Ergan buru-buru merpihkan berkas yang baru saja dilihatnya ke dalam map hitam seperti semula.
"Aku harus menyembunyikan map ini serapih mungkin. Paling tidak sampai Sheldon cukup siap untuk dapat mengetahuinya. Tapi tidak untuk saat ini, dia sedang menikmati masa-masa indah dengan istrinya. Jadi aku tak mungkin merusaknya,"
Gumam pria berperawakan tinggi besar dan berwajah kotak tersebut. (Berwajah kotak? Emangnya spongebob🤪) Maksudnya begitulah ya, wajah tegas dan dewasa gitu.
Setelah selesai memebnahi map tersebut, Ergan memasukkannya ke dalam tas kantornya dan emmbawanya pulang ke apartemen. Rencananya ia akan menyimpannya disana sebab Sheldon sangat jarang datang ke apartemennya tersebut.
Begitu sampai di apartemen, Ergan dengan cepat emnyimpan map tersebut dengan serapih mungkin. Begitu selesai, ponselnya berdering. Kwningnya mengernyit begitu mendapati nama Om Hartawan disana.
Meskipun ragu, tapi Ergan tetap mengangkat telpkn tersebut.
"Ya, halo, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" sapa Eegan begitu telponnya tersambung.
Terdengar kekehan dari seberang sana, padahal belum ada jawaban apapun.
"Ini sudah diluar jam kerja, Er," balas Pak Hartawan mengingatkan.
"Baik, Om. Ada yang bisa Ergan bantu?"
"Om mau tanya mengenai map yang Om berikan kepada Shedon tadi. Apa dia sudah membacanya?"
"Emm... Itu, anu, Om," Ergqn bingung harus menjawab seperti apa.
"Om sudah tau jawabannya, Er. Pasti Ergan belum melihatnya, 'kan?"
"I-iya, Om,"
"Hmm.. Tak apa. Memang sebaiknya kamu simpan saja dulu berkas-berkas itu. Om tidak mau merusak kebahagiaan Sheldon saat ini. Sepertinya dia sedang menikmati masa bulan madu bersama istrinya, 'kan?"
Pak Hartawan seperti bisa membaca situasi, atau malah ia memang masih saja mengerahkan mata-matanya untuk mengawasi putranya itu.
"Ya, Om,"
"Yasudah, biarkan dia bahagia. Selama ini aku hanya membuat luka di dalam hidupnya," ucap pria paruh baya itu sendu.
"Om jangan bicara seperti itu, itu sama sekali tidak benar, Om,"
"Kamu jangan menghibur Om, Er. Kenyataannya memang seperti 8tu daei dulu,"
"Ergan bukan mau menghibur, tapi kenyataannya memang begitu. Om justru sudah mengajarkan kemandirian kepada Sheldon selama ini. Kepada Ergan juga,"
Pak Hartawan termenung mendengar jawaban Ergan yang mengatakan kalau ia sudah mengajarkan kemandirian kepada putra dan juga keponakannya itu.
"Bukankah itu artinya sama saja, Er. Om malah terkesan menjadi orang tua yang jahat karena membiarkan putra dan keponakannya yang masih belia untuk mandiri menghadapi kerasnya hidup,"
"Bukan begitu, Om,"
"Sudahlah, Er. Om sudahi dulu telponnya, Om mau istirahat dulu,"
"Ya, Om. Selamat istirahat dan jangan berpikiran yang macam-macam. Perhatikan kesehatan Om,"
"Ya, selamat malam, Er,"
"Selamat malam, Om,"
Begitu sambungan telpon terputus, Pak Hartawan bukannya beristirahat seperti apa oamitnya kepada Ergan tadi. Laki-laki itu justru merenung seraya memandangi gelapnya langit malam yang dipenuhi oleh kerlip bintang.
Ayah dari Sheldon itu jadi teringat akan masa kecil putra semata wayangnya, dimana dulu anaknya itu sangat menyukai bintang-bintang yang berhamburan di langit. Bahkan Sheldon kecil sering menghitung bintang-bintang itu dengan dirinya dan juga mendiang istrinya dulu.
Namun, semenjak ibunya meninggal Sheldon berhenti melakukannya, begitupun dengan dirinya yang beehenti memperhatikan putranya. Iq hanya sibuk memikirkan perasaannya sendiri yang hancur kaena ditinggal pergi unyuk selamanya oleh wanita yang paling dicintainya secara mendadak dan dengan cara yang aneh.
