"Ergan! Darimana dia tau?"
Ergan menggeleng, ia memang tak tau menahu akan hal tersebut.
Pernikahan Sheldon dan Fatia tidak terlalu mewah, tak banyak pula yang tau pernikahan keduanya. Hanya orang-orang tertentu yang Sheldon kehendaki saja yang hadir disana. Bahkan, dari pihak Fatia hanya ada pamannya yang mewakili ayahnya sebagai wali. Kedua orang tua Fatia malah tak tau menahu akan hal tersebut.
Ya, itulah settingan yang Sheldon lakukan untuk bisa menikahi Fatia. Pernikahan mereka memang sah dengan adanya kekuasaan yang Sheldon miliki.
Ergan masih terdiam di tempatnya duduk semula. Pikirannya masih pada pertanyaan yang dilontarkan oleh Sheldon tadi. Sebuah pertanyaan yang menyiratkan kemarahan dan kekecewaan, untung saja ia memang benar-benar tidak tau akan hal tersebut.
"Om Hartawan 'kan memang mata-matanya ada dimana-mana. Jadi jelas saja kalau dia bisa tau tentang pernikahan Sheldon meskipun nggak di kasih tau ataupun di undang," gumam Ergan seorang diri.
Disela ketermenungannya, ekor mata Ergan menangkap sebuah map bersampul hitam yang tadi di tinggalkan oleh Pak Hartawan di meja.
"Map apa sih ini isinya? Sheldon aja nggak mau nerima sama sekali, ngliat aja enggak,"
Ergan menggapai map tersebut, perlahan jemarinya mulai membuka sampul itu, dan ... Entah apa yang ia temukan di dalamnya, raut wajahnya tampak sangat terkejut, lengkap dengan kedua bola mata yang membulat sempurna.
Mobil yang Sheldon kendarai membelah keramaian jalanan ibukota. Disepanjang jalan senyumnya selalu terkembang. Bibirnya bersiul menyenandungkan lagu bahagia. Dalam ingatannya hanya Fatia, tujuannya saat ini pun hanyalah wanita itu.
Tak lagi teringat olehnya tentang kedatangan Pak Hartawan tadi di perusahaannya dan memberikan sebuah map yang saat ini berada di tangan Ergan dan membuat asistennya itu terkejut begitu melihat isinya.
Tak lama berselang, Sheldon sampai di halaman kediamannya. Jantungnya semakin berdebar saja karena teringat oleh seorang gadis yang tadi pagi masih ia cumbui.
Sebuah buket bunga mawar jingga tergenggam di tangannya, bunga yang tadi sempat ia beli di toko bunga saat perjalanan pulang. Entah apa makna dari bunga tersebut, ia pun tak tau. Sheldon hanya merasa menyukainya saja dan ia menganggap bunga itu cocok dengan karakter Fatia yang menurutnya pemalu.
"Pagi, Pak," sapa Sheldon pada tukang kebun yang sedang menata taman.
"Pep-pagi, T-tuan," antara kaget, takut, senang bercampur haru si tukang kebun menjawab.
Bukan karena apa, sebab selama ia bekerja disana selama lima tahun sejak rumah tersebut dibangun, ia merasa baru kali inilah tuannya itu menyapa dirinya. Jadi, jelas saja ia merasa tak percaya.
"Mimpi apa aku semalam," gumamnya dengan senyum terkembang. Sebelah tangannya memegangi dada. Ia pun sudah terduduk di atas rerumputan sejak tadi karena saking lemas kakinya menopang tubuhnya.
"Sepertinya ini efek dari jatuh cinta ya, Pak Yono. Saya tadi kuga kaget waktu Tuan menganggukkan kepala sambil tersenyum sama saya pas saya bukain gerbang,"
Lelaki berseragam satpam tiba-tiba saja sudah berada dibelakang di tukang kebun dan ikut berkomentar.
"Semoga saja dengan adanya nona muda di kehidupan tuan, membuat rumah megah ini menjadi semakin hidup, ya, No. Dan, Tuan bisa selalu bahagia seperti tadi," ucap Pak Yono berharap.
"Iya, Pak Yono. Amin..."
Begitulah komentar dan doa dari para pekerja Sheldon yang merasakan perubahan baik pada diri tuan mereka setelah menikah.
Secara pelan namun pasti Sheldon melangkahkan kakinya keluar dari lift yang langsung terhubung dengan ruangan yang saat ini tengah di tempati oleh Fatia. Usai sarapan pun, wanita itu masih enggan beranjak dari sana karena rasa tak nyaman pada asetnya.
Sheldon tersenyum melihat Fatia yang tengah berdiri pada pagar pembatas dan menikmati pemandangan taman di bawah sana. Para asisten Fatia langsung pqmit undur diri begitu meilaht kedatangan Sheldon disana. Karena itulah perturannya. Mereka akan datang kalau nanti dipanggil atau di butuhkan oleh tuan atau pun nona mereka.
Lelaki itu berjalan mendekat, dan berdiri tepat di belakang Fatia. Buket bunga yang sejak tadi ia genggam, ia ulurkan ke depan istrinya itu.
Melihat buket bunga tepat di depan wajahnya secara tiba-tiba, tentu saja membuat Fatia kaget dan reflek memundurkan badannya.
Bug
Punggung Fatia menabrak tubuh Sheldon. Laki-laki itupun dengan sigap melingkarkan tangannya di tubuh sang istri sebelum oleng.
"Apa aku benar-benar mengagetkanmu?"
Fatia mengangguk, ditatap sedemikian rupa oleh Sheldon kembali membuat wajahnya tersipu.
"Oke, maafkan aku. Tapi... Aku suka melihat wajahmu yang memerah seperti itu," ucap Sheldon menggoda Fatia.
Blush
Fatia merasakan panas pada wajahnya, ia merasa wajahnya pasti sangatlah merah karena menahan malu.
"Ini, bungq ini untukmu. Sangat sesuai dengan wajahmu yang mudah tersipu,"
"Mm..makasih, Tuan," lirih Fatia. Namun, masih dapat terdengar jelas di indera pendengaran Sheldon.
"Ehem," Sheldon menengakkan badannya dan merapihkan jas yang ia kenakan.
Rupanya panggilan Fatia terhadapnya membuatnya merasa tak nyaman. Padahal kemarin ia masih merasa biasa saja saat wanita itu memanggilnya seperti itu.
"Apa kamu menganggapku sebagai tuanmu?" tanya Sheldon dengan nada datar.
Nada yang hampir sama Fatia dengar saat pertama kali mendapatkan pertanyaan dari Sheldon. Fatia keget sekaligus bingung, ia takut Sheldon marah padanya.
"Mm..ma-maaf. S-saya cuma...cuma..."
"Apa?"
"Saya akan menurut kalau Anda mau mengatakan panggilan apa yang Anda kehendaki dari saya untuk Anda," saking takutnya Fatia bisa mngucapkan kalimat itu dengan cepat dalam satu tarikan nafas.
Sheldon menaikkan sebelah alisnya, itulah reaksi khasnya.
"Begitu? Kamu mau memanggilku dengan sebutan apa saja yang aku mau dengar?"
Fatia mengangguk pelan, ekspresi wajahnya yang polos membuat Sheldon menjadi semakin gemas.
"Panggil aku... Oppa,"
"Oppa?" Fatia menelengkan kepalanya sembari menirukan pengucapan Sheldon.
Sheldon tersenyum geli, dandanan Fatia sangatlah cocok jika memanggilanya seperti itu.
"Ya, sementara ini panggillah aku seperti itu dengan gaya centil. Nanti aku akan memikirkan panggilan yang selanjutnya,"
"Hah?" Fatia merasa keanehan pada Sheldon. Tapi, ia bisa apa selain menurut saja.
"Baik," ucapnya kemudian.
"*Apa tadi katanya, aku harus memanggilnya Oppa dengan gaya centil*?"
Pikiran Fatia jadi berkeliaran pada drama-drama Korea yang pernah ia lihat.
"Apa aku harus bergaya seperti itu? Rasanya aneh sekali,"
Sheldon merasa berbunga-bunga, entah kenapa jika melihat Fatia membuat jiwa mudanya kembali bergelora. Apa karena Fatia yang memanglah masih sangat muda, atau wajahnya yang imut-imut itu membuatnya gemas.
Sheldon jadi ingin melakukan kegiatan para anak muda yang selama ini belum pernah ia lakukan dalam hidupnya yang monoton.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments