"Lo ngejek Gue?" tatapan tajam yang Sheldon berikan membuat nyali Ergan menciut. Ia hanya bisa menggeleng pelan, lalu kembali menghadap pada layar laptopnya.
Ingin Ergan mengatakan kalau pekerjaan mereka hari ini tak dapat di tunda lagi. Tapi, bagaimana ia bisa mengatakannya jika melihat wajah sheldon saja ia sudah tak berani.
Pada akhirnya, Ergan hanya bisa mengirimkan file tersebut melalui pesan ke ponsel Sheldon. Jika beruntung, Sheldon akan membuka ponsel dan membacanya. Tapi, jika tidak, maka siap-siap saja bagi Ergan untuk menangani pekerjaan tersebut seorang diri.
"Hmmh..." Ergan menghembuskan nafas lega sekaligus kesal, "nasib.. nasib jadi jongos. Gue juga mau kale honeymoon, tapi ama siapa? Kalau cewenya kek istri si Sheldon, mau deh gue cepet-cepet melepas masa lajang. Tapi, kalau ceweknya modelan si cacing pita, mendingan jomblo seumur hidup deh gue," gumam Sheldon seorang diri, berbarengan dengan kedua pundaknya yang bergidig kala kembali mengingat Marina si cacing pita.
Sheldon sudah kembali ke kamarnya setelah ia membasahi kerongkongannya dengan segelas air mineral. Ia juga membawakan satu hotel air untuk Fatia. Namun, saat ia sampai di kamar, rupanya istrinya itu masih setia dengan tidurnya.
"Ternyata kamu kebo ya," gumam Sheldon.
Ia memperhatikan wajah teduh nan polos Fatia yang terlelap. Wajah yang tetap nampak ayu di pagi hari, bahkan belum tersentuh oleh make up sama sekali.
"Tapi, Kamu cantik," gumamnya lagi tanpa sadar.
"Astaga! Ngomong apa kamu barusan, Shel!" Sheldon meraup wajahnya kasar. Entah kenapa ia masih enggan mengakui kecantikan dari istrinya itu.
Daripada berlama-lama memandangi wajah Fatia, Sheldon memilih untuk ke kamar mandi saja guna membersihkan diri. Niat hati yang semula ingin berbulan madu dan berlama-lama bersama dengan istri baru, ia urungkan karena mengingat perkataan Ergan sang asisten tadi. Tak tega juga ia melihat wajah melas dari sepupunya itu.
Usai dengan ritual mandinya yang tak terlalu lama, Sheldon pun bermaksud keluar dari kamar mandi. Namun, saat ia memegang hendle pintu, ia merasa ada orang yang juga memegangi hendle pintu tersebut dari luar. Entah mengapa gerakan reflek memaksanya untuk menarik hendle pintu tersebut lebih kencang. Secara otomatis pintu terbuka dengan cepat, dan...
"Aaakh," Teriakan suara seorang wanita menggema di ruangan kamar mandinya.
Bugh
Rupanya Fatia yang hendak masuk kesana, jadilah wanita itu menabrak dada bidang yang terekspos milik Sheldon.
"Auch," pekik keduanya sama-sama terkejut. Sebab Sheldon tak bisa menjaga keseimbangannya dan mereka berdua terjatuh di lantai.
"Kamu!" Seru sheldon.
"Mm.. ma-maaf, Tuan," cicit Fatia ketakutan.
Ia begitu takut setiap kali melihat Sheldon berwajah datar seperti itu. Sangat berbeda jauh seperti semalam ketika laki-laki itu mencumbu dan mendambanya. Semalam wajahnya begitu manis dan lucu seperti kucing kecil yang meminta kasih sayang. Tapi, saat ini Fatia merasa wajah Sheldon sudah kembali ke mode semula yang kaku terlihat angkuh.
"Ehm, tak apa. Saya yang salah karena sudah terlalu keras menarik pintunya," jawab Sheldon.
Laki-laki itu mengangkat kepala, bermaksud ingin bangun dan berdiri lagi. Namun yang terjadi justru adik kecilnya lah yang terbangun lebih dulu sebab melihat gundukan kembar Fatia yang menempel di perutnya.
"Astaga! Lagi-lagi kau on, Junior! Hanya dengan melihat belahan da-da itu?" Batin Sheldon.
Lagi-lagi ia tak dapat berkutik, karena juniornya sudah kembali menegang dna meminta sesuatu yang ia rasakan semalam. Rupanya adik kecilnya itu sudah mulai ketagihan dengan rasa yang memang membuatnya melayang seakan ia sampai ke nirwana.
"Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus memintanya lagi seperti semalam, begitu?" gumam Sheldon dalam hati, ia merasa gamang.
Fatia tersadar, meski pahatan di bawahnya begitu indah dan membuatnya terbuai hingga rasanya enggan untuk beranjak dari sana. Tapi, Fatia tetap harus sadar siapa dia dna bagaimana posisinya. Meski Sheldon menikahinya, Fatia tetap saja merasa jika ia hanyalah barang yang di gadaikan disana.
Wanita itu mencoba bangkit, kedua tangannya menapak di lantai, sebab takutnya Sheldon akan marah kalau ia menjadikan dada bidang laki-laki itu sebagai tapakannya untuk berdiri.
Kedua mata Fatia membulat manakala ia merasa Sheldon justru menekan punggungnya hingga ia kembali terjatuh menabrak dada bidang suaminya itu lagi.
"Biarkan seperti ini dulu," Sheldon ingin memastikan apa yang dirinya sendiri inginkan. Apakah akan beranjak begitu saja, ataukah kembali mengulang pengalaman pertamanya semalam dengan sang istri lagi.
Fatia hanya terdiam, ia menurut saja dengan apa yang Sheldon katakan. Mana berani ia menolak atau membantah, kalau sampai laki-laki itu marah, mungkin bisa saja ia dituntut nantinya.
Ya, sepolos itulah pemikiran Fatia, si gadis tulus nan lugu. Eh, Fatia bukan gadis lagi ya, melainkan ia sudah menjadi wanita dewasa yang merupakan istri dari seorang Sheldon Hartawan. Apakah ia akan disebut nyonya Sheldon Hartawan? Membayangkannya saja Fatia tak berani.
Melihat Fatia hanya terdiam dengan kepala menunduk saja sejak tadi, membuat Sheldon tergelitik untuk mengangkat kepalanya dan menatap wajah wanita yang baru kemarin ia nikahi tersebut.
"Lihatlah aku! Apa kamu tak sudi melihat wajahku? Padahal banyak orang mengatakan kalau wajahku ini lumayan tampan. Ah, tidak! Sangat tampan, ya, itu yang mereka katakan. Tapi aku melarang mereka untuk melihat wajahku terlalu lama. Tapi kau, malah menyembunyikan wajahmu dariku?"
"Ti-tidak, Tuan! Mana saya berani seperti itu. Justru saya takut kalau Anda akan marah kalau saya menatap wajah tampan Anda," balas Fatia spontan. Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutnya.
Gurat senyum tipis tercetak di bibir laki-laki itu mendengar jawaban dari sang istri.
"Rupanya kau juga mengakui kalau aku ini tampan, 'ya,"
"Tentu saja, Tuan," Fatia membungkam mulutnya yang ia rasa lancang nmdengan nyeplos begitu saja menjawab perkataan Sheldon.
"E-eh, bukan seperti itu maksud saya, Tuan," lanjut Fatia kemudian.
"Apa? Jadi, maksudmu aku ini tidak tampan? Begitu?" melihat Fatia yang takut-takut, entah mengapa membuat Sheldon jadi merasa ingin menggodanya.
"Aku pasti sudah gila. Kenapa aku ingin sekali menggodanya terus menerus?" Sheldon jadi merasa heran dengan dirinya sendiri.
"Tidak, Tuan. Anda tampan, bahkan sangat tampan. Benar apa yang orang-orang katakan," lagi, Fatia membungkam mulutnya dengan menyembunyikan wajahnya di dasar bidang Sheldon.
"Hei! Itu geli!"
Sheldon memegang kepala Fatia dan menghadapkan wajah istrinya itu pada wajahnya. Laki-laki itu perlahan semakin mengikis jarak di antara mereka.
Cup
Tak peduli lagi dengan gengsi dan harga diri, kali ini, Sheldon hanya ingin mengikuti kata hati. Yaitu, ia menginginkan Fatia kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Noey Aprilia
Heleehhh....ga ush gengsi kli,ngaku aja deh kl fatia emng cntk....d tmbh lg dia msh ori kn????tar lma2 jg bucin....
2024-01-12
3