Darimana Dia Tau?

Hal yang menyenangkan bagi Sheldon itu pun terjadi lagi di pagi hari yang sangat cerah. Guyuran air shower menjadi saksi pergulatan antara dua insan yang sama-sama belum pernah menyatakan cinta satu sama lain.

Jadi, maknanya apakah hal seperti itu memang bisa terjadi tanpa adanya rasa cinta? Jawabannya tentu saja bisa. Nafsu, itulah alasannya. Tapi tak mengapa, sebab keduanya sudah sah di mata hukum dan agama. Bahkan, hal tersebut berpahala, 'kan?

Ya, siapa tau saja hal itu juga bisa menjadikan cinta tumbuh di antara keduanya. Cinta yang sesungguhnya. Cinta yang dibenarkan menurut agama.

"Sekali lagi terimakasih, Fatia," hanya kalimat seperti itu yang saat terlontar dari bibir Sheldon.

Itu saja sudah sangat baik daripada tidak sama sekali, sebab yang namanya Sheldon biasanya paling anti dengan kata terimakasih dan juga kata maaf. Dua kalimat itu merupakan kalimat sakral yang selalu laki-laki itu hindari.

Fatia pun hanya bisa mengangguk pelan, kepalanya bergerak searah pandang Sheldon yang berlalu. Wanita itu dibiarkan untuk berendam di dalam bathub guna merilekskan tubuhnya.

Sementara Sheldon sendiri sudah bersiap-siap untuk pergi ke perusahaan miliknya. Itupun karena Ergan yang mengatakan kalau ada pekerjaan penting yang harus ia tangani sendiri secara langsung, jika tidak, berdiam diri di rumah bersama Fatia maka akan lebih menyenangkan baginya.

Eh, menyenangkan?

Haha, tanpa disadari Sheldon merasa senang saat bersama Fatia. Entah itu karena hangatnya wanita itu atau karena hal yang lainnya. Belum ada yang yaudah tentang hal itu.

"Lo benar-benar mengganggu malam pertama gue, Er!" Gerutu Sheldon ketika ia dan Ergan sudah berada dalam satu mobil yang sama menuju ke perusahaan.

Ergan yang tengah sibuk menyetir pun melirik Sheldon yang duduk di kursi samping kemudi.

"Malam pertama, pagi pertama kali iya," jawabnya.

"Jawab lagi lo!" Sembur Sheldon.

"Pagi-pagi udah emosian aja, Pak! Bukannya semalem udah berhasil nyicipin duren original seperti yang lo mau. Atau malah... barusan juga?" Ergan menjawab dengan nada godaan lengkap dengan kedua alis yang ia naik turunkan.

Sheldon hanya terdiam, tak lagi menanggapi, ia hanya mendengus kesal. Lalu memutuskan untuk mengecek pekerjaan apa yang sebenarnya begitu penting hingga harus dirinya sendiri yang turun tangan dan terpaksa meninggalkan istrinya di hari pertama pernikahan mereka.

"Pekerjaan apa yang kamu bilang penting tadi?" Sheldon memulai mode bekerja. Nada bicara dan gaya bahasa nya pun sudah berubah menjadi mode serius.

Menyadari kalau sang bos sudah memulai mode seriusnya, Ergan pun langsung memasang wajah datar pula. Lenyap seketika wajah ramah yang semula hendak menggoda sepupunya.

"Ehm, itu.. dengan perusahaan Hartawan Contruction, Tuan," jawab Ergan yang menggunakan bahasa formal.

Sheldon melirik tajam Ergan, ia tak menyukai panggilan yang sepupunya itu sematkan untuknya.

"Ehm, maksud saya.. dengan perusahaan Hartawan Contruction, Pak,"

"Perusahaan Pak Hartawan?" Tanya Sheldon memastikan.

Ergan mengangguk mengiyakan.

"Hmm... mau apa laki-laki tua itu kali ini. Apa lagi yang dia inginkan sampai mengajukan pertemuan melalui perusahaan seperti ini. Merepotkan saja," gumam Sheldon menggerutu.

Ergan pun juga mendengar gumaman yang berisi gerutuan itu sebenarnya, bibirnya tersenyum tipis. Namun, ia enggan berkomentar dan memilih untuk fokus saja pada kemudinya.

Tak butuh waktu lama, kendaraan mewah yang Ergan kendarai itu sampai di perusahaan Sheldon Electronic. Yaitu perusahaan yang Sheldon dirikan dengan jerih payahnya sendiri. Sebab Sheldon bukanlah anak manja yang hanya mau menerima warisan atau meneruskan perusahaan milik orang tuanya saja. Lagipula dulu ada juga penyebab lain mengapa ia sampai memutuskan untuk membuat perusahaan sendiri ketimbang mengembangkan perusahaan milik keluarga nya.

