Nona Muda

"Nona... sudah satu jam semenjak keberangkatan Tuan, apakah Anda tidak mau keluar juga dari dalam sana?" Mbak Dira mengetuk pintu kamar mandi karena merasa khawatir pada Fatia.

Meskipun sebenarnya keadaan kamar itu juga mengkhawatirkan, tapi, Fatia tetaplah masih menjadi prioritas utamanya sekarang ini.

Jangan tanyakan seperti apa kamar itu saat ini. Karena Sheldon tak mengizinkan siapapun untuk masuk kesana kecuali Fatia dan juga Mbak Dira yang sudah menjadi asisten rumah tangga kepercayaannya.

"Sebentar, Mbak. Aku pakai handuk dulu," jawab Fatia pelan. Antara lemas dan juga malu.

Setelah Fatia keluar dari kamar mandi, Mbk Dira membawa Fatia ke ruangan ganti untuk di rapihkan oleh teman-temannya. Sedangkan dirinya harus merapihkan kamar tidur yang merupakan kamar pengantin Fatia dan Sheldon semalam. Kamar itu sudah seperti kapal pecah, entah bagaimana ulah Sheldon semalam hingga ruangan itu bisa seberantakan itu.

Tak berani berpikiran ngeres apalagi sampai membayangkan tuannya beraksi dengan istrinya, Mbak Dira memutuskan untuk secepatnya merapihkan ruangan itu sebelum tuanya nanti kembali. Bisa bahaya kalau hal itu terjadi.

"Memangnya aku mau kemana sih, Mbak? Kok harus pakai baju bagus dan di dandanin kayak gini?" Fatia mematut dirinya di cermin. Tak biasanya ia berpenampilan serapan dan secantik itu, sekalipun mau pergi ke kondangan.

Para asistennya tersenyum, salah satu dari mereka hendak membuka suara untuk menjelaskan, namun, yang satu lainnya menyenggolnya dan menggelangkan kepala sebagai pengingat kalau mereka tak siperkenankan mengobrol dengan Fatia secara lebih.

"Maaf, Nona. Kami memang di tugaskan untuk mendandani dan mengurus Anda," jelas satu asisten lainnya.

"Mari turun, Nona. Bibi sudah menyiapkan sarapan untuk Anda," ajak yang lainnya lagi.

"Nyiapin sarapan buat... aku?" Fatia menunjuk dirinya sendiri.

Asisten tersebut mengangguk, "ya, Nona,"

Keempat orang yang ditugaskan menjadi asisten Fatia tersebut mengiring Fatia untuk menuju ke lantai bawah. Namun, secara tiba-tiba Fatia menghentikan langkahnya, secara otomatis keempat orang lainnya pun ikut berhenti.

"Bentar, bentar deh. Terus, tadi Tuan Sheldon sarapannya gimana? Aduh! Kenapa aku lupa sih, gak bikinin sarapan dulu buat dia," Fatia menepuk jidatnya, ia mendadak jadi panik sendiri.

Keempat asisten yang mengerubunginya saling lirik dengan senyum tipis di bibir mereka.

"Tenanglah, Nona! Asisten pribadi Tuan Sheldon sudah mengurusnya. Anda tidak usah khawatir,"

Fatia manggut-manggut, "oh, gitu ya,"

"Orang kaya emang beda," lanjutnya bergumam dalam hati.

Sebenarnya Fatia merasakan perih dan ngilu pada area bawahnya. Tapi, dia tentu saja malu untuk mengatakannya kepada orang-orang itu. Alhasil, Fatia hanya bisa berjalan sangat pelan seperti pengantin yang memakai kebaya ketat.

"Sshh," tanpa sadar Fatia mendesis, ia menggigit sebelah bibir bawahnya.

"Apa Anda kesakitan, Nona? Biar saya menghubungi dokter,"

"Ah, ha? Eng-enggak," Fatia tergagap.

"Aku nggak kenapa-napa kok!" serunya kemudian.

"Tapi, Anda seperti menahan rasa sakit. Atau, biar kami bawakan sarapan Anda kemari saja?"

"Iya, Nona. Anda silahkan istirahat dan menunggu kami di ruangan sebelah saja karena kamar Anda sedang di bersihkan. Kami akan membawakan makanan Anda kesini,"

Fatia tersenyum kecut, ia merasa tak enak karena sudah merepotkan keempat orang itu. Tapi, mau bagaimana lagi, semakin ia memaksakan diri untuk berjalan, perih yang ia rasakan semakin menjadi pula. Akhirnya ia hanya bisa menurut pasrah.

"Baiklah, maaf merepotkan kalian,"

"Sama sekali tidak, Nona. Itu sudah menjadi tugas kami,"

Fatia diantarkan ke ruangan yang berada tak jauh dari kamarnya dengan Sheldon yang merupakan kamar utama di rumah megah Sheldon.

Sebuah ruangan semi terbuka dengan pemandangan luar yang menampakkan taman bunga dan buah yang ada di bawah sana. Kolam renang mini pun juga ada di sana. Entahlah konsep apa yang Sheldon usung untuk ruangan itu, yang jelas semua hal yang ada disana membuat Fatia ternganga.

"Hmm, baru kali ini aku melihat tempat seindah dan semewah ini. Seperti yang pernah aku lihat di drama Korea dulu. Ternyata memang ada versi aslinya. Sungguh indah,"

Fatia bersandar pada kursi santai, kedua netranya menyapu ke seluruh ruangan dan pemandandangan yang tersaji di sekitarnya.

"Mimpi apa aku bisa berada di tempat semewah ini, dilayani oleh para asisten, di hormati, di perlakukan halus dan lembut. Dan..."

Ingatan Fatia kembali pads beberapa sata yang lalu. Bayangan Sheldon yang tampan nan gagah pun kembali melintas. Hal itu membuatnya kembali tersipu, pipinya memerah dan terasa panas.

"Astaga... Apa-apaan aku ini. Sadar, Fati... Sadar woy! Apalah kamu ini. Kamu hanyalah barang yang digadaikan disini!" bisik Fatia pada diri sendiri untuk menyadarkan diri dari keterbuaian yang mungkin hanya akan berlaku sesaat saja.

"Atau... Semua ini hanya mimpi? Tapi, semuanya terasa amat nyata,"

Empat orang berseragam asisten rumah tangga yang merupakan asisten Fatia keluar dari lift yang ada di ujung lantai tiga tersebut dengan mendorong troli makanan di depan mereka masing-masing.

Sampai di depan Fatia, semuanya berhenti. Satu persatu dari mereka membuka tutup makanan tersebut dan memperlihatkan sajian mewah di dalam piring.

Fatia terngaga. Seumur hidup baru kali itu ia melihat makanan semewah dan sekomplit itu terhidang khusus untuk dirinya.

"Ini semua... Makanan buat aku?" tanya Fatia tak percaya.

"Iya, ini menu sarapan sehat untuk Anda, Nona. Supaya tubuh Anda tetap vit dan kembali bertenaga," salah satu asistennya menjelaskan.

"Ah, jadi begitu ya. Kalo gitu, ayo kita makan bareng-bareng. Ini, kan banyak banget, nggak mungkinlah aku bisa ngabisin semuanya sendiri, soalnya aku udah terbiasa makan sedikit," ajak Fatia pada empat orang asisten yang mengelilinginya.

"Itu karena memang makanan yang kami punya cuma sedikit dan masih harus dibagi dua. Jadi aku sudah terbiasa dengan keadaan itu. Sampai-sampai lambungku pun sepertinya ikut menyesuaikan diri," lanjut Fatia dalam hati. Kedua matanya kembali berembun.

Keempat orang itu kompak menggeleng seraya mengibaskan tangan mereka.

"Tidak usah, Nona. Kami sudah mendapat jatah makan kami sendiri,"

"Silahkan Anda menikmati sarapan Anda, Nona,"

"Kami akan menunggui Anda di sudut ruangan,"

"Kalau butuh sesuatu Anda bisa langsung memanggil kami,"

Empat orang asisten itu menganggukkan kepala dan mulai undur diri, meninggalkan Fatia dengan kebingungannya.

"Apa memang seperti itu peraturan disini?" gumamnya pada diri sendiri.

Wanita itu pun mulai memindai hidangan yang tersaji di depannya satu persatu. Bukannya merasa semangat dan berniat untuk langsung melahapnya sampai habis, Fatia justru menangis tersedu.

"Apa ini memang takdir Tuhan untuk memperbaiki nasib hidupku? Haruskah aku bersyukur dengan semua ini? Setelah semua kepahitan yang aku rasakan, sekarang semuanya seperti khayalan yang menjadi kenyataan,"

Terpopuler

Comments

sabil abdullah

sabil abdullah

itu bener fat.... segala sesuatu yang kita perbuat itu akan kembali pada diri kita juga entah itu hal kebaikan atau keburukan

2024-05-05

2

Ripah Ajha

Ripah Ajha

keren🥰

2024-03-21

1

Hanisah Nisa

Hanisah Nisa

lanjut

2024-03-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!