan yang terkenal dengan mulut pedasnya melebihi emak - emak berdaster di kompleks perumahan.Akhirnya,Jovian mengedikkan bahunya,semacam kode agar Gizza segera membantunya dari jeratan makhluk yang memiliki julukan tak pernah salah itu.
"Maaf,bapak - bapak dan ibu - ibu sekalian...sebenarnya saya yang salah karena telah memukul lengan sopir saya.So,biar ini menjadi urusan saya",sela Gizza sambil merangsek maju ke tengah - tengah kerumunan itu.
Dia tak mengindahkan pandangan mata Jovian yang ingin membunuhnya saat mengucapkan kata "sopir".Biarlah itu menjadi urusan pribadinya dengan sang majikan.Toh,hanya itu cara yang paling ampuh buat melerai perdebatan yang telah memicu kemacetan panjang itu.
"Pecat saja sopir yang gak beradab seperti ini,Tuan!".
"Iya,Tuan.Udah salah,nyolot lagi".
"Harusnya dia ngaca dulu,sudah di beri pekerjaan masih saja tingkahnya kayak orang gak berpendidikan saja!".
"Iya,iya...Terima kasih atas sarannya!",balas Gizza merasa kikuk harus berakting seperti ini dengan beberapa orang yang masih kesal dengan sikap arogan Jovian.
"Lho,bukankah beliau ini adalah Tn.Gizza,CEO sekaligus founder Northern Star itu?",serobot seorang ibu - ibu yang sedang menjinjing tas mewah yang tak sengaja mengenalinya.
"Apa iya?",timpal yang lain.
Seketika,orang - orang menatap Gizza penuh antusias.Bahkan,sebagian orang ada yang rela mencari informasi melalui internet di ponselnya.Mereka memasukkan nama Gizza di kolom pencarian,memastikan kebenaran dari perkataan ibu tersebut.
Sementara,Gizza hanya bisa nyengir lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena ada yang mengetahui identitasnya,"Akan jadi masalah lagi sepertinya".
Kehebohan tak bisa terelakkan lagi,di saat mereka mengetahui jati diri Gizza sesungguhnya.Para wanita itu berlomba - lomba meminta foto,berkenalan,bahkan mencubit gemas lengan dan pipi Gizza tanpa rasa bersalah.Inilah yang selalu di keluhkan Gizza,jika sudah tampil di hadapan publik.Selalu jadi incaran wartawan dan orang - orang yang mengidolakannya.
"Ya Tuhan,mimpi apa aku semalam bisa bertemu dengan orang paling kaya seantero kota Leytonstone?".
"Tn.Gizza sangat ganteng sekali,sangat berbeda dengan visual yang tersebar di foto - foto itu".
"Udah sukses sebagai pengusaha muda,tampan lagi.Siapa sih yang tidak tergila - gila kepadanya?".
Ibarat pepatah mengatakan,habis manis sepah di buang.Begitulah nasib Jovian sekarang,setelah tahu status Gizza.Perhatian mereka teralihkan pada sosok pemuda yang memakai blazer abu - abu yang di kombinasikan celana panjang slim fit berwarna hitam itu.
Peluang ini di manfaatkan oleh Jovian,diam - diam dia nyelonong pergi begitu saja dari kerumunan.Berjalan menyusuri trotoar,mencari sebuah taksi.
***
"Ada apa,pak?",tanya Ceisya.
"Ini Nona,di depan sepertinya ada kecelakaan atau demonstrasi",jawab sang sopir taksi ambigu.
Ceisya menurunkan separuh kaca jendela taksi dan menjulurkan setengah kepalanya keluar.Ternyata benar,di depan sekitar 50 meter ada kerumunan berjubel.Entah apa yang mereka lakukan,Ceisya sendiri begitu penasaran ingin mengetahuinya.
"Maaf pak,boleh tanya di depan ada kejadian apa ya?".
Ceisya menyempatkan bertanya kepada salah satu pejalan kaki yang melewati taksinya.Nadanya begitu lembut dan sopan.
"Oh itu Nona,di sana ada mobil yang baru saja menabrak tiang lampu,tapi syukurlah pengendaranya tidak apa - apa",jelas pria itu.
"Apakah jalannya bisa di lewati,pak?".
"Bisa,Nona...meski harus bersabar sedikit".
"Terima kasih,pak".
"Sama - sama,Nona".
Ceisya kembali menutup jendela taksi,lalu melirik arloji yang melekat di pergelangan tangan kirinya.Jarum jam memperlihatkan pukul 7 lebih 30 menit.
