Haruskah Raka menyerah?

Raka merasa tak sanggup lagi untuk melihat kemesraan wanita yang dicintainya itu dengan laki-laki lain. Jadi, ia menyuruh salah satu pelayan untuk mengantarkan buku menu yang diminta oleh Sheldon. Sedangkan dirinya pergi ke kamar mandi untuk menenangkan hatinya yang galau.

"Kemana manager tadi? Kenapa malah nyuruh kamu?" Tanya Sheldon begitu si pelayan memberikan buku menu kepandanya.

"Pak Raka sedang ke kamar mandi, Tuan," jawab si pelayan takut-takut. Sebab Shelson menunjukkan wajah dinginnya.

"Kalau nanti sudah selesai, suruh dia kesini," perintah Sheldon.

"Baik, Tuan," setelah menjawab, pelayan tadi memilih langsung undur diri daripada kelamaan ia qkan mengkerut disana.

"Oppa... kenapa harus disuruh kesini lagi sih orang itu, aku nggak mau liat dia lagi," protes Fatia.

"Yang bener?" Sheldon menaikkan sebelah alisnya.

Laki-laki itu memang sengaja ingin menggoda Fatia. Akan bagaimana ekspresi istrinya tersebut jika bertemu lagi dengan mantan suaminya. Sejak tadi ia memperhatikan, Fatia masih terlihat membeku saat ada Raka. Entah bagaimana perasaannya, Sheldon pun tak tau.

Fatia hanya mendengus kesal, lalu memutuskan segera menghabiskan makanannya saja dan berencana akan kembali ke kamarnya dengan cepat. Rasa antusias saat melihat akuarium raksasa tadi kini hilang sudah begitu mengetahui jika mantan suaminya bekerja disana.

Sungguh Fatia tak ingin lagi teringat pada masa-masa menyakitkan dimana dulu Raka menyuruhnya dengan terang-terangan untuk menyerahkan kesuciannya kepada atasannya, yang ia artikan sama dengan manjual diri.

"Uhuk-uhuk," saking terburu-burunya saat makan, Fatia sampai tersedak.

"Hati-hati. Apa kamu selapar itu sampai cara makanmu secepat itu?" Sheldon menyodorkan segelas air putih pada istrinya.

Fatia tak menanggapi, ia hanya menerima gelas yang Sheldon sdodorkan padanya, meminumnya hingga habis setengah dan kembali fokus pada makanan yang disantapnya tadi.

Beberapa menu sudah berhasil Fatia habiskan, sampai Sheldon pun tak percaya kalau istrinya itu mampu menampung sampai lebih dari tiga menu makanan sekaligus.

"Hebat juga perut kamu, bisa makan sebanyak itu. Apa perlu aku pesankan lagi? Aku lihat kamu begitu menyukainya," komentar Sheldon.

Fatia mendelik.

Gila apa mau pesen lagi. Ini aja aku udah mati-matian berusaha ngabisinnya biar bisa cepet-cepet pergi dari sini. Eh, malah mau pesen lagi.

"Nggak, nggak perlu. Rasanya perut aku udah kayak mau meledak," Fatia menolaknya dengan cepat.

Sheldon tertawa mendengarnya. Ia pun mengelap mulutnya. Menyesap sedikit minumannya, lalu beranjak dari duduk.

"Baiklah, ayo! Aku akan mengajakmu berkeliling,"

"Oh, Tuhan... aku udah nggak kuat buat jalan. Perut aku penuh," ucap Fatia seraya menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa.

"Tenang saja, aku akan menggendongmu,"

Astaga orang ini!

Akhirnya Sheldon benar-benar menggendong Fatia untuk menelusuri tempat-tempat yang ditunjukkannya kepada sang istri.

"Apa kamu suka?" Tanya Sheldon.

Kedua orang itu sudah sampai di ruangan terbuka yang disana ada sofa dan ranjang untuk bersantai. Pada ketinggian lantai tujuh hotel itu, Fatia dapat melihat kemerlip lampu-lampu dibawah sana.

Fatia mengangguk, sejak dulu ia memang menyukai kerlip lampu, kerlip bintang, dan segala sesuatu yang terang.

"Boleh aku menceritakan sesuatu?"

Fatia mendengar nada serius dari ucapan Sheldon saat ini. Selama menjadi istrinya, sepertinya baru kali ini Sheldon berbicara serius dan terdengar begitu sedih.

Laki-laki itu sudah berbaring di sampingnya dengan menjadikan kedua tangannya sebagai bantalan kepala.

Fatia menatapnya tak berkedip, bukan lagi masalah terpesona oleh ketampanan suaminya itu. Tapi, Fatia dapat melihat raut kesedihan di wajah laki-laki tampan itu.

"Dulu.. aku sangat menyukai kerlap-kerlip bintang di langit seperti yang ada pada malam ini. Dulu, aku sama sepertimu yang menyukai keramaian dan juga segala sesuatu yang terang benderang," ucap Sheldom memulai ceritanya.

Fatia fokus mendengarkan sambil menatap wajah tampan sang suami.

"Dulu... aku selalu menikmatinya dengan seseorang yang paling berharga di dalam hidupku,"

Satu alis Fatia terangkat. Ia berpikir, siapakah orang itu. Apakah istri Sheldon yang dulu atau gadis-gadisnya yang lain, yang pernah mengisi hati suaminya itu dulu.

"Tapi, suatu hari orang itu meninggal secara misterius dan sangat mendadak. Hatiku hancur hingga duniaku terasa runtuh seketika. Kerlap-kerlip dunia ini semuanya terasa padam berbarengan dengan meninggalnya orang itu,"

Sheldon menjeda kalimatnya. Ia menoleh ke arah Fathia yang masih saja menatapnya sejak tadi. Laki-laki itu berbalik dan memiringkan badannya hingga kini keduanya saling berhadap-hadapan.

"Apa kamu nggak ingin tahu siapa orang itu?" Tanya Sheldon kepada Fathia.

Fatia mengangkat kedua bahunya.

"Terserah Oppa saja mau memberitahu atau tidak. Aku tidak akan memaksa Oppa untuk memberitahukannya. Karena dari aku lihat dari kejadian itu, menyimpan begitu kepiuan yang besar dalam diri Oppa,"

Sheldon mengangguk, kemudian berkata, "Ya, kamu benar. Kamu dapat membaca pikiranku. Kamu mengerti bagaimana isi hatiku. Kamu begitu pengertian, Fathia. Kamu seperti dirinya. Kamu seperti orang itu,"

"Benarkah?"

"Selain dari bodymu yang menggiurkan, juga karena sifat dan sikapmu yang seperti dirinya itulah yang membuatku tertarik kepadamu," jawab Sheldon.

Fatia mencebik.

Baru saja ia hendak bersimpati dan ikut merasakan keharuan. Tapi Sheldon malah mengatakan kalimat yang membuatnya kembali bergidik.

Sheldon terkekeh, senang sekali rasanya ia bisa membuat Fatia jadi mempunyai bermacam-macam ekspresi seperti itu di depannya.

Keduanya pun terdiam, suasana sejuk di malam hari, dan hanya ada mereka berdua disana. Keheningan melanda, hingga Sheldon pun terbawa suasana.

Pria itu mendekatkan wajahnya kearah wajah Fatia. Fatia pun seolah terhipnotis pada tatapan Sheldon yang terasa sangat dalam.

Sheldon mengecup bibir pink Fatia.

Fatia memejamkan mata, ia sudah mulai terbiasa dengan bibir Sheldon yang bisa membuatnya terbuai dengan permainannya.

Laki-laki itu mulai mengecap dan membuka bibir Fatia untuk mengeksplor lebih luas lagi. Keduanya berpagut dengan disaksikan oleh ribuan bintang yang berkelip di angkasa.

Tangan Sheldon meraih tengkuk Fatia untuk memperdalam ciuman mereka. Fatia hanya bisa menurut. Wanita itu sudah mulai hafal kebiasaan suaminya yang betah berciuman dalam jangka waktu lama. Bisanya pun akan berakhir dengan suatu hal yang bisa mengantarkan keduanya ke syurga dunia. Dan tanpa Fatia sadari, ia pun mulai ikut menyukai permainan itu.

Di waktu yang bersamaan, Raka datang memenuhi panggilan Sheldon yang memberikan pesan kepada pelayan tadi.

Seketika lututnya lemas, ototnya seolah hilang, ia pun terduduk begitu di depan pintu. Air matanya sudah lolos begitu saja tanpa diminta. Ia sama sekali tak menyangka jika akan disuguhi pemandangan yang membuat hatinya hancur berkeping-keping.

"Apa memang ini tujuan Anda memintaku untuk datang kemari, Tuan?" gumamnya dalam hati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!