Sejak itu datanglah Marina si cacing pita yang menawarkan perhatian dan cinta palsu untuk keduanya. Awalnya hanya sebagai client perusahaannya, tapi lama kelamaan semakin meminta lebih.
Secara aneh Pak Hartawan dapat dengan cepat melupakan mendiang istrinya, padahal sebelumnya laki-laki itu begitu depresi bahkan sampai pernah ingin mengakhiri hidupnya. Tapi, kenapa bisa langsung berbalik secepat itu. Pikiran itu selalu memenuhi otak Sheldon sampai-sampai pria itu membenci ayahnya.
"Apa Papa sudah gila? Papa ingin menikahi wanita jadi-jadian itu?" amarah Sheldon membuncah kala itu.
Pak Hartawan tak perduli, ia tetap nekat melakukannya. Sheldon pun semakin membencinya dan lebih memilih untuk hidup sendiri di apartemen semenjak ia memasuki kelas menengah atas.
Hingga sampai saat ini kebencian itu terus di pupuk oleh Sheldon dan menjadi motivasi untuk laki-laki itu menjadi mandiri dan berdiri di kaki sendiri dalam segala hal.
Bahkan perusahaan dan berbagai hotel serta beberapa bidang usahanya yang lain merupakan hasil kerja kerasnya sendiri dari modal menjual berbagai macam barang-barang berharga milik ibunya. Seperti perhiasan, tas-tas branded, serta barang-barang limited edition lainnya.
Hanya barang-barang yang paling pribadi dan kenang-kenangan lah yang tak dijual Sheldon dan masih disimpan olehnya sampai saat ini. Toko peehiasan milik ibunya juga masih Sheldon jalankan hingga kini, bahkan sekarang sudah menjadi sangat besar dan semakin sukses.
"Maafkan Papa, Sheldon. Maafkan Papa. Semoga suatu saat nanti kamu dapat mengerti kenapa Papa melakukan hal ini," gumam laki-laki paruh baya itu seorang diri.
Tiba-tiba saja ada yang memeluk Pak Hartawan dari belakang.
"Papa kok sendirian disini sih? Mama nungguin loh daritadi,"
Suara yang sengaja dibuat manja dan mendayu-dayu itu menyapa indera pendengaran Pak Hartawan. Membuat bulu halus laki-laki itu berdiri sebab merinding.
"Di dalem panas," jawabnya singkat.
"Bukannya Papa memang suka yang panas-panas?"
Pak Hartawan diam, tak menjawab.
Tak mau diabaikan, wanita yang meeupakan istri dari Pak Hartawan itu mulai membuat ulah. Kedua tangannya menelusup ke dalam dada Pak Hartawan yang hanya dilapisi kimono sutra bertali tanpa kancing sehingga memudahkan istrinya untuk mengeksplor dadanya yang berbulu dan masih kekar diusianya yang tak lagi muda.
"Tolong, Ma. Papa capek, mau istirahat," Pak Hartawan mencoba melepaskan tangan istrinya yang melingkar di tubuhnya pelan.
Meskipun pelan, tapi Marina tau kalau ia sedang ditolak. Dan ia tidak suka penolakan. Wanita itu malah semakin nekat. Ia berusaha memegang bagian lain dari tubuh Pak Hartawan yang menurutnya adalah kelemahan dari suaminya itu.
Pak Hartwan sebisa mungkin bertahan untuk tidak tergoda dan meladeni iatrinya itu di ranjang. Sebab menurutnya, begitu ia selesai bercinta dengan istrinya, ia akan lupa kepada putranya dan hal-hal penting lainnya.
Pak Hartawan tak ingin hal itu terjadi lagi, makanya ia selalu mencari alasan jika istrinya meminta hal itu darinya.
Laki-laki itu ingin bisa kembali merajut kehangatan kasih sayang dengan putranya. Ia ingin menikmati masa tuanya dengan anaknya, dengan orang yang tulus. Bukan dengan istri semacam Marina si cacing pita itu.
"Papa! Papa jangan cari-cari alasan mulu deh. Masa dari kemarin alasannya itu terus," teriak Marina dengan bibir mencebik kesal. Kedua kakinya ia hentak-hentakkan di lantai.
Padahal penampilannya sudah sangatlah sexy, dandananya cantik dan menor. Parfum mahalnya menguar sampai memenuhi seisi ruangan. Tapi, sepertinya Pak Hartawan sudah teguh dengan pendiriannya hingga ia tak lagi tergoda dengan istri jadi-jadiannya tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
sabil abdullah
masa iya kena guna guna
atau mungkin di kasih obat kali
2024-05-07
0