Bab 6

Neo baru saja sampai di tempat acara, situasi didalam sudah padat dengan para tamu berdatangan.

Neo berjalan bersama kakeknya, setelah masuk ke dalam aula acara dari beberapa tamu mulai ada yang bergosip tentang dirinya.

"Lihat itu, bukannya dia tuan Neo."

"Benar kamu, tapi sayang ada kabar kurang baik. Kabarnya tuan Neo itu gay." ucap beberapa wanita yang ada dipesta itu.

Neo pun sadar jika dirinya jadi bahan pembicaraan, tapi dia tetap santai tak mau menanggapi perkata orang lain.

"Kamu datang juga." Kakek Arthur menyapa salah satu tamu yang juga hadir disana.

"Gimana kabar kamu?"

"Seperti yang kamu lihat." ucap Kakek Arthur.

"Oh iya, perkenalkan ini cucuku."

"Neo." jawab Neo dengan nada dinginnya.

"Saya tuan Parker." mereka saling berjabat tangan.

"Perkenalkan ini putri saya tuan" tuan Parker memperkenalkan putrinya pada mereka.

"Perkenalkan nama saya Laura." Laura mengulurkan tangan pada kakek Arthur. setelah itu Laura mengulurkan tangannya kepada Neo tapi tetap saja tak ada balasan dari Neo. Malahan dia menyimpan kedua tangannya ke dalam kantong celananya.

"Neo." Neo pun memilih pergi dari tempat itu, kakek Arthur hanya bisa menggelengkan kepala melihat cucunya seperti itu.

"Maafkan cucu kakek." ucap Kakek Arthur yang tak nyaman dengan sikap cucunya pada mereka.

"Tidak apa-apa kek." jawab Laura yang menampakkan senyuman manisnya.

"Tampan juga dia." batin Laura merasa tertarik dengan pria itu.

Neo memilih menyendiri, bahkan dari kejauhan masih ada orang membicarakan tentang dirinya.

Neo masih santai menikmati minuman yang sudah tersedia diatas meja.

Neo mencoba menghubungi asistennya.

"Milano, cepat jemput aku sekarang." ucap Neo yang sudah bosan dengan acara malam ini.

"Baik tuan." jawab Milano yang segera menjemput atasannya.

Neo langsung menghampiri kakeknya.

"Kek, Neo mau pulang dulu. " seketika Kakek Arthur kaget.

"Pulang?"

"Iya, Milano tiba-tiba menghubungi Neo. Ada sesuatu yang penting yang harus Neo selesaikan." ucap Neo yang sebenarnya berbohong, sebenarnya itu keinginan dirinya untuk pergi dari tempat itu.

"Apa tidak bisa kamu tunda?" tanya Kakek Arthur.

"Tidak bisa, Milano akan menjemput Neo sekarang." ucap Neo, kakek Arthur hanya bisa mengalah.

"Baiklah jika kalau itu penting." Neo langsung pergi dari tempat itu.

Sekilas Laura melirik Neo, ayah Laura spontan menepuk bahu putrinya.

"Kamu kenapa sayang? " tanya tuan Parker

"Tidak apa-apa yah." jawab Laura

"Kamu suka ya sama laki-laki itu?" tanya ayahnya.

Laura terdiam tak mau menjawab pertanyaan dari ayahnya.

"Ayah usahakan agar dia mau mendekati kamu." tuan Parker mendukung putrinya untuk mendekati pria itu. Apalagi tuan Parker tahu jika kabar tentang dia gay bukan berita yang sesungguhnya.

"Akan kudapat kamu dengan segala cara." ambisi Laura begitu besar ingin memiliki pria itu.

  Neo sudah ada diluar menunggu kedatangan Milano. Akhirnya yang ditunggu datang juga.

"Tuan." Milano segera membuka pintu mobil,Neo duduk dibelakang sopir.

"Kita pulang sekarang." perintah Neo pada Milano,mobil pun berjalan meninggalkan tempat itu.

Sedari tadi Neo terdiam, arahnya memandang samping kaca tempat duduknya.

"Stop." teriak Neo, spontan Milano mengerem mendadak.

"Ada apa tuan." Milano kaget dengan teriakkan tuannya.

"Cepat putar balik!" teriak Neo ke Milano.

"Cepat !" teriak Neo, Milano langsung putar balik ke jalan arah berlawanan.

Neo tak sengaja melihat wanita itu lagi yang sedang ada di halte bus, dengan cepat dia menghampiri wanita itu lagi.

Jovita masih duduk di halte bus menunggu bus datang, tapi bukan bus yang datang tapi mobil hitam yang berhenti didepannya.

"Mobil siapa sih yang berhenti didepan halte bus." batin Jovita yang penasaran , dari mobil itu keluarlah seorang laki-laki dengan pakaian rapinya berjas hitam berdasi abu-abu menghampiri dirinya.

"Mari nona, silakan masuk."

"Kamu kan."Jovita masih mengingat jika dia asisten dari pria yang tadi siang temui di tempat kerjanya.

"Kenapa aku suruh aku masuk ke dalam, aku bisa pulang sendiri." ucap Jovita yang menolak ajakkan pria itu.

"Nona, saya mohon." Milano memohon pada Jovita agar mau mengikuti  perintahnya.

"Kalau nona tidak mau saya nantinya yang akan dimarahi tuan." Milano terus memohon.

"Maunya menang sendiri." batin Jovita, dengan berat hati dia mengikuti Milano.

Didalam mobil, Neo sudah menunggu. Akhirnya Jovita masuk kedalam mobil, dia menatap Neo dengan pandangan tidak suka.

"Mau sampai kapan kamu mau mengangguku. Urusanku denganmu sudah selesai tapi kenapa kamu tidak berhenti menganggu aku." Jovita tak bisa menahan rasa marahnya.

Neo menoleh kearahnya. "Aku hanya sekedar membantumu." ucap Neo dengan santai.

Mobil pun berjalan, dari arah depan Milano memberi kode pada tuannya.

"Hemmm." Neo pun melirik kearah Milano.

"Cepat antarkan wanita ini pulang." perintah Neo pada Milano.

"Baik tuan." mobil pun berjalan melewati jalan arah pulang Jovita. Selama di dalam mobil Jovita terdiam bahkan melihat wajah pria disampingnya pun ogah juga.

Jovita memilih melihat pandangan diluar sana, sesekali Neo melirik wanita itu. Jarak duduk mereka sangat jauh, bahkan Jovita selalu mengumpat dalam hatinya.

"Kenapa sih harus pria itu lagi." batin Jovita yang kesal sendiri,dalam hidupnya baru kali ini ada orang yang berani membuat dirinya kesal seperti ini.

Apalagi pertemuan pertamanya pun terkesan hanya ingin menolong, tapi kenapa setelah kehadiran pria itu hidupnya makin menderita begini.

Diam-diam Neo mengintip dibalik kaca dengan sedikit ekpresi sedikit tertawa.

Jovita baru ingat sesuatu. "Aduh aku lupa beli obat." dia baru sadar jika obat dirumahnya telah habis.

Mau tidak mau dia harus pergi ke apotek membeli obat itu. Jovita melihat didepan ada Apotik buka.

"Stop." teriak Jovita yang membuat Milano terkejut, dengan cepat dia mengerem mendadak mobil itu.

Neo pun sama kagetnya, Jovita menepuk bahu Milano.

"Kamu tunggu dulu disini." Jovita bergegas keluar, masuk kedalam toko apotik.

"Dia mau apa ke Apotek?" tanya Neo pada asistennya.

"Pastinya beli obat tuan, apa mungkin nona sedang sakit? " tanya Milano pada tuannya.

"Sakit?"

"Iya tuan. " Jawab Milano.

Dari kejauhan Jovita sudah keluar dari Apotek.

"Kamu sakit?" tanya Neo pada Jovita yang baru saja masuk.

"Tidak." Jovita memasukkan kantong plastik itu ke dalam tasnya.

"Lalu."

"pengen tahu saja kamu." jawab Jovita yang kesal  sedari tadi pria itu bertanya terus. Jovita menunjukkan kotak kecil pada Neo.

"Aku beli ini." Ia menunjukkan barang yang dia beli di Apotek.

"Itu apa?"

"Ini obat tetes mata." jawab jovita yang masih menampakkan wajah kesalnya. Neo membalas dengan anggukkan mengerti apa yang wanita itu beli.

Selama di jalan Jovita asyik bermain dengan handphone miliknya, hingga mobil berhenti di jalan.

Akhirnya Jovita sampai ditujuan."Ya sudah, terimakasih." ucap Jovita yang hendak ingin keluar dari mobil itu.

Neo tak menjawabnya, dia malahan melirik wajah Jovita. Seakan dia tak ingin jauh dari wanita itu.

"Milano."

"Iya tuan."

"Menurut kamu bagaimana dengan wanita itu ?" tanya Neo pada Milano.

" Menurut saya dia wanita baik. Tapi saya merasa ada yang beda dengan wanita itu."

Seketika Neo melirik kearah Milano.

"Apa itu?"

"wanita itu terlihat baik dan pekerja keras tuan,apalagi selama ini banyak wanita mendekati tuan hanya karena mencari keuntungan pribadi mereka sendiri. Tapi tidak berlaku untuk wanita satu ini."

"Sepertinya pikiran kita sama, wanita ini sangat berbeda dengan wanita lain yang aku temukan." ucap Neo yang menyadari perbedaan dia dengan wanita lainnya.

"Sepertinya tuan harus mendekatinya." sontak membuat kaget Neo.

"Atas dasar apa aku harus mendekati dia."

"Maaf bila saya lancang tuan, karna sedari awal tuan sudah menyukai wanita itu. Itu akan menjadi peluang tuan untuk meluluhkan hati tuan besar, karna dari awal tuan besar selalu mendesak tuan untuk segera menikah. Jika memang tuan tertarik dengan wanita itu, segera jadikan dia kekasih tuan, sebelum ada orang yang merebutnya."

"Itu tak akan terjadi." Ambisi Neo mulai nampak, dia tak ingin kalah dengan segala sesuatu.

" Jika memang begitu mulai dari sekarang tuan harus berusaha mendekatinya, walau....."

"Walau apa?"

" Sifat keras kepalanya itu menjadikan tuan harus extra sabar." ucap Milano.

"Apa kamu kira aku tak bisa melakukan itu? "

"Bukan itu tuan." jawab Milano yang takut menyinggung perasaan tuannya.

Neo terdiam, sepertinya apa yang di katakan  Milano ada benarnya juga, apalagi kakeknya terus mendesak untuk dirinya menikah.

Dia hanya belum mendapatkan wanita yang cocok, tapi setelah dia dipertemukan oleh wanita itu semua berubah seketika.

"Sepertinya aku harus mencoba mendekati wanita itu." batin Neo yang yakin dengan apa pilihannya, Neo tersenyum puas.

Jovita baru saja sampai dirumahnya, Jovita langsung ke dapur mengambil air putih dimeja .

"Capeknya." Jovita duduk dikursi dapur. Tiba-tiba saja pikiran tertuju ke Nina sahabatnya.

"Apa mungkin sih kalau dia dibelakang selingkuh." Jovita masih kurang yakin dengan apa yang dia pikirkan.

"Coba besok aku tanya lagi sama Nina." Jovita langsung ke kamar mandi, setelah selesai dia segera tidur.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Nah kan karakter yg begini aku bisa langsung down bacanya..

2024-08-27

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Aku langsung ilfil dengan cewek yg sifatnya suka ngejar2 cowok,Murahan banget harga dirinya,Apalagi saat tau kalo tuh cowok Tajir,gak kira yg masih bujangan,tungan orang,Suami orang juga sanggup di embat,Apalagi jenis cewek yg TEROBSESI gila parah banget..

2024-08-27

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53 #*#*
54 Bab 54 #*#*
55 Bab 55 #*#*
56 Bab 56 #*#*
57 Bab 57 #*#*
58 Bab 58 #*#*
59 Bab 59 #*#*
60 Bab 60 #*#*
61 Bab 61 #*#*
62 Bab 62 #*#*
63 Bab 63 #*#*
64 Bab 64 #*#*
65 Bab 65 #*#*
66 Bab 66 #*#*
67 Bab 67#*#*
68 Bab 68 #*#*
69 Bab 69 #*#*
70 Bab 70 #*#*
71 Bab 71 #*#*
72 Bab 72 #*#*
73 Bab 73 #*#*
74 Bab 74 ***
75 Bab 75 #*#*
76 Bab 76 #*#*
77 Bab 77 #*#*
78 Bab 78 #*#*
79 Bab 79 #*#*
80 Bab 80 #*#*
81 Bab 81 #*#*
82 Bab 82 #*#*
83 Bab 83 #*#*
84 Bab 84 #*#*
85 Bab 85 #*#*
86 Bab 86 #*#*
87 Bab 87 #*#*
88 Bab 88 #*#*
89 Bab 89 #*#*
90 Bab 90 #*#*
91 Bab 91 #*#*
92 Bab 92 #*#*
93 Bab 93 #*#*
94 Bab 94 #*#*
95 Bab 95 #*#*
96 Bab 96 #*#*
97 Bab 97#*#*
98 Bab 98#*#*
99 Bab 99 #*#*
100 Bab 100 #*#*
101 Bab 101 #*#*
102 Bab 102#*#*
103 Bab 103#*#*
104 Bab 104 #*#*
105 Bab 105 #*#*
106 Bab 106 #*#*
107 Bab 107 #*#*
108 Bab 108 #*#*
109 Bab 109 #*#*
110 Bab 110#*#*
111 Bab 111 #*#*
112 Bab 112#*#*
113 Bab 113#*#*
114 Bab 114#*#*
115 Bab 115#*#*
116 Bab 116#*#*
117 Bab 117#*#*
118 Bab 118#*#*
119 Bab 119#*#*
120 Bab 120#*#*
121 Bab 121#*#*
122 Bab 122 #*#*
123 Bab 123 #*#*
124 Bab 124 #*#*
125 Bab 125 #*#*
126 Bab 126#*#*
127 Bab 127 #*#*
128 Bab 128 #*#*
129 Bab 129 #*#*
130 Bab 130 #*#*
131 Bab 131#*#*
132 Bab 132 #*#*
133 Bab 133#*#*
134 Bab 134#*#*
135 Bab 135#*#*
136 Bab 136#*#*
137 Bab 137#*#*
138 Bab 138#*#*
139 Bab 139#*#*
140 Bab 140 Ending
Episodes

Updated 140 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53 #*#*
54
Bab 54 #*#*
55
Bab 55 #*#*
56
Bab 56 #*#*
57
Bab 57 #*#*
58
Bab 58 #*#*
59
Bab 59 #*#*
60
Bab 60 #*#*
61
Bab 61 #*#*
62
Bab 62 #*#*
63
Bab 63 #*#*
64
Bab 64 #*#*
65
Bab 65 #*#*
66
Bab 66 #*#*
67
Bab 67#*#*
68
Bab 68 #*#*
69
Bab 69 #*#*
70
Bab 70 #*#*
71
Bab 71 #*#*
72
Bab 72 #*#*
73
Bab 73 #*#*
74
Bab 74 ***
75
Bab 75 #*#*
76
Bab 76 #*#*
77
Bab 77 #*#*
78
Bab 78 #*#*
79
Bab 79 #*#*
80
Bab 80 #*#*
81
Bab 81 #*#*
82
Bab 82 #*#*
83
Bab 83 #*#*
84
Bab 84 #*#*
85
Bab 85 #*#*
86
Bab 86 #*#*
87
Bab 87 #*#*
88
Bab 88 #*#*
89
Bab 89 #*#*
90
Bab 90 #*#*
91
Bab 91 #*#*
92
Bab 92 #*#*
93
Bab 93 #*#*
94
Bab 94 #*#*
95
Bab 95 #*#*
96
Bab 96 #*#*
97
Bab 97#*#*
98
Bab 98#*#*
99
Bab 99 #*#*
100
Bab 100 #*#*
101
Bab 101 #*#*
102
Bab 102#*#*
103
Bab 103#*#*
104
Bab 104 #*#*
105
Bab 105 #*#*
106
Bab 106 #*#*
107
Bab 107 #*#*
108
Bab 108 #*#*
109
Bab 109 #*#*
110
Bab 110#*#*
111
Bab 111 #*#*
112
Bab 112#*#*
113
Bab 113#*#*
114
Bab 114#*#*
115
Bab 115#*#*
116
Bab 116#*#*
117
Bab 117#*#*
118
Bab 118#*#*
119
Bab 119#*#*
120
Bab 120#*#*
121
Bab 121#*#*
122
Bab 122 #*#*
123
Bab 123 #*#*
124
Bab 124 #*#*
125
Bab 125 #*#*
126
Bab 126#*#*
127
Bab 127 #*#*
128
Bab 128 #*#*
129
Bab 129 #*#*
130
Bab 130 #*#*
131
Bab 131#*#*
132
Bab 132 #*#*
133
Bab 133#*#*
134
Bab 134#*#*
135
Bab 135#*#*
136
Bab 136#*#*
137
Bab 137#*#*
138
Bab 138#*#*
139
Bab 139#*#*
140
Bab 140 Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!