Bab 19

Genap satu minggu susah Malika terus manyun kepada Arnold, pria itu sudah tidak tahan lagi. Dia mengajak Malika bicara empat mata dan mengeluarkan jurus rayuan mautnya.

"Maafkan aku Malika, walaupun aku tidak tau dimana letak salahku tolong maafkan aku,"

"Aku sudah memaafkan kamu Mas,"

"Tapi kenapa kamu cuek padaku?"

"Cuek? Itu hanya perasaanmu saja,"

Jessika masuk keruangan itu dan duduk ditengah tengah antara Malika dan Arnold. Dia menatap wajah orang dewasa itu secara bergantian, kemudian menghela nafas panjang.

"Berhentilah bertengkar, aku lelah melihat kalian berdua tidak akur seminggu ini," celetuk Jessika tiba tiba.

"Kami tidak bertengkar, hubungan kami baik baik saja. Buktinya Ayah akan mengajak Ibu bulan madu ke suatu tempat," ucap Arnold.

"Bulan madu? Apa aku boleh ikut?" Jessika mengedip ngedipkan matanya.

"Tentu saja boleh." Arnold mengusap pucuk kepala anaknya yang sedang kegirangan. Jessika memang paling senang jika diajak jalan jalan, apa lagi diajak berlibur.

Malika membisu, mendengar kata bulan madu membuat merinding. Itu artinya Arnold ingin menikmati waktu lebih banyak bersamanya untuk bersenang senang. Kalian tau kan arti bersenang senang yang author maksud?🤭🤭🤭

Malika menghembuskan nafasnya secara kasar, melayani Arnold dirumah saja membuatnya keteteran apa lagi ditempat sunyi dan romantis? Malika mencubit lengannya sendiri, bisa bisanya dia membayangkan Arnold akan mengajaknya berlibur ke tempat yang sunyi dan romantis.

"Bagaimana Istriku, kamu mau kan aku ajak berbulan madu?" Tanya Arnold.

"Harus mau dong..." Sambar Jessika.

"Iya, terserah kamu saja." Malika pasrah karena Jessika begitu berharap dia menyetujui ajakan Ayahnya. Wanita itu memang selalu mengalah jika menyangkut Jessika, dia tak enak hati menolak keinginan anak kecil kesayangannya.

***

Hendri mengecek ponsel yang sudah beberapa hari tidak disentuhnya. Dia mendapati panggilan tak terjawab dari nomor Malika. Hendri menelfon balik, dia khawatir putrinya menelfon karena ingin menyampaikan pesan penting.

Tut... Tut... Tut...

Suara telfon berdering, Malika mengangkat ponsel dari Ayahnya. Dia tersenyum senang, Arnold menatap Malika curiga.

"Dapat telfon dari siapa dia? Terlihat happy sekali," batin Arnold.

Selama ini, Arnold tak pernah melihat Malika menelfon seseorang. Dia jarang bermain ponsel, bahkan walau hanya sekedar bermain game.

"Hallo," sapa Malika.

"Hallo, Nak. Bagaimana kabarmu?" Sapa Arnold balik.

"Kabarku baik, kabar Ayah bagaimana?" Tanya Malika.

"Kabarku baik. Maaf, kemarin Ayah tidak mengangkat telfon mu. Ayah jarang sekali memegang ponsel," ucap Hendri.

"Tidak apa apa. Aku hanya ingin tau kabar Ayah disana,"

"Ayah baik baik saja, jangan khawatir ya."

Malika terlalu asyik berbincang dengan Ayahnya, dia sampai lupa kalau Arnold ada disisinya. Arnold adalah tipe pria yang tidak mau diacuhkan, dia kesal karena Malika mengabaikannya dan tidak mengajaknya bergabung dalam percakapan itu.

Satu jam berlalu, obrolan Malika dan Ayahnya berakhir. Dia mematikan telfon dan menaruh ponselnya diatas meja. Di dalam hati, Malika berharap kalau hubungannya dengan sang Ayah akan membaik kembali dekat seperti dulu.

"Kenapa kamu tidak mengajak aku untuk mengobrol dengan Ayahmu tadi?" Tanya Arnold.

"Ah, maaf. Aku lupa padamu Mas," canda Malika. Dia senang melihat wajah Arnold ditekuk karena kesal.

"Lupa? Jahat sekali kamu!" Arnold melipat tangannya di dada dan membuang muka.

"Aku hanya bercanda, begitu saja marah. Ngomong ngomong, kemana Mas mau mengajakku liburan kemana besok?" Malika mengalihkan topik pembicaraan.

"Rahasia,"

"Menyebalkan sekali, dengan istri sendiri pakai acara rahasia rahasia segala."

***

Di sebuah cafe...

Rossa menemui salah satu temannya, seorang pelaku teror paling ahli yang biasa disewa oleh orang orang kaya. Namanya Bruno, pria matang berusia empat puluh tahun.

Rossa ingin memperkerjakan Bruno untuk meneror hidup keluarga Arnold, terutama istri barunya. Dia tidak suka mereka terlihat hidup bahagia dan damai.

Malika memberikan alamat rumah Arnold juga kantor tempat Arnold bekerja. Dia juga menyodorkan foto Malika yang berhasil dia curi dari jauh lewat kamera ponsel.

"Kamu ingin aku membunuhnya?" Tanya Bruno.

"Jangan dibunuh, diteror saja sampai dia stres," ucap Rossa.

"Berapa bayaranku?"

"Dua puluh juta cukup tidak?"

"Cukup, malah lebih dari cukup."

"Baiklah. Jadi kapan kamu mulai mengerjai mereka?"

"Aku akan memulainya besok."

Rossa tersenyum jahat, dia harus bisa merusak kebahagiaan Malika dan Arnold. Kalau bisa, dia harus bisa merebut Arnold dari istri barunya bagaimanapun caranya.

"Rossa, ada banyak pria tampan dan kaya didunia ini. Kenapa kamu ingin kembali ke pelukan mantanmu? Apa lagi dia sudah beristri," Bruno terheran heran.

"Aku masih menyukainya, dia pria baik dan perhatian. Aku menyesal sudah meninggalkannya demi pria lain," sahut Rossa.

"Penyesalan memang selalu datang diakhir." Bruno menyunggingkan senyum kecil.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Femmy Femmy

Femmy Femmy

Bruno??seperti nama GukGuk😀🙏

2024-04-13

0

Femmy Femmy

Femmy Femmy

kok ayah Malika jadi Arnold sih Author??🤣

2024-04-13

0

Firman Firman

Firman Firman

dasar wanita iblissssssssssssssss 😡😡

2024-04-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!