Setiawan?

"Sekarang sukurin lo! Emang enak sakit hati. Istri yang dulu lo sia-sia'in sekarang udah bahagia diperistri sama sultan kaya raya. Yang hartanya aja gak bakalan abis sampe duapuluh turunan, tigapuluh tanjakan, empatpuluh tikungan, serta limapuluh lobangan. Lah ngomong apaan sih gue, lama kelamaan ngaco. Dahlah, mending sekarang gue makan,"

Ergan meraih piring berisi nasi goreng komplit yang mengepul. Aroma wanginya semakin menggugah selera.

"Lama gak makan nasgor tuh rasanya nikmat luar biasa,"

Mulutnya menikmati nasi goreng. Tapi, entah kenapa pikirannya jadi sampai ke Sheldon.

"Tuh bocah lagi apa yak? Pasti lagi uhuy-uhuy tuh sama istrinya. Buktinya si Raka aja sampe nangis-nangis bombay gegara ngeliat mereka berdua,"

Pikiran Ergan melayang di udara membayangkan sepupunya itu tengah bermesraan dengan Fatia yang cantik jelita. Saling memeluk, saling mencium, saling memncumbu dan saling beradu. Hahahah.

"Hah! Lo mikir apasih, Er! Gila lo. Biarin aja lah mereka mau apa juga. Udah sah ini. Mendingan lo habisin makan lo, terus balik dan tidur. Besok masih banyak kerjaan yang musti lo kerjain," monolog Ergan dalam hatinya sendiri.

Walau bagaimanapun Ergan adalah laki-laki normal yang sudah dewasa yang juga terkadang miliki hasrat untuk hal-hal dewasa bersama wanita. Tapi, ia mempunyai tekad jika dirinya haruslah mapan dulu seperti sepupunya itu. Baik secara materi, maupun kematangan fikiran, dan juga kemantapan serta kesiapan hatinya juga.

Dirinya tak ingin menjadi seperti kedua orangtuanya yang berpisah karena ke-egoisan mereka yang sama-sama besar. Tak ada yang mau mengalah satu sama lain. Sehingga dirinya sebagai anaklah yang menjadi korban.

Hal tersebut menciptakan rasa trauma tersendiri bagi Ergan. Sehingga sampai sata ini laki-laki itu masih enggan untuk mencari pendamping hidup.

Akhirnya Ergan menyudahi acara makan malam dan juga acara pengintaiannya. (Itu nggak disengaja loh ya). Tadi ia sengaja berjalan ke warung tersebut sambil menikmati udara malam. Jaraknya juga tak terlalu jauh dari apatemennya. Sampai disana malah tak sengaja bertemu dengan Raka.

Saat laki-laki itu hendak beranjak dari temlat duduknya, tak sengaja ia malah berbarengan dengan Raka yang juga berdiri dari duduknya. Mau tak mau, Ergan pun jadi menunggu dan membiarkan Raka berjalan keluar terlebih dahulu dari sana.

Lagipula Ergan juga penasaran mau kemana laki-laki itu setelah dari sana, apakah mau kembali ke hotel tempatnya bekerja atau malah ke tempat lain.

"Loh, kenapa gue malah jadi ikut kesini sih bukannya balik ke apart gue,"

Ergan menepuk jidatnya sendiri. Tak habis fikir kenapa ia malah mengikuti Raka sampai ke hotel dan bukannya pulang.

"Apa gue ikut nginep disini aja ya," gumamnya sambil terkikik. Sebab teringat pada Sheldon dan Fatia yang juga malam ini berada disana.

"Selamat malam, Pak. Ada yang bisa saya bantu," sapa seorang resepsionis pada Ergan.

Ergan menaikkan kedua alisnya, "kamu baru disini?" tanyanya.

"I-iya, Pak. Ada yang bisa saya bantu, Pak?" resepsionis dengan name tag Erina itu terlihat kebingungan. Bagimana bisa tamu di hitel itu tau kalau ia adalah karyawan baru disana.

"Mungkin bapak ini pelanggan tetap di hotel ini kali ya," pikirnya.

"Saya mau minta kunci kamar saya, kebetulan terakhir kali saya kesini kuncinya saya tinggal soalnya saya meminta kamar saya dibersihkan," ucap Ergan.

Semakin kebingungan saja si resepsionis tersebut karena ka tak tau menahu dsngan kunci yqng dimaksud oleh Ergan.

"Aduh, ini si Putri mana sih lama banget ke kamar mandi aja. Kan gue nggak tau kuncinya mas ini," btin Erina gusar.

"Maaf, Pak. Sebentar ya, saya tanyakan kepada teman saya terlebih dahulu perihal kunci yang Bapak maksud,"

Ergan mengangguk malas, sudahlah ia lelah, mengantuk. Mau masuk ke kamarnya saja masih harus menunggu lagi.

Seorang wanita muncul daei arah belakang.

"Eh, ada Pak Ergan. Maaf, Pak. Saya habis dari kamar mandi. Bapak mau nginep disini, Pak?" sapa wanita yang baru sampai itu dengan suara centil.

"Kamu lama banget sih, Put. Kan aku nggak tau kunci yang dia maksud," bisik Erina.

"Yaudah, biar gue aja. Lo minggir deh," ketus resepsionis yang bernama Putri itu seraya tangannya menggeser tubuh tinggi Erina.

"Kuncinya ada kok sama Puti, Pak. Pak Ergan mau Putri temenin,"

Semakin centil saja si Putri. Ia memaju-majukan dadanya ke arah Ergan. Jelas saj Ergan merasa risih dan jengah.

"Mana kunci saya. Saya capek, mau cepet istirahat," ketus Ergan.

"Ih, Pak Ergan makin jutek aja sama Putri. Tapi nggak papa kok, Putri tetep cinta sama Pak Ergan," berkedip-kedip genit, itulah yang Putri lakukan untuk membuat Ergan terpikat.

Padahal yang terjadi justru malah sebaliknya, Ergan semakin merasa ilfil kepada gadis tersebut.

"Ih, jijik," batin Ergan seraya bergidik.

Ergan menyambar begitu saja card key kamarnya yang masih Putri genggam erat. Kemudian segera berlari menuju lift.

"Emang dia siapa sih, Put?" tanya Erina.

"Kepo lo!"

"Ya kepolah, lo aja sok deket gitu. Padahal keliatan banget kalo dia nggak suka sama lo,"

"Enak aja lo ngomong. Maksud lo dia nolak gue sebelum gue tembak, gitu,"

"Ya, emang gitu kelihatannya kok,"

"Eh, asal lo tau ya, Rin. Pak Ergan itu bukan cuma ama gue aja sikapnya kayak gitu. Tapi sama semua cewek. Dia itu alergi sama cewek,"

"Yang bener?" seru Erina terkejut.

"Tapi, siapa tau aja dia bisa terpikat sama gue. Kan lumayan banget yuh dapet atm berjalan. Secara dia itu tqjir banget,"

"Emang iya?"

"Asal lo tau, dia itu sepupu, asisten pribadi, sekaligus orang kepercayaan pemilik hotel ini. Kebayang, 'kan gimana tajirnya dia? Apalagi dari yang gue tau, si pemilik hotel ini tuh hotelnya banyak, bukan cuman ini aja,"

"Waoow.. Amazing. Kalo gitu kenapa lo gak ngejar pemilim hotel ini aja? Bukannya dia juga masih muda?"

"Mimpi lo ketinggian. Itu mustahil. Dari pas masih singel aja susah banget buat mikat bos besar, selain sulit ditemui. Orangnya dingin banget. Apalagi sekarang udah nikah, makin sulitlah,"

Erina manggut-manggut.

"Berarti gue ikut ngejar Pak Ergan aja dong ya, siapa tau kan ada kesempatan,"

"Pak Ergan itu punya gue ya, lo nggak usah ikut-ikutan dong!"

"Sebelum Pak Ergan memutuskan buat milih lo, bebas dong kalau gue juga mau coba buat ngedeketin dia,"

"Erina Setiawan! Lo ngeyel banget ya dibilangin!" Seru Putri tanpa sadar.

Ergan yang baru saja kembali karena ada suatu keperluan mendadak berhenti di tempat mendengar nama panjang Erina disebut oleh Putri.

"Setiawan?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!