Ergan pun tak kalah terkejutnya mendengar ucapan selamat dari Pak Hartawan untuk Sheldon. Apalagi, Sheldon yang pasti akan menganggap bahwa dirinyalah yang telah memberitahukan perihal pernikahan atasannya itu dengan Fatia kepada Pak Hartawan.
"Saya tidak tau apa-apa, Pak," balas Ergan jujur.
"Lalu darimana dia-" ucapan Sheldon terpotong dengan sahutan suara Pak Hartawan.
"Kamu jangan memojokkan Ergan, Sheldon! Bukan dia yang memberitahuku," ucap Pak Hartawan santai. Punggungnya ia sandarkan pada sandaran kursi.
Sheldon coba menghilangkan keterkejutannya, lalu memasang wajah dinginnya. Sebelah alisnya terangkat. Mencoba mencari raut kebohongan di wajah pria paruh baya yang ada di hadapannya itu.
Pak Hartawan terkekeh, "apa kamu meremehkanku? Mata dan telingaku ada di mana-mana. Dan sebagian besarnya selalu menyertaimu, Nak,"
Sheldon mendengus, ia memalingkan wajah ke arah lain.
"Sok-sok'an berkata memperhatikanku. Bukannya perhatianmu hanya kau berikan pada si cacing pita itu!" Ketus Sheldon.
Sheldon yang berucap, namun, Ergan yang tersedak ludah. Sebab ia tak menyangka kalau ternyata Sheldon mengingat julukannya terhadap Marina Si Cacing Pita yang merupakan ibu tiri dari atasannya tersebut. Itu berarti Sheldon selalu mendengarkan ceritanya, juga perkatannya. Begitu kira-kira fikirnya.
Pak Hartawan mengangkat kedua alisnya, "Si Cacing pita? Maksudnya.. Marina?"
"Huh! Siapa lagi," sahut Sheldon sewot.
"Itu tidak mungkin! Rasa sayangku padamu lebih besar daripada dia," sergah Pak Hartawan.
"Tidak usah sok manis padaku. Kalau memang kenyataannya seperti yang Anda ucapkan, kenapa Anda selalu menuruti perkatannya," Sheldon mulai mendebat.
"Itu, Karena..." Pak Hartawan ingin coba menjelaskan, namun Sheldon seperti tak mengizinkan.
"Hah, sudahlah! Sekarang katakan apa keperluan Anda meminta untuk bertemu di jam pagi seperti ini? Mengganggu kesenanganku saja," sahut Sheldon berseru, yang diakhiri dengan gerutuan.
Pak Hartawan hanya bisa menghela nafas panjang. Begitupun dengan Ergan yang menggelengkan kepalanya pelan, sebab masih saja sikap Sheldon se-ketus itu kepada ayahnya semenjak sang ayah menikah dengan Marina, Si Cacing Pita.
"Masih marah saja Sheldon sama Pak Hartawan," gumam Ergan dalam hatinya.
"Baiklah, maafkan Papa yang sudah mengganggu hari pertama pernikahanmu yang seharusnya kamu gunakan untuk bersenang-senang dengan istrimu. Papa hanya mau ..."
Pak Hartawan menghentikan perkataannya, lalu mengulurkan tangannya kepada asistennya tadi lagi. Berkas lain ia terima dan disodorkan kepada Sheldon, putranya.
Kedua netra Sheldon menyipit, memandangi berkas bersampul hitam yang ada di atas meja di depannya.
"Apa ini?" tanya Sheldon
"Kamu bisa melihatnya nanti kalau sudah tidak sibuk. Sekali lagi maafkan Papa ya, Nak. Suatu saat nanti kamu akan mengerti, kenapa Papa seperti ini," lirih Pak Hartawan.
Setelah mengucapkan kalimat itu, Pak Hartawan beranjak dari duduknya dan langsung saja pergi dari ruangan itu setelah menatap putra semata wayangnya beberapa detik.
Sheldon terdiam di tempat, tak menjawab tak pula balas menatap wajah ayahnya. Ia termenung, merasa sedikit penasaran dengan apa yang di maksud ayahnya suatu saat ia akan mengerti tentang alasan sang ayah melakukan hal yang sebenarnya Sheldon tentang.
Ergan menganggukkan kepala saat Pak Hartawan menoleh sekilas kearahnya.
"Apa itu alasan tentang ia menikahi si cacing pita?"
"Aku mau pulang dulu, Er. Kamu simpan berkas itu baik-baik. Akan kubuka nanti kalau aku sudah siap,"
Sheldon berdiri. Memberi perintah pada Ergan hanya dengan kode lirikan matq pqda berkas yang disodorkan oleh ayahnya tadi.
"Lalu, bagaimana dengan hadiahnya, Pak?" belum sempat Ergan menyelesaikan pertanyaannya, Sheldon sudah berlalu dari sana meninggalkan Ergan dalam keterpakuan.
Hembusan nafas panjang keluar dari hidung Ergan, berbarengan dengan terduduknya ia di kursi yang tadi ia duduki. Jemari tangan kanannya memijit pelipisnya yang terasa pening.
"Tadi udah ngopi aja pening gini kepala, gimana kalo belom. Bisa-bisa pingsan gue,"
Sheldon tak lagi menoleh setelah keluar dari ruangan meeting. Entah kenapa pikirannya tak ada disana. Yang ada di dalam otaknya hanyalah istrinya yang baru ia nikahi satu hari satu malam.
Hahhahha.. Udah kangen lagi dia rupanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments