"Nona." sontak membuat mereka kaget.
"kalian berdua."
"Nona mau kemana?" tanya pelayan itu pada Jovita.
"aku bosan dikamar terus, ingin keluar saja." jawab Jovita yang bosan tiduran di kamar.
"Bukannya nona sedang sakit, lebih baik nona istirahat." pesan pelayan itu.
"Tidak mau, aku pengen keluar jalan-jalan saja" jawab Jovita
"Baiklah nona, saya temani nona." Jovita berjalan mengikuti mereka dari belakang.
"Wah, besar sekali rumahnya. Ini bukan rumah tapi istana." batin Jovita yang kagum akan kemewahan dari rumah itu.
"Kamu yakin ini rumahnya orang dingin itu?" tanya Jovita pada mereka berdua.
"Orang dingin?"
"Iya, boss kalian itu." Mereka berdua sedikit tersenyum, mendengar jika tuannya dijuluki orang dingin.
Mereka membalas dengan anggukkan.
Jovita melihat sekeliling ruangan, dua pelayan itu saling berbisik.
"Sepertinya nona ini beda dengan nona yang sering mendekati tuan kita. " bisik Anita.
"Aku rasa iya juga, dia tidak seperti wanita yang berlagak sombongnya ." bisik Acha yang lebih menyukai sifat nona ini.
" Jadi orang kaya enak juga, tapi dasar manusianya yang sombong."ucap Jovita yang mengakui di saat posisi mereka sudah di puncak mereka lupa dengan orang yang selama ini membantu.
Jovita mengelilingi bagian belakang, ada kolam renang dan taman mini.
Di samping taman ada bangku tempat duduk.
"Bagus juga bunganya." Jovita diam-diam menyukai bunga mawar, hingga di tempat tinggalnya di kampung hampir setengah halaman dia tanam bunga mawar.
"Sepertinya nona begitu menyukai bunga." Jovita menoleh pada mereka berdua.
"Sangat, bahkan baunya harum dan indah." Jovita benar-benar jatuh cinta dengan bunga mawar.
"Diam-diam tuan kalian punya hobi tanam bunga mawar juga." ucap Jovita.
"Sebenarnya ini tanaman milik tuan besar." seketika Jovita bingung.
"Tuan besar?"
"Itu nona, kakek dari tuan Neo." Jovita mulai mengerti apa yang dimaksudkan.
"Pada awalnya ini bunga dari Nona besar, hingga 5 tahun yang lalu Nyonya besar meninggal karena sakit. Disaat itu tuan Besar merawat bunga peninggalan dari Nona besar." ucap Acha yang sudah dekat dekat Nona besar.
"Oh gitu to ceritanya." ucap Jovita yang berdiri lagi keliling ditempat lainnya.
Dia melewati beberapa lorong panjang dengan beberapa hiasan lukisan yang tampak elegan.
"itu lukisan siapa?" tanya Jovita.
"Itu lukisan tuan dan Nona."
"Maksud kamu?"
"Mereka orang tua dari tuan Neo." jawab pelayan itu.
"Ternyata dia punya adik juga." nampak gambar di lukisan itu.
"Itu nona Nikita adik dari tuan Neo" setelah menerangkan lukisan itu, didepan pintu tertulis papan "perpustakaan".
"Apa boleh aku masuk kesana?" tanya Jovita.
"Silakan nona." Jovita langsung masuk ke dalam.
"Wah, banyak sekali bukunya." ada 4 rak buku tertata rapi dengan beberapa buku yang sudah di golongkan sesuai tema.
"Surga dunia." ucap Jovita yang mempunyai hobi membaca.
Jovita mengambil beberapa buku dari dalam rak. "kalian keluar saja, aku ingin baca buku disini."
"Baik nona." Mereka berdua keluar, sedangkan Jovita duduk santai menikmati buku yang dia baca.
Begitu banyak buku yang tertata rapi sesuai dengan tema buku dari ekonomi, hukum, dan novel. Semuanya ada semuanya.
Neo masih disibukkan beberapa pekerjaan yang harus dia selesaikan. Baru saja dia selesai rapat, kini dia harus menyelesaikan pekerjaan yang lain.
"Bagaimana dengan rapat besok , apa sudah kamu persiapan?" tanya Neo pada Milano.
"Sudah tuan, hanya tinggal ini. yang lainnya sudah Nick yang selesaikan " jawab Milano.
"Bagus, kalian atur semua jangan ada kesalahan" pesan Neo pada Milano.
Neo mencoba menghubungi seseorang.
"Bagaimana kondisi dia sekarang ." tanya Neo pada seseorang di telepon.
" Kondisi nona sekarang ini baik-baik saja tuan, apalagi sekarang nona sedang keluar."
"Keluar?"
"Iya tuan, nona sudah keluar dari kamar, baru saja nona ke taman belakang." laporan dari Pak roy mengenai kondisi wanita itu.
"Baiklah kamu urus segala keperluannya." ucap Neo yang menyerahkan pada asistennya.
"Baik tuan."
Neo langsung mematikkan sambung teleponnya, Neo mulai menyelesaikan beberapa lembar yang belum dia tanda tangani.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang, Neo sudah melewatkan waktu jam makan siang.
"Tuan, ini sudah pukul 2 siang. Lebih baik tuan makan siang." Neo melihat jam tangannya.
"Ya sudah ayo kita pulang sekarang, aku ingin makan dirumah" Neo langsung berdiri dari tempat duduknya.
"Baik tuan." akhirnya mereka memilih pergi dari tempat itu. Disaat di lorong dekat lift, ada Nick yang baru saja keluar dari lift.
"Tuan." Nick menyapa tuannya.
"Aku akan pulang sekarang, besok kamu akan mengganti aku untuk rapat besok " perintah Neo pada Nick.
"Baik tuan" Neo segera pergi meninggalkan Nick.
Di tempat lain, Jovita asyik membaca buku. Saking asyiknya dia sampai tertidur di kursi dengan buku yang masih dia pegang.
Neo juga baru sampai, di depan sudah ada Pak Roy yang datang menyambutnya.
"Tuan." sapa Pak Roy yang menyapa tuannya.
"Siapkan makan siang. "
"Baik tuan. " Neo segera menuju kamarnya. Yang dia dapati ranjang tempat tidurnya kosong.
"Dimana dia? "batin Neo yang tidak melihat keberadaan wanita itu.
Neo menghampiri beberapa pelayan yang saat itu ada diruang tamu.
"Dimana wanita itu?" tanya Neo pada mereka.
"Nona ada di ruang perpustakaan tuan. " Neo langsung pergi menghampirinya.
Neo langsung memasuki ruang perpustakaan, yang dia lihat ada seseorang wanita yang tertidur dengan posisi duduk dengan tangan yang masih memegang buku.
Neo tersenyum melihatnya, apalagi dia terlihat cantik dengan baju yang pakai. Dengan sedikit hiasan kepala makin membuat cantik dibagian rambut.
"Tidak sia-sia aku mengejarmu." Neo perlahan-lahan mengangkat badan jovita,langsung dia masukkan ke dalam kamar.
"Selamat tidur." Neo langsung pergi kebawah,menuju ke ruang meja makan.
Neo sudah duduk di tempat duduknya.
"Apa dia sudah makan siang?" tanya Neo pada Pak Roy .
"Belum tuan, sedari tadi nona ada di ruang perpustakaan."
"Ya sudah jika dia sudah bangun kamu siapkan makan siang untuknya." perintah Neo.
"Baik tuan." Neo langsung kembali lagi ke kamarnya, dia duduk disebelah Jovita yang saat itu sedang tertidur.
Neo duduk dengan laptop ada di kakinya, dia mengerjakan pekerjaan di rumah.
Sesekali dia melirik Jovita tertidur, "Manis juga dia tidur." batin Neo yang baru kali ini mengenal wanita seperti dia.
Tiba-tiba saja Handphone miliknya bergetar
" Ada apa."
"Saya mau melaporkan jika hari ini kami akan bergerak." ucap Dave yang bertanggung jawab di markas.
"Baiklah, kamu atur semuanya. Dan bawa mereka ke ruang mereka, jangan sampai ada yang lolos." ucap Neo yang sudah geram.
"Baik tuan." telepon langsung terputus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments