Mereka akhirnya pergi dari tempat itu, dari kejauhan kakek Arthur melihat gadis itu lagi.
"Tuan."
"Apa ada sesuatu yang ada menganggu tuan." melihat tuannya yang sedari tadi terdiam didalam mobil.
"Hanya merasa ada sesuatu yang aneh, sepertinya nama gadis itu tak begitu asing aku dengar. Tapi dimana." kakek Arthur bingung, dia mencoba mengingat.
Jovita mengantarkan Nona pulang ke kostnya. "Ya sudah Nin, aku mau balik ke kontrakkan dulu " pamit Jovita.
"Tumben buru - buru mau pulang" ucap Nina yang masih terbaring tidur ditempat tidur.
"Ada urusan penting ." jawab Jovita yang sudah siap pergi.
"Ya sudah kalau begitu."
"Yang penting jangan lupa makan, diminum tuh obatnya. Aku mau pulang dulu "
"Iya." jawab Nina yang sudah melihat Jovita yang sudah hendak keluar dari kamarnya.
Ditempat lain
Neo masih disibukkan pekerjaan kantornya , beberapa berkas sudah dia selesaikan.
"Akhirnya selesai juga." ucap Neo yang baru saja menyelesaikan tugasnya. Dia melirik jam tangannya,waktunya dia istirahat siang.
"Tok.. Tok"
"Masuk." datanglah Milano yang datang membawa map berisi dokumen.
"Ini data yang tadi pagi tuan minta." ucap Milano yang langsung dia letakkan dimeja kerja tuannya.
"Letakkan dimeja, sekarang ikut aku keluar. Sudah waktunya makan siang." Neo sudah siap memakai jas kerjanya. Milano pun mengikuti tuannya pergi.
"Kita akan kemana tuan?" tanya Milano
"Ikuti perintahku, jangan banyak tanya." Neo memberi arahan pada Milano.
Mereka akhirnya sampai ditempat tujuan, sontak membuat Milano bingung.
"Bukannya ini jalan menuju rumah wanita itu." batin Milano yang sedikit penasaran untuk apa tuannya datang mengunjungi tempat itu.
"Tok... Tok"
"Eh kamu." sapa Jovita pada Neo yang baru saja datang.
"Iya sayang." sapa Neo, dibelakang Milano spontan kaget.
"Sayang." batin Milano yang belum mengetahui jika keduanya sudah menjalani hubungan.
"Ayo masuk." perintah Neo pada asistennya. Milano jalan mengikuti tuannya dari belakang, dia masih diliputi rasa penasaran.
Jovita sibuk didapur menyiapkan beberapa piring dan sendok yang sudah dia siapkan diatas meja makan.
"Ayo makan siang." kata Jovita yang mengajak mereka berdua untuk makan siang bersama.
Diatas meja sudah ada beberapa menu makanan yang sudah tertata rapi dimeja makan.
"Sepertinya ini enak sayang." Jovita mengambil nasi untuk mereka, Milano sedikit canggung dengan tuannya.
"Ini kamu yang masak semua?" tanya Neo yang langsung mendapat anggukkan dari Jovita. Neo tak sabar ingin mencicipi hidangan makan siang hari ini.
"Ayo dimakan, maklum masakan rumahan jadi sedikit agak sederhana." ucap Jovita yang melayani mereka berdua.
"Tidak apa-apa." jawab Neo, Neo melirik Milano yang duduk terdiam.
"Cepat kamu makan " kata Neo yang memerintahkan Milano untuk segara makan.
"Baik tuan." Milano sedikit malu-malu pada tuannya, baru pertama ini dia makan satu meja dengan tuannya.
"Enak sayang." ucap Neo yang memuji masakan Jovita, Jovita membalas dengan senyuman. Ternyata dia tidak sia-sia masak seharian.
"Kalau enak habiskan semuanya , aku sudah makan kok."
"Beneran, kamu sudah makan?" tanya Neo lagi, Jovita membalas dengan anggukkan. Jovita mengambil air putih untuk mereka.
Jovita langsung berdiri dari tempat duduknya.
"Mau kemana?" tanya Neo yang sedang menikmati makan siang.
"Mau ke toilet." pamit Jovita, Neo membalas dengan anggukkan. Kini hanya ada Neo dan Milano yang ada diruang meja makan.
"Tuan."
"Apa?" tanya Neo yang baru selesai makan siang.
"Maaf kalau saya lancang, sebenarnya hubungan tuan dengan nona Jovita apa." belum sempat selesai bicara Neo langsung memotong.
" Dia sekarang jadi kekasihku. Memang kenapa?" balik tanya Neo pada Milano.
"Tidak apa-apa tuan, hanya saja saya sedikit kaget. Ternyata tuan diam-diam sudah bergerak cepat mendapatkan hati nona Jovita."
"Itulah keahlianku." dengan bangganya dia mengakui betapa besarnya pesona dia didepan wanita.
Jovita dan Neo masih duduk santai diruang tamu, sedangkan Milano sudah ada di dalam mobil menunggu kedatangan tuannya.
"Ya sudah sayang, aku mau balik lagi ke kantor." pamit Neo pada Jovita yang duduk disampingnya.
"Ya sudah ." ucap Jovita yang mengantarkan langsung kedepan pintu.
"Besok-besok, masakan lagi ya." ucap Neo yang sudah suka dengan rasa masakan kekasihnya.
" Iya tapi tidak juga tiap hari, kamu tahu sendiri aku kerja. Mungkin 2 hari sekali aku bisanya."jawab Jovita yang mengingat kesibukkan dia di tempat kerja.
" Masalah itu mudah, aku kan kesini 2 hari sekali. Nanti siang aku akan suruh Milano untuk mengantarkan kamu belanja keperluanmu di dapur"
" Kapan-kapan saja belanjanya." jawab Jovita yang tak ingin merepotkan Neo dan Milano.
"Kamu nurut saja, ini ada sesuatu untuk kamu simpan." Neo memberikan Black card padanya.
"Ini apa?" tanya Jovita.
"Ini Black card, bisa kamu gunakan untuk belanja nanti. Terserah kamu mau belanja apa pun." Neo memberikan black card pada Jovita.
" Tapi..."
"Terima saja, bukannya kamu juga butuh itu untuk belanja nanti." Jovita terlihat bingung, kenapa dia begitu mudahnya memberikan sesuatu benda berharga miliknya.
"Baiklah." Jovita terpaksa menerimanya.
"Ya sudah, aku mau balik ke kantor" pamit Neo pada Jovita. Jovita membalas dengan anggukkan.
Neo langsung masuk ke dalam mobil, Milano sudah sedari tadi menunggu tuannya.
"Milano."
"Iya tuan."
"Habis kamu mengantarkan aku ke kantor, kamu antarkan Jovita di mall hari ini." perintah Neo pada asistennya.
" Ke Mall tuan."
"Iya, kamu jaga Jovita selama dia belanja dimall." pesan Neo pada Milano.
"Baik tuan. " Milano segera mengerti dengan apa tugasnya yang harus dia kerjakan.
Setelah sudah mengantarkan tuannya di kantor, Milano kembali menemui nona Jovita kembali.
"Tok... Tok" Jovita membuka pintu rumahnya.
"Kamu."
"Maaf nona, saya hanya diperintahkan tuan untuk mengantarkan Nona ke mall." ucap Milano yang melaporkan apa yang diperintahkan tuannya.
"Baiklah." Jovita mengambil jaketnya dikamarnya.
Setelah selesai dia bergegas keluar dengan Milano. Mobil pun sudah siap kini mereka tinggal berangkat.
Hanya membutuhkan waktu 30 menit, Jovita dan Milano sudah sampai ditempat tujuan.
Jovita berjalan di ikuti Milano dari belakang.
Dia memilih beberapa bahan yang bisa dia masak. Sudah 1 keranjang dipenuhi barang belanja. Jovita meninggalkan keranjang belanjaan tepat di belokkan.
"Brukkk ." suara barang tabrakkan.
"Siapa sih yang naruh keranjang disini." ucap wanita itu, Jovita langsung kaget datang menghampirinya.
"Maaf mbak." permintaan maaf Jovita pada wanita itu.
"Bisa tidak taruh keranjang yang benar." ucap wanita itu.
"Maaf mbak, tadi saya tinggal sebentar ambil barang disana ." Jovita meminta maaf pada wanita itu.
" Banyak Alasan."jawab wanita itu, tiba-tiba saja wanita itu melihat Jovita seperti ada yang aneh.
"Dimana ya." wanita itu masih mengingat sesuatu. Sepertinya dia pernah bertemu, tapi dimana ya.
"Nona ayo kita ke tempat ruang kasir." ucap Milano,
"Baiklah." Jovita langsung pergi.
"Hey tunggu bereskan barang itu ." beberapa barang miliknya terjatuh.
Jovita langsung membereskan. "Sudah mbak ." ucap Jovita langsung berdiri meninggalkannya.
Diam-diam Milano memperhatikan nonanya disaat nonanya di ganggu oleh wanita itu.
"hey tunggu. " teriak wanita itu lagi, Jovita pun menghadapi wanita itu lagi.
"Apa lagi , bukannya aku sudah ambil barang mbak yang jatuh tadi, Sekarang apa lagi." Jovita dengan malas menghadapinya.
"Dibilangin malah melawan, dasar tuli ." ucap wanita itu.
Jovita langsung maju kedepan tepat didepan wanita itu.
"Bisa tidak anda bicara yang sopan." kata Jovita yang mencoba menahan rasa sabarnya menghadapi wanita satu ini.
Jovita langsung pergi meninggalkan wanita itu.
Milano sedari tadi mengikuti nonanya dari belakang. Dan memberi informasi berserta foto wanita itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Pasti mak lampir Laura nih..
2024-08-27
0
Qaisaa Nazarudin
Orang kaya ya..Baru juga pacaran udah di tanggung semuanya kayak suami isteri..Saat pisah baru terasa langit seakan runtuh,gak bisa move on..Kalo menCINTAI seseorang itu sekadarnya saja,Jangan Vinta separoh mati,Saat pisah seakan dunia mau kiamat aja,Ada yg sampai bunuh diri kan..
2024-08-27
0