Bab 15

Nisa yang sedari tadi menunggu, langsung masuk ke dalam mobil, begitu iparnya tiba.

Dua muda mudi yang sedang atau mungkin sudah kasmaran sejak dulu ini tak banyak komentar. Sepanjang perjalanan, lampu lampu di sisi jalan yang menyita perhatian mereka. Ada saat di mana lelaki tampan ini merasa bersalah sama kakaknya, namun, ada saat di mana ia menikmati perasaan yang begitu menggebu. Ya, seperti saat ini. Hatinya terus bersenandung, layaknya orang yang sedang jatuh cinta pada umumnya. Mobil menepi di pinggiran jalan. Digenggamnya tangan halus wanita yang sejak tadi hanya diam. Tatapan mereka beradu, mencoba menangkap pesan apa yang tersirat di dalamnya. Hingga tiba saat di mana pria ini bersuara: "Aku ingin kamu memutuskan sekarang! Pilih aku, atau dia?"

Lawan bicaranya kaget. Sepertinya ia belum siap menjawab soal ini.

"Aku butuh waktu! Berikan aku kesempatan seminggu, dan akan ku putuskan"

"Baik, lah. Aku pasti menunggu sampai saat itu tiba."

Perasaan ingin memiliki namun, tidak bisa memaksakan kehendak adalah satu hal yang harus ia pahami.

Tidak ada pembicaraan lagi, sampai Reza membawa pujaan hatinya masuk ke sebuah warung makan sederhana yang baksonya terkenal sangat enak. Dipesannya dua porsi. Sambil menunggu, ia melirik Nisa yang terus saja menghindari tatapannya.

Aku tidak memaksa. Kalau ingin bersamaku, segeralah ambil keputusan. Jika tidak, beritahu, lah. Apapun itu, akan ku terima dengan lapang dada namun, satu hal yang harus kamu tahu, Risal sudah menyakitimu, bahkan di saat kalian sudah memiliki anak. Sedangkan aku, tak pernah sekalipun kulakukan itu, meski aku masih bebas dalam status. Bisa kamu lihat, Cinta siapa yang paling tulus.

Yang dituju hanya diam, tapi matanya yang berbicara. Ada misteri di dalam bola matanya yang bening. Sesungguhnya ia pun bimbang, memilih antara keduanya.

Pesanan bakso sudah tersedia, mereka lalu makan dengan sangat lahap, kompak mereka memesan lagi masing-masing satu porsi. Abang bakso tersenyum memaklumi bahwa, baksonya memang seenak ini.

Nisa mengikuti langkah Iparnya. Sepertinya mereka akan pulang. Tak banyak bicara membuat keduanya agak tegang. Pikiran masing-masing mengarah pada hal yang seharusnya sudah bisa mereka selesaikan, namun, mengambil keputusan bukanlah hal mudah bagi seorang wanita yang sudah memiliki anak. Beberapa hal memang harus dipertimbangkan matang-matang agar, tidak ada penyesalan di akhir cerita.

Empat hari berlalu.

Nisa menghampiri Risal yang baru saja pulang dari kampus.

Lelaki ini menatap istrinya, ada perasaan yang bimbang soal hubungan Mereka. Sejak kejadian itu, wanita ini mulai bersikap dingin terhadap suaminya. Kini ia menghampirinya, demi membicarakan sesuatu hal yang penting.

"Aku ingin kita mengakhiri hubungan ini, dan hidup sewajarnya. Kita tidak bisa lagi mempertahankan semua ini. Di antara hati kita masing-masing sudah ada orang ke tiga."

"Tapi aku mulai mencintai kamu, Nisa. Cinta ini tumbuh begitu saja, tanpa paksaan seperti saat menikahi kamu."

"Cukup, mas! Selama Hana masih berada di sekitarmu, bahkan, ia menghilang dari hidupmu, pun, aku tak bisa melupakan hari di mana kalian berduaan di dalam kamar."

Beberapa saat terdiam, suaminya pun angkat bicara.

"Baik, lah. Aku terima permintaan kamu."

Nisa mengangguk seraya menatap suaminya yang mungkin sebentar lagi akan menjadi mantannya.

Keesokkan harinya, Risal mulai sibuk mengurus semua hal menyangkut perceraian mereka.

__________________________________

"Mami, untuk sementara aku dan Bobi akan tinggal di rumahnya Mina. Satu atap dengan mas Risal bisa membuatku membatalkan keputusan yang sudah ku ambil."