"Bisa terlambat ke rumah aunty Andrea nih",gumamnya sembari menghela nafas lelah.
Hampir 10 menit menunggu,perlahan mobil yang berada di depan mulai bergerak.Sinyal jika lalu lintas kembali normal.
"Jalan,pak.Fottesmore Garden Residence!".
Mendadak dari sebelah kanan,pintu taksi di buka dan masuklah seorang laki - laki dewasa yang kelihatan acuh.Dia duduk santai setelah menuliskan pesan pada handphone-nya tanpa memperdulikan situasi di dalam taksi.Praktis,perintah itu mengagetkan Ceisya dan sang sopir.
"Maaf Tuan,taksi ini sudah ada penumpangnya",ungkap si sopir taksi.
"Terus?".
"Sebaiknya anda turun lagi,Tuan.Karena saya sudah memesan taksi ini lebih dulu",sahut Ceisya.
"Kau belum tahu siapa aku?!".
Pria yang tak lain adalah Jovian itu mendongak,merotasikan bola matanya yang bulat dan gelap ke arah suara yang samar - samar pernah ia dengar sebelumnya.Dan....
"Kau-".
Suara bariton dan alto itu menyatu dan terucap secara bersamaan,mengalun lembut membentuk melodi indah nan menggebu,membawa suasana dalam taksi terasa sangat menenangkan.
Dalam kondisi keterkejutan yang menggerayangi wajah Jovian dan Ceisya,sang sopir taksi pun bertanya."Anda mengenal tuan ini,Nona?".
"I-i-iya,pak",balas Ceisya gugup.
"Lalu,bagaimana Nona?".
Ceisya terdiam,lidahnya terasa kelu,tidak tahu harus bereaksi seperti apa.Kesalahannya ketika menabrak punggung pemuda itu dari belakang di pemakaman Griveyard kemarin pagi terbayang lagi.Dia masih di hantui rasa bersalah,dan mungkin ini kesempatan buat menebusnya.
Jovian menaikkan sebelah alisnya yang sewarna tinta dan berbentuk seperti pedang."Bagaimana kalau kau mengizinkanku naik taksi ini sebagai bentuk ganti rugi karena kau telah menabrak punggungku kemarin,Nona?".
Tanpa sentimentalitas yang tidak perlu,Jovian menawarkan kesepakatan kepada Ceisya yang masih terbuai dalam pikirannya.
"Jika kau menolak,aku bisa meralatnya...mungkin kau bisa mengantinya dengan memijit punggungku yang sampai saat ini masih terasa sakit,Nona",ucap Jovian dengan tatapan menyeringai sambil menunjuk punggungnya.
Ceisya tersentak,"Apa pria ini sedang mencari - cari kesempatan untuk mendekatiku?.Dasar pria mesum!".
Meskipun pelan,tapi suara itu masih terdengar jelas di telinga Jovian,"Kau mengataiku?.Aku hanya memberikanmu pilihan,soal keputusannya itu terserah dirimu,Nona".
"Hey,bisa jalan gak?!".
"Atau ku tabrak saja sekalian!".
Belum sempat membalas,suara sopir truk dari belakang menegurnya di ikuti suara klakson mobil yang terdengar berisik dan melengking dengan keras,meminta taksi itu segera maju untuk mengurai kemacetan pagi hari.
"Bagaimana,Nona?",desak sopir taksi itu bingung.
Merasakan tak ada solusi,akhirnya gadis cantik itu mengangguk kecil."Ya...jalan saja,pak!".
"Anda mau kemana,Tuan?",tanya Ceisya di saat taksi itu pelan - pelan berjalan membelah padatnya kendaraan.
"Kau tak dengar tadi saat aku masuk mobil ini,Nona?".
"Itu tempat yang kebetulan aku tuju,Fottesmore Garden Residence 'kan,Tuan?",sungut Ceisya memasang ekspresi kesal.
"Tuh sudah tahu?,baguslah kalau kita searah".
"Astaga,pria ini ternyata sangat menyebalkan!",gerutu Ceisya dalam hati.
Interaksi dua insan berbeda gender itu terasa hambar dan kaku.Tak ada sepatah kata pun yang terucap sepanjang perjalanan,membuat Ceisya kelabakan dengan sikap sedingin es sosok di sebelahnya.Tak lupa,sesekali dia memperhatikan wajah lelaki yang begitu sempurna,tegas,dan dewasa itu.
"Ish,aku kenapa sih?",rutuk Ceisya menyadari debaran jantungnya yang terasa berbeda,lalu membuang wajahnya ke jendela mobil
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments