Neo baru saja sampai di tempat acara, situasi didalam sudah padat dengan para tamu berdatangan.
Neo berjalan bersama kakeknya, setelah masuk ke dalam aula acara dari beberapa tamu mulai ada yang bergosip tentang dirinya.
"Lihat itu, bukannya dia tuan Neo."
"Benar kamu, tapi sayang ada kabar kurang baik. Kabarnya tuan Neo itu gay." ucap beberapa wanita yang ada dipesta itu.
Neo pun sadar jika dirinya jadi bahan pembicaraan, tapi dia tetap santai tak mau menanggapi perkata orang lain.
"Kamu datang juga." Kakek Arthur menyapa salah satu tamu yang juga hadir disana.
"Gimana kabar kamu?"
"Seperti yang kamu lihat." ucap Kakek Arthur.
"Oh iya, perkenalkan ini cucuku."
"Neo." jawab Neo dengan nada dinginnya.
"Saya tuan Parker." mereka saling berjabat tangan.
"Perkenalkan ini putri saya tuan" tuan Parker memperkenalkan putrinya pada mereka.
"Perkenalkan nama saya Laura." Laura mengulurkan tangan pada kakek Arthur. setelah itu Laura mengulurkan tangannya kepada Neo tapi tetap saja tak ada balasan dari Neo. Malahan dia menyimpan kedua tangannya ke dalam kantong celananya.
"Neo." Neo pun memilih pergi dari tempat itu, kakek Arthur hanya bisa menggelengkan kepala melihat cucunya seperti itu.
"Maafkan cucu kakek." ucap Kakek Arthur yang tak nyaman dengan sikap cucunya pada mereka.
"Tidak apa-apa kek." jawab Laura yang menampakkan senyuman manisnya.
"Tampan juga dia." batin Laura merasa tertarik dengan pria itu.
Neo memilih menyendiri, bahkan dari kejauhan masih ada orang membicarakan tentang dirinya.
Neo masih santai menikmati minuman yang sudah tersedia diatas meja.
Neo mencoba menghubungi asistennya.
"Milano, cepat jemput aku sekarang." ucap Neo yang sudah bosan dengan acara malam ini.
"Baik tuan." jawab Milano yang segera menjemput atasannya.
Neo langsung menghampiri kakeknya.
"Kek, Neo mau pulang dulu. " seketika Kakek Arthur kaget.
"Pulang?"
"Iya, Milano tiba-tiba menghubungi Neo. Ada sesuatu yang penting yang harus Neo selesaikan." ucap Neo yang sebenarnya berbohong, sebenarnya itu keinginan dirinya untuk pergi dari tempat itu.
"Apa tidak bisa kamu tunda?" tanya Kakek Arthur.
"Tidak bisa, Milano akan menjemput Neo sekarang." ucap Neo, kakek Arthur hanya bisa mengalah.
"Baiklah jika kalau itu penting." Neo langsung pergi dari tempat itu.
Sekilas Laura melirik Neo, ayah Laura spontan menepuk bahu putrinya.
"Kamu kenapa sayang? " tanya tuan Parker
"Tidak apa-apa yah." jawab Laura
"Kamu suka ya sama laki-laki itu?" tanya ayahnya.
Laura terdiam tak mau menjawab pertanyaan dari ayahnya.
"Ayah usahakan agar dia mau mendekati kamu." tuan Parker mendukung putrinya untuk mendekati pria itu. Apalagi tuan Parker tahu jika kabar tentang dia gay bukan berita yang sesungguhnya.
"Akan kudapat kamu dengan segala cara." ambisi Laura begitu besar ingin memiliki pria itu.
Neo sudah ada diluar menunggu kedatangan Milano. Akhirnya yang ditunggu datang juga.
"Tuan." Milano segera membuka pintu mobil,Neo duduk dibelakang sopir.
"Kita pulang sekarang." perintah Neo pada Milano,mobil pun berjalan meninggalkan tempat itu.
Sedari tadi Neo terdiam, arahnya memandang samping kaca tempat duduknya.
"Stop." teriak Neo, spontan Milano mengerem mendadak.
"Ada apa tuan." Milano kaget dengan teriakkan tuannya.
"Cepat putar balik!" teriak Neo ke Milano.
"Cepat !" teriak Neo, Milano langsung putar balik ke jalan arah berlawanan.
Neo tak sengaja melihat wanita itu lagi yang sedang ada di halte bus, dengan cepat dia menghampiri wanita itu lagi.
Jovita masih duduk di halte bus menunggu bus datang, tapi bukan bus yang datang tapi mobil hitam yang berhenti didepannya.
"Mobil siapa sih yang berhenti didepan halte bus." batin Jovita yang penasaran , dari mobil itu keluarlah seorang laki-laki dengan pakaian rapinya berjas hitam berdasi abu-abu menghampiri dirinya.
"Mari nona, silakan masuk."
"Kamu kan."Jovita masih mengingat jika dia asisten dari pria yang tadi siang temui di tempat kerjanya.
"Kenapa aku suruh aku masuk ke dalam, aku bisa pulang sendiri." ucap Jovita yang menolak ajakkan pria itu.
"Nona, saya mohon." Milano memohon pada Jovita agar mau mengikuti perintahnya.
"Kalau nona tidak mau saya nantinya yang akan dimarahi tuan." Milano terus memohon.
"Maunya menang sendiri." batin Jovita, dengan berat hati dia mengikuti Milano.
Didalam mobil, Neo sudah menunggu. Akhirnya Jovita masuk kedalam mobil, dia menatap Neo dengan pandangan tidak suka.
"Mau sampai kapan kamu mau mengangguku. Urusanku denganmu sudah selesai tapi kenapa kamu tidak berhenti menganggu aku." Jovita tak bisa menahan rasa marahnya.
Neo menoleh kearahnya. "Aku hanya sekedar membantumu." ucap Neo dengan santai.
Mobil pun berjalan, dari arah depan Milano memberi kode pada tuannya.
"Hemmm." Neo pun melirik kearah Milano.
"Cepat antarkan wanita ini pulang." perintah Neo pada Milano.
"Baik tuan." mobil pun berjalan melewati jalan arah pulang Jovita. Selama di dalam mobil Jovita terdiam bahkan melihat wajah pria disampingnya pun ogah juga.
Jovita memilih melihat pandangan diluar sana, sesekali Neo melirik wanita itu. Jarak duduk mereka sangat jauh, bahkan Jovita selalu mengumpat dalam hatinya.
"Kenapa sih harus pria itu lagi." batin Jovita yang kesal sendiri,dalam hidupnya baru kali ini ada orang yang berani membuat dirinya kesal seperti ini.
Apalagi pertemuan pertamanya pun terkesan hanya ingin menolong, tapi kenapa setelah kehadiran pria itu hidupnya makin menderita begini.
Diam-diam Neo mengintip dibalik kaca dengan sedikit ekpresi sedikit tertawa.
Jovita baru ingat sesuatu. "Aduh aku lupa beli obat." dia baru sadar jika obat dirumahnya telah habis.
Mau tidak mau dia harus pergi ke apotek membeli obat itu. Jovita melihat didepan ada Apotik buka.
"Stop." teriak Jovita yang membuat Milano terkejut, dengan cepat dia mengerem mendadak mobil itu.
Neo pun sama kagetnya, Jovita menepuk bahu Milano.
"Kamu tunggu dulu disini." Jovita bergegas keluar, masuk kedalam toko apotik.
"Dia mau apa ke Apotek?" tanya Neo pada asistennya.
"Pastinya beli obat tuan, apa mungkin nona sedang sakit? " tanya Milano pada tuannya.
"Sakit?"
"Iya tuan. " Jawab Milano.
Dari kejauhan Jovita sudah keluar dari Apotek.
"Kamu sakit?" tanya Neo pada Jovita yang baru saja masuk.
"Tidak." Jovita memasukkan kantong plastik itu ke dalam tasnya.
"Lalu."
"pengen tahu saja kamu." jawab Jovita yang kesal sedari tadi pria itu bertanya terus. Jovita menunjukkan kotak kecil pada Neo.
"Aku beli ini." Ia menunjukkan barang yang dia beli di Apotek.
"Itu apa?"
"Ini obat tetes mata." jawab jovita yang masih menampakkan wajah kesalnya. Neo membalas dengan anggukkan mengerti apa yang wanita itu beli.
Selama di jalan Jovita asyik bermain dengan handphone miliknya, hingga mobil berhenti di jalan.
Akhirnya Jovita sampai ditujuan."Ya sudah, terimakasih." ucap Jovita yang hendak ingin keluar dari mobil itu.
Neo tak menjawabnya, dia malahan melirik wajah Jovita. Seakan dia tak ingin jauh dari wanita itu.
"Milano."
"Iya tuan."
"Menurut kamu bagaimana dengan wanita itu ?" tanya Neo pada Milano.
" Menurut saya dia wanita baik. Tapi saya merasa ada yang beda dengan wanita itu."
Seketika Neo melirik kearah Milano.
"Apa itu?"
"wanita itu terlihat baik dan pekerja keras tuan,apalagi selama ini banyak wanita mendekati tuan hanya karena mencari keuntungan pribadi mereka sendiri. Tapi tidak berlaku untuk wanita satu ini."
"Sepertinya pikiran kita sama, wanita ini sangat berbeda dengan wanita lain yang aku temukan." ucap Neo yang menyadari perbedaan dia dengan wanita lainnya.
"Sepertinya tuan harus mendekatinya." sontak membuat kaget Neo.
"Atas dasar apa aku harus mendekati dia."
"Maaf bila saya lancang tuan, karna sedari awal tuan sudah menyukai wanita itu. Itu akan menjadi peluang tuan untuk meluluhkan hati tuan besar, karna dari awal tuan besar selalu mendesak tuan untuk segera menikah. Jika memang tuan tertarik dengan wanita itu, segera jadikan dia kekasih tuan, sebelum ada orang yang merebutnya."
"Itu tak akan terjadi." Ambisi Neo mulai nampak, dia tak ingin kalah dengan segala sesuatu.
" Jika memang begitu mulai dari sekarang tuan harus berusaha mendekatinya, walau....."
"Walau apa?"
" Sifat keras kepalanya itu menjadikan tuan harus extra sabar." ucap Milano.
"Apa kamu kira aku tak bisa melakukan itu? "
"Bukan itu tuan." jawab Milano yang takut menyinggung perasaan tuannya.
Neo terdiam, sepertinya apa yang di katakan Milano ada benarnya juga, apalagi kakeknya terus mendesak untuk dirinya menikah.
Dia hanya belum mendapatkan wanita yang cocok, tapi setelah dia dipertemukan oleh wanita itu semua berubah seketika.
"Sepertinya aku harus mencoba mendekati wanita itu." batin Neo yang yakin dengan apa pilihannya, Neo tersenyum puas.
Jovita baru saja sampai dirumahnya, Jovita langsung ke dapur mengambil air putih dimeja .
"Capeknya." Jovita duduk dikursi dapur. Tiba-tiba saja pikiran tertuju ke Nina sahabatnya.
"Apa mungkin sih kalau dia dibelakang selingkuh." Jovita masih kurang yakin dengan apa yang dia pikirkan.
"Coba besok aku tanya lagi sama Nina." Jovita langsung ke kamar mandi, setelah selesai dia segera tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Nah kan karakter yg begini aku bisa langsung down bacanya..
2024-08-27
0
Qaisaa Nazarudin
Aku langsung ilfil dengan cewek yg sifatnya suka ngejar2 cowok,Murahan banget harga dirinya,Apalagi saat tau kalo tuh cowok Tajir,gak kira yg masih bujangan,tungan orang,Suami orang juga sanggup di embat,Apalagi jenis cewek yg TEROBSESI gila parah banget..
2024-08-27
0