Jovita masih tertidur pulas ditempat tidur, dia benar-benar merasa lelah. Waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi, Jovita masih malas untuk bangun.
Tiba-tiba saja Handphone miliknya berdering, Jovita segera meraihnya.
"Hallo, selamat pagi." sapa Neo
"Pagi." jawab jovita dengan nada suara baru bangun tidur.
"baru bangun tidur ya?" tanya Neo yang sudah rapi dengan baju kerjanya.
"Iya, baru aja bangun." jawab jovita dengan malasnya membuka mata. Jovita melihat jam dinding ternyata sudah menunjukkan pukul 7 pagi.
"Masuk jam berapa?" tanya Neo.
"Masuk sore." jawab jovita yang sudah duduk dipinggiran tempat tidur.
"Ya sudah, jangan lupa sarapan." Neo mengingatkan Jovita agar tak telat makan.
"Iya." jawab jovita yang masih menahan rasa ngantuknya.
"Apa aku suruh Milano untuk mengantarkan sarapan pagi untuk kamu." Neo menawarkan bantuan.
"Tidak, aku bisa masak sendiri ." yang menolak secara halus.
"Jika begitu nanti siang aku akan makan siang dirumahmu." ucap Neo yang penasaran bagaimana rasanya masakan dari Jovita.
"Ya sudah nanti siang akan aku siapkan." ucap Jovita yang akan masak untuk Neo yang pertama kalinya.
"Ya sudah sayang, aku mau berangkat kerja dulu." pamit Neo.
"Iya, hati-hati dijalan." pesan Jovita, setelah selesai Jovita segera ke kamar mandi sekedar cuci muka. Setelah itu dia mengambil botol yang berisi minuman. Dia mulai berpikir akan masak apa.
"Coba aku cek dulu." batin Jovita yang mengecek isi didalam lemari gantung.
Di dalam lemari gantung hanya ada sayuran, mie, telur, dan sosis. Ada tahu juga yang dia simpan di kotak, dia pun mempersiapkan bahan-bahan yang akan dia masak.
Sebelum itu dia beres-beres rumah hingga bersih mengingat nanti siang Neo akan datang kerumahnya.
Ditempat lain
Neo dan kakek makan bersama diruang meja makan.
"Nanti kakek mau pergi ke rumah sakit." pamit kakek Arthur pada cucunya.
"Kakek sakit?" tanya Neo lagi.
"Kakek tidak sakit hanya pengecekkan rutin kesehatan tiap bulan." jawab Kakek Arthur yang terbiasa setiap bulannya cek kesehatan.
"Oh begitu, nanti biar Eza yang akan menemani kakek dirumah sakit." kata Neo yang mempercayakan pada Eza Asisten pribadi kakeknya.
"Maaf, untuk hari ini Neo tidak bisa menemani kakek dirumah sakit." permintaan maaf dari Neo pada kakeknya yang tak bisa menemani kakeknya.
"Kakek tahu kamu pasti sibuk dengan pekerjaan kantor." kata kakek Arthur memaklumi betapa cucunya sibuk dikantor.
"Ya sudah kek Neo pamit mau berangkat dulu." Akhirnya Neo berangkat kerja walaupun dia sedikit bersalah tak bisa menemani kakeknya ke rumah sakit.
Ditempat lain
Jovita sudah selesai dengan pekerjaan rumahnya dan dia sedang sibuk memasak. Satu-persatu masakkan Jovita sudah jadi, kini tinggal dia hidangkan diatas meja.
"Akhirnya beres juga." Jovita duduk istirahat didapur dengan kondisi yang masih berkeringatan.
Tiba-tiba saja ada suara ketukkan dari arah pintu rumahnya.
"Tok... Tok..." Jovita langsung menghampirinya.
"Nina." berdirilah Nina di depan pintu rumahnya dengan kondisi agak pucat.
"Kamu tidak kerja?" tanya Jovita yang sedari tadi Nina diam dengan mata sedikit bengkak.
"Kamu habis nangis? " tanya Jovita melihat wajah Nina benar-benar pucat dan disaat ditanya Nina hanya menangis.
"Ayo masuk." Jovita menarik tangan Nina, Nina pun duduk terdiam dengan wajah pucat.
"Kamu kenapa Nin?" Jovita terlihat khawatir dengan kondisi Nina sedikit lemas dan pucat.
"Pasti dia habis menangisi sesuatu." batin Jovita yang melihat kedua mata Nina bengkak.
Nina langsung menangis sekeras-kerasnya.
"Jo a-aku diputusin ayang." Nina menangis dipelukkan Jovita.
"Apa!" sontak Jovita kaget.
"Kenapa kalian putus, bukannya hubungan kalian baik-baik saja."