"Tidak, Nisa. Bobi harus tetap sama Mami. Lagian hanya untuk sementara. Mami yakin kamu akan dinikahi Reza dan balik lagi ke sini."

Wanita muda yang masih sangat cantik ini tak bisa berbuat banyak. Ia ikhlaskan Bobi, toh, ini hanya untuk sementara. Apalagi di antara dia dan keluarga yang baik ini, tidak ada permusuhan sama sekali.

Sementara mereka masih ngobrol, Hana datang dengan penampilan khas-nya yang selalu terlihat menawan hati.

Rambut pirangnya dibiarkan tergerai, menambah indah dirinya.

"Hai, Kak. Silahkan masuk!"

Sapa Nisa yang memang umurnya lebih muda lima tahun dari Hana. Ia mulai mencoba bersikap biasa, karena menyadari cepat atau lambat, Hana lah yang akan menggantikan posisinya di hati Risal. Tidak ada lagi yang perlu disesali ataupun di ubah.

****

Reza tampak sibuk menggaji para karyawannya. Setelah beres dan semua sudah pulang, Ia masuk ke kamar mandi dan merendam tubuhnya di dalam bak mandi. Rasa hangat pada air dan garam yang ia bubuhi ke dalam air membantunya melepaskan rasa lelah.

Baru saja mengeringkan badannya dengan handuk, ponsel di atas kasur berdering. Diambilnya ponsel ini dan mengecek, barangkali anak buahnya yang menelpon.

"Wah, tumbenan dia berinisiatif menghubungiku lebih dulu. Ucapnya heran karena sudah hampir memasuki satu Minggu, ia dan Nisa tidak saling ketemu. Reza yang awalnya mengira akan sering pergi ke rumah mami Ati karena lokasi rumah yang terbilang Sangat dekat, malah sudah jarang mampir.

"Iya, Nisa. Masih ingat rupanya sama aku, ya."

"Za, aku sudah memutuskan, makanya ini mau ketemu sama kamu. Boleh jemput sekarang kalau tidak sibuk."

"Oke, tunggu, ya!"

Sedikit terburu-buru Nisa mandi, dan berdandan. Kali ini dandanannya agak tebal, tak seperti biasanya. Bukan maksud mau meniru Hana, tapi lebih ke mulai memperhatikan penampilan.

Di depan tv, Risal tampak sibuk menonton bola ditemani Hana. Keduanya kadang tertawa sambil menikmati cemilan yang dibawa Hana.

Nisa cuek saja dengan pemandangan di depannya. Ia harus bisa melepaskan semua kenangannya bersama Risal.

Ia menangkap mata Risal yang sejenak mencuri pandang ke arahnya. Tatapan mereka beradu sekilas namun, dengan cepat Nisa menoleh ke arah lain. Bersamaan dengan itu, Reza muncul.

"Mami yang mendengar suara anaknya, langsung menghampiri bersama Bobi.

"Om sudah jarang main ke rumah. Ini kan, rumah om."

Semua tertawa melihat tingkah lucu bocah ganteng ini.

"Bobi mau tidak ikut sama mami dan om Reza?"

Nisa memegang tangan anaknya sambil mengacak rambut gondrongnya.

"Bisa, Mi. Tapi Bobi harus ijin oma dulu."

Dengan cepat Reza memberi kode ke arah mami dan menggeleng. Mami tahu maksud kode Reza. Ia ingin maminya tak memberi ijin.

Risal memasang wajah cemberut saat melihat adiknya memberi kode ke mami supaya Bobi tidak ikut. Agak cemburu sepertinya sama wanita yang sebentar lagi akan menjadi mantannya.

"Bobi sama papi dan tante Hana saja, ya."

Bujuk mami.

Hana berdiri dan menggandeng tangan bocah itu, memintanya untuk ikut bersama ke mall setelah tayangan bola selesai. Sepertinya ia mencari kesempatan agar Reza dan Nisa semakin dekat. Wanita ini sebenarnya berhati baik, sama dengan Nisa. Hanya saja ia kelihatan membenci mami dari Bobi ini.

Risal melajukan mobilnya ke arah toko buku.

Nisa tak banyak bicara dan juga tak mau bertanya sebab, ia tahu pasti Risal membawanya pulang.

Setibanya di sana, Nisa kaget melihat abang bakso yang sedang meracik, padahal tidak ada orang yang sedang berada di sana.

"Ini untuk kita berdua."

Bisik Reza yang menangkap jalan pikiran kekasihnya.

Ruko masih ramai, karena ada dua orang karyawan yang sibuk melayani beberapa pembeli.

Pria dengan badan macho ini membawa pesanan bakso dan langsung menuju ke kamarnya. Nisa mengikuti dan sempat terheran, kok, kita makan di kamar? Kira-kira begitu pikirnya. Lagi-lagi si tampan seakan-akan menebak pikirannya lagi, lalu menjelaskan kalau memang mereka makannya di kamar. Nisa tak protes karena kamar tersebut cukup rapih, bersih dan wangi. Reza begitu memperhatikan kenyamanan kamarnya.

"Asalkan makannya bukan di atas kasur, nikmati saja!"

Kelakarnya seraya menyenggol pinggang Ramping Nisa.

Yang disenggol hanya tersenyum penuh misteri sambil menikmati bakso yang benar-benar enak. Hobi mereka memang sama, penikmat bakso.

Sehabis makan, Nisa mengembalikan mangkok kepada pemiliknya yang masih menunggu di luar. Seorang karyawan wanita yang melihatnya keluar dari kamar Boss menyapa sambil tersenyum sopan.

****

Baksos enak, Ya. Tapi, malam ini enaknya lebih terasa karena ada kamu. Gombalannya membuat Nisa menahan malu.

"Mas, aku sudah memutuskan, dan, sepertinya kakakmu sedang mengurus semua proses perceraian kami.

"Kamu serius, Yank? "

"Iya, Mas"

"Terimakasih, Nisa. Penantianku selama ini tidak sia-sia. Aku tidak pernah mengira akan benar-benar memiliki kamu seutuhnya. Aku pikir hubungan kita akan sebatas itu saja, saling menyukai dalam diam."

Dipeluknya tubuh mungil itu dengan erat, seakan tak mau lepas lagi.

"Mas, besok aku pindah ke rumahnya Mina untuk sementara. Tidak mungkin aku tinggal satu rumah dengan Risal."

"Tak apa, Yank. Malah bagus. Aku lebih suka. Lagian rumah Mina juga tidak jauh. Tiap hari pasti aku ke sana."

Malam ini mereka lalui dengan penuh kebahagiaan. Rasa lega yang tidak pernah dirasakan sebelumnya, kini menjalari hati mereka. Mungkin karena sekarang lebih bebas dalam menjalani kisah percintaan ini.

Hingga menjelang jam sepuluh malam, Ia diantar pulang oleh Reza.

Bobi tertidur pulas di pelukan maminya. Malam ini Nisa menghabiskan waktu dengan anaknya. Walaupun, mereka besok terpisah sementara, namun, bukanlah masalah serius sebab, Bobi sangat dekat dengan neneknya. Apalagi Mina pun lokasi rumahnya tidak jauh dari rumah Ati. Pasti setiap hari ketemu, bisa juga anaknya gantian nginap sana sini, asalkan omanya mengijinkan.

Di tempat lain, Mina sangat sibuk membereskan rumahnya. Dia memang masih kerja di hotel sehingga, kesempatan malam ini dipergunakan untuk membersihkan sebuah kamar yang sudah lama kosong, demi menyambut kedatangan sahabatnya besok. Mina memang tinggal seorang diri. Dia merupakan anak tunggal, dan kedua orangtuanya sudah meninggal. Saat itu ia masih duduk di bangku kelas tiga SMA, sehingga saat ayah ibunya meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil, ia tak bisa melakukan banyak hal untuk masa depannya. Beberapa kali bekerja hanya dengan berbekal ijazah SMA, akhirnya sekarang ia memutuskan untuk mengganti pekerjaan lagi sebagai karyawan hotel. Nisa juga merupakan satu-satunya teman yang ia punya.

"Sepertinya besok adalah hari keberuntunganku."

 Gumamnya sambil terus bebersih.

______

Jam tujuh pagi, Reza muncul di rumah induk(Rumah mami Ati) Ia mengangkat kopor Nisa yang sudah ditaruh di depan pintu, dan memasukkannya ke mobil.

Hana Yang sedang menikmati sarapan di meja hanya mengangguk saat Nisa pamit.

Mami Ati menggendong Bobi yang sedang melambaikan tangan sama Nisa, begitu juga dengan Risal. Pria yang tidak kalah tampan dengan Adiknya ini seperti melepaskan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya. Badannya tampak lemas, mungkin mengisyaratkan pikirannya yang tidak baik-baik saja. Hana bisa melihat sikap berbeda dari pacarnya, namun, dia yakin akan berusaha semampunya untuk membuat Risal lupa sama Nisa.