"Selamat pagi, Tuan," sapa petugas keamanan berusia enam puluhan tahun yang membukakan pintu mobil untuk Sheldon seraya mengangguk kan kepala sopan.

"Hm, pagi," balas Sheldon disertai dengan anggukan kepala pula.

Siapa saja yang melihat sikap sopan Sheldon itu pasti akan takjub. Sebab hanya kepada sang petugas keamanan yang lebih sering disebut penjaga pintu itu saja lah Sheldon mau beramah tamah di perusahaan miliknya tersebut.

"Pagi, Pak," sapa Ergan pula yang masuk setelah Sheldon.

Keduanya berjalan beriringan menuju lift yang akan membawa mereka ke ruangan Sheldon yang berada di lantai tujuh. Kenapa harus lantai tujuh? Karena memang lantai itulah yang dipilih oleh Sheldon. Juga termasuk lantai tertinggi perusahaan tersebut dulunya, sebelum di tambah lagi menjadi sepuluh lantai.

"Jam berapa pertemuan nya?" Sheldon mengangkat tangan kanannya, melirik sekilas pada jam yang melingkar disana.

"Delapan tiga puluh menit, sekitar sepuluh menit lagi," jawab Ergan yang memastikan kembali jawabannya itu di catatan yang ada pada tab nya.

Benar saja, tak lama setelahnya ada sebuah mobil sedan hitam yang tak kalah mewahnya dari yang di kendarai oleh Sheldon dan juga Ergan tadi berhenti di depan perusahaan tersebut.

Sang penjaga pintu mengernyitkan dahi melihat mobil itu, apalagi setelah penumpang yang ada di dalamnya turun.

"Tuan Hartawan berkunjung?" gumamnya pada diri sendiri. Kemudian ia menoleh ke arah dimana Sheldon berlalu tadi. Kepalanya pun lalu mengangguk-angguk kecil seraya bibirnya tersenyum tipis.

"Selamat pagi, Tuan Hartawan," sapanya setelah membukakan pintu untuk Pak Hartawan.

"Selamat pagi, Pak Harno. Apa Pak Sheldon sudah datang?" Balas Pak Hartawan pada si penjaga pintu yang bernama Pak Harno tersebut, masih ditambah dengan pertanyaan pula.

"Sudah, Tuan. Baru saja beliau memasuki lift," tunjuknya pada lift khusus petinggi perusahaan.

"Baiklah, terimakasih. Mari, Pak Harno," Tuan Hartawan meninggalkan senyum sebelum berlalu dari hadapan Pak Harno.

Pak Harno pun balas senyum disertai anggukan kepala.

Pak Hartawan pun langsung berjalan menuju lift juga supaya bisa cepat sampai pada ruangan yang digunakan untuk pertemuannya dengan Sheldon. Dua orang laki-laki berpakaian formal dan berbadan tegap turut mengiringi di belakangnya.

Sesampainya di ruangan yang telah di tentukan, rupanya Sheldon sudah duduk menunggunya. Senyum lebarnya terbit seketika. Ia pun duduk pada kursi yang bersebarangan dengan Sheldon dan Ergan.

"Selamat pagi, Pak Sheldon,"

"Selamat pagi, Tuan Hartawan. Apakah yang membawa Anda pagi-pagi sampai disini?"

"Ehm," Pak Hartawan berdehem. Sebelah tangannya terulur untuk menerima sesuatu dari salah seorang yang sejak tadi mengekorinya.

Orang tersebut dengan sigap membuka tas yang ia bawa. Lalu, mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna hitam dan menyerahkannya kepada Pak Hartawan yang merupakan bosnya. Tak lupa juga sebuah berkas yang lumayan tebal ia letakkan di depan sang tuan.

"Selamat atas pernikahanmu, Nak," Pak Hartawan mengulurkan kotak kecil berwarna hitam tadi di depan Sheldon.

Kedua bola mata Sheldon membulat sempurna mendengar ucapan tersebut.

"Ergan! Darimana dia tau?"

Terpopuler

Comments

sabil abdullah

sabil abdullah

tentu saja bisa asalkan berusaha untuk menerima satu sama lain

2024-05-05

0

noname

noname

lanjut thor..seruuu

2024-03-06

4

Hanisah Nisa

Hanisah Nisa

lanjut

2024-02-19

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!