"Diam-diam dia sedang mencintai wanita lain jo, aku sangat kecewa." Nina tak bisa menahan kesedihannya.
"Sudahlah, jangan tangisi apa yang sudah terjadi. Mungkin saja dia pria bukan terbaik untuk kamu cintai." ucap Jovita.
" Nin, badanmu kok panas begini, kamu sakit ya." Jovita makin khawatir dengan kondisi Nina makin drop.
"Ayo kita ke dokter sekarang?" Nina hanya menangis saja, Jovita Makin bingung.
"Sudahlah, jangan menangis lagi. Sekarang fokuslah dengan keadaanmu saat itu. Ayo aku antar ke dokter sekarang. "ajak Jovita yang sudah lari kekamarnya mengambil jaket.
"Tapi dia tega menghianatiku jo, aku salah apa selama ini padanya." Nina masih galau dengan nasib cintanya.
Jovita merasa prihatin dengan apa yang sedang di alami sahabatnya.
"Ayo kita ke rumah sakit sekarang." ajak Jovita.
" Aku tidak mau." jawab Nina dengan lemas.
" Kamu itu susah dibilangin, kalau kamu sakit siapa yang ngurus kamu. Ayo cepat bangun." Jovita menarik badan Nina, mereka akhirnya pergi ke rumah sakit.
Mereka sampai juga di rumah sakit, Jovita mendaftarkan temannya.
"Ini mbak nomer antriannya." mereka langsung ke tempat praktek dokter, sedari tadi dia terus memegang Nina.
Mereka sedang menunggu giliran di ruang tunggu.
"Aku tinggal dulu ke toilet ya, jangan kemana-mana kamu." pesan Jovita pada Nina.
Jovita dengan cepat ke toilet, dia takut terlalu lama tinggal Nina. Setelah selesai di toilet Jovita segera lari menghampiri sahabatnya, pandangan Jovita langsung teralihkan ke seorang kakek yang jatuh yang tertabrak dengan seorang laki-laki yang saat itu berlari dengan kencang.
Kakek itu mencoba berdiri, Jovita pun membantu kakek itu.
"Mari kek, saya bantu." Kedua tangannya mengangkat tangan kakek itu.
"Kakek, tidak apa-apa kan." Kakek itu membalas dengan anggukkan.
"Kakek sama siapa disini, kok kakek sendirian?" tanya Jovita pada kakek itu.
"Tadi kakek pergi bersama asisten kakek, tapi dia sekarang sedang pergi."
"Oh jadi kakek berangkat sama asisten kakek."
"Kebetulan cucu kakek sedang sibuk, jadinya kakek pergi bersama asisten kakek."
"Ya sudah kek, hati-hati dijalan ya." ucap Jovita dengan membalas senyuman.
"Nama kamu siapa?" tanya kakek Arthur.
"Nama saya Jovita kek, bisa dipanggil Vita." jawab jovita.
"Oh Jovita ya"
"Iya kek. ya sudah, Saya mau balik dulu." Jovita yang baru saja akan pergi kaget dengan kehadiran pria besar mendekati mereka.
Tuan."
"Kamu dari mana?" tanya kakek Arthur.
"Maafkan saya tuan, saya tadi ke toilet." jawab pria besar itu.
Jovita langsung menghampiri pria itu. "Maaf ya, jangan sekali-kali anda tinggalkan kakek ini. Asal anda tahu tadi kakek ini jatuh ditabrak seseorang hingga terjatuh. Saya harap jangan pernah kamu meninggalkannya ." ucap Jovita mengingatkan pria itu.
Pria besar itu menoleh kearah tuannya. "Sudahlah yang terpenting aku baik-baik saja." jawab Kakek itu.
Pria kekar itu hanya terdiam.
"Sepertinya nama itu seperti tidak asing aku dengar." batin Kakek Arthur yang diam-diam mencurigainya.
Dari kejauhan Ada Nina yang baru saja berjalan lewati lorong rumah sakit.
"Bejoooo." sontak Jovita menoleh kearah lorong sebelah kanan.
"Ayo kita pulang sekarang."ajak Nina pada Jovita.
"Pulang gimana, bukannya kita mau periksa kamu ke dokter."
"Telat, tadi aku sudah masuk. Kamu juga lama ke toilet." ucap Nina yang kesal pada sahabatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Ehem ehem ketemu cucu mantu mah..😄
2024-08-27
0
Qaisaa Nazarudin
Cowok mah cepet bosan apalagi kalo jenis cowok yg ngedepanin nafsu doang,pasti ganti cewek kayak ganti baju..
2024-08-27
0
Qaisaa Nazarudin
Apalagi pasti ketahuan pacarnya selingkuh..
2024-08-27
0