Reza melajukan mobilnya sambil melirik ke arah Nisa.

"Akhirnya kamu bebas juga dari ikatan pernikahan."

"Respon kamu kok, gitu, mas? Aku lemas, loh. Belum percaya bisa seperti ini rumah tanggaku."

"Kamu jangan galau. Ingat, ada Hana. Kamu tak akan bisa bahagia kalau bertahan. Aku akan membantumu move on."

Akhirnya mereka tiba di rumah Mina. Wanita lajang ini Sudah menunggu di depan rumah. Sepertinya ia tidak sabar lagi. Begitu bahagia menyambut Nisa yang bisa mengobati hari-hari sepinya yang sendirian di rumah ini.

"Kamarku lumayan rapih, ya."

Nisa menata pakaiannya di lemari kecil, dibantu Reza.

Lelaki ini belum sarapan, sehingga langsung pergi ke dapur menghampiri Mina yang sibuk membuat nasi goreng.

"Eh, ada kakak ganteng"

"Iya, Mina. Aku haus."

"Oh, itu airnya. Silakan ambil sendiri, kak. Ini juga ada susu, kalau mau."

Tawar Mina sambil berjalan mendekati Reza.

"Mau, sih. Mana susunya?"

"Ini. Ucap Mina sambil terus memandang Reza dengan tatapan nakal.

"Iya, susunya mana?"

Reza agak bingung dengan sikap sahabat kekasihnya ini.

"Ini, ada susu. Tapi sepertinya kosong isinya. Kalau kakak mau, aku nanti belikan."

Reza masih tidak melihat susu yang dimaksud, sehingga lebih memilih minum air.

Mina tersenyum simpul sambil menyendok nasi goreng ke dalam wadah.

"Masa dia tidak mengerti susu yang ku maksud?" Ia menahan tawa sambil memegangi perutnya, sedangkan si ganteng sudah samperin Nisa ke kamar lagi.

Kemudian...

Mereka menyantap nasi goreng yang sudah tersedia. Begitu lahapnya Nisa dan Reza menikmati, hingga tak sadar kalau dari Tadi lelaki ini terus ditatap Mina.

"Kau akan menjadi milikku, Reza. Kau cocoknya sama aku. Jangan sebut namaku Mina, kalau sampai misiku gagal."

Bisiknya dalam hati sambil membalas senyuman tulus Nisa.

"Aku sayang sama kamu, Nisa. Kamu sahabat lamaku, tapi kamu juga harus mengerti bahwa kita sesama wanita. Aku butuh sosok seperti Reza. Terimakasih karena sudah mau tinggal sementara di sini. Aku yakin ini kesempatanku untuk meluluhkan hati kekasihmu."

Ternyata musuh itu bisa saja adalah orang terdekat kita. Rupanya pesona Reza yang berlebihan membuat Mina klepek-klepek.

Begitu Nisa ke toilet yang berada di bagian belakang rumah Mina, kesempatan emas ini tidak ia sia-siakan.

"Kak, permisi. Ucap Mina sambil berdiri, lalu meletakkan gelas di dekat Reza, lalu membungkuk dan mengisi gelas tersebut dengan air. Rupanya kaos oblong longgar yang mungkin saja sengaja dipakainya agak melorot, sehingga buah dadanya terpampang begitu jelas di depan Reza.

Deg....

Jantungnya berdegup begitu cepat, saat pemandangan indah di depannya begitu memikat.Sengaja Mina memperlambat gerakan menuangkan air, sehingga Reza agak lama mengamati dadanya.

Lelaki macho ini tanpa sadar langsung menyikut dada Mina

"Ah, aduh, kak."

"Eh, maaf...maaf!"

Mina duduk kembali saat mendengar suara langkah kaki dari belakang.

Keduanya terbengong, Reza menelan salivanya dengan kasar. Mina bisa menangkap tingkah lucu cowok di depannya.

"Oh, tipe begini gampang tergoda."

Bisik Mina sambil menggigit bibir saat dilirik Reza.

Terpopuler

Comments

Nurul Adawiyah

Nurul Adawiyah

Namanya juga cowok.😂

2024-01-12

2

Aditya HP/bunda lia

Aditya HP/bunda lia

si Reza kalo emang cinta mati sama Nisa pasti dia bakalan gak gampang tergoda dasar buaya buntung ... 😡

2024-01-01

1

Nurul Adawiyah

Nurul Adawiyah

Mina....Aku benci sama lo

2024-01-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!