Kecanduan Sama Istri Kakakku

Kecanduan Sama Istri Kakakku

Bab 1

Tara...

Aku Lingkarkan tanganku pada pinggang mungil Nisa sambil menarik kepalanya bersandar ke leherku, sambil memamerkan sepotong martabak ke wajah Nisa.

Wanita ini tertawa renyah dengan sikapku yang menurutnya aneh tapi menggemaskan.

"Jangan gitu, dong Reza! Ntar ada yang lihat."

"Cuma kita berdua Sekarang di rumah. Mami baru saja pergi ke rumah tetangga."

Jelas aku sambil menarik Nisa lebih dekat lagi ke badanku.

Beginilah rutinitas ku di saat pulang kerja, apalagi rumah dalam keadaaan kosong.

Suami Nisa, Kak Risal adalah seorang Dosen yang setiap sore sampai malam berada di kampus.

Risal dan Nisa menikah sudah menjelang tiga tahun, dan bayi mereka baru berumur satu tahun.

Papi aku meninggal setahun setelah pernikahan Kak Risal, dan mami kini resmi menjanda. Itu sebabnya Mami tak mau aku dan Risal tinggal terpisah rumah, walaupun sudah menikah, agar mami tak kesepian.

Sedangkan aku, membantu Mami mengurus toko buku peninggalan Papi. Toko buku yang begitu besar dan ramai, terletak tak jauh dari rumahku. Hanya berjarak satu kilo meter, dan ada lima orang karyawan yang membantuku di toko buku. Inilah sebabnya aku bisa bebas bolak balik ke rumah setiap jam hanya untuk memantau si Nisa.

"Kamu sedang apa sama kakakmu, Ris?"

Tanya Mami yang baru saja masuk dan melihat aku mengambil air minum dan memberikan pada Nisa.

"Ini, Mami, Nisa tidak enak badan, tadi pas saya lewat ke dapur, dia hampir terjatuh disamping meja."

Jelas aku seadanya, walaupun tidak sesuai fakta, yang penting mami tidak curiga.

Aku lalu berlari ke kamar.dan berusaha menenangkan jantungku yang rasanya mau copot. Ada- ada saja si mami. Pulang di waktu yang tidak tepat, padahal rinduku sama Nisa belum kulampiaskan. Kalau aku boleh minta, lebih baik mami nginap saja di rumah tetangga, kan tak masalah. Iya, kan, pembaca?

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, sebentar lagi kak Risal pasti pulang.

Auto tersiksa lagi ini sampai pagi.

Malam kulalui dengan segala keanehan aku yang bisa dibilang gila.

Senyum sendirian, bicara pun sendirian, dan akhirnya tertidur dengan sendirinya.

***

"Selamat pagi, Reza. Ayo bangun. Kita harus joging bareng."

Teriak Risal dari luar.

Ini hari jumat, dan keistimewaan di komplek aku ini adalah joging bareng dengan para tetangga, mulai dari anak-anak hingga orang tua.

Aku bangun lalu mengambil handuk dan berlari ke kamar mandi, sedangkan Risal sudah lebih dulu keluar.

"Nisa, kamu masih tidur?"

Aku berdiri di depan kamar kakak dengan perasaan was was, khawatir kalau tiba-tiba mami keluar.

"Aku disini."

Ucap Nisa sambil membuka pintu kamarnya.

Tanpa bicara, aku segera menarik badannya dan meninggalkan kecupan mesra di keningnya, lalu berlari kembali ke kamar.

Tingkahku yang spontan sepertinya membuat wanita itu luluh kalau sudah berhadapan dengan aku.

Darah ini memompa begitu cepat, padahal baru saja aku mau joging.

"Lama sekali kamu ini!"

Omel kak Risal sambil menggandeng tanganku, seakan akan aku ini masih kecil.

Sekitar setengah jam kami berlari mengitari komplek, sampai akhirnya memutuskan untuk pulang.

"Om, om."

Ponakan cowokku satu-satunya berlari sambil menyodorkan popok ke aku.

Segera aku ambil popok bayi itu dan memakaikan padanya.

Risal hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anaknya yang begitu akrab dengan aku.

"Hari minggu aku mau ngantar mami ke luar kota. Kalau kak Risal sama Nisa mau bareng juga tidak papa.. sekalian kita jalan-jalan, mau?"

Aku menawarkan pada Risal yang hanya ditanggapi dengan anggukan.

Kebetulan mami mau mengunjungi kerabatnya, artinya ini kesempatan emas buat aku untuk jalan-jalan dengan Nisa. Syukur-syukur kalau Risal tidak ikut.

Waktu yang ditunggu tunggu sudah tiba.

Risal sibuk memasukkan beberapa karton berisi kue kering ke dalam mobil kecil peninggalan Papi, sedangkan aku membantu mama membereskan piring bekas makan kami barusan.

Si pujaan hati alias Nisa tampak sibuk memasukkan beberapa potong baju ganti anaknya ke dalam tas.

"Kamu yang mencuci piring?"

Nisa sepertinya kaget melihat aku mencuci piring bekas makan.

"Tidak papa, Kakak ipar. Urus aja si kecil. Soal rumah, gampang." Ucapku sambil menyipitkan mata.

Bisa aku lihat ternyata si Nisa senyum-senyum sambil membalikkan badannya. Ketahuan, kan? Pasti dia baper sama ketampanan aku.

Terpopuler

Comments

🅱︎𝐨𝐛

🅱︎𝐨𝐛

Wow

2024-07-29

0

Nurul Adawiyah

Nurul Adawiyah

Reza....reza

2024-01-08

0

Qori Maret

Qori Maret

❤️

2023-12-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!