"Silakan tuan, mau pesan apa?" tanya Jovita pada lelaki itu.
"Pesan Coffee Cappucino dua." ucap pria itu, pria itu langsung memberikan uang tunai.
"Meja nomor berapa?"
" Nomor 10." jawab pria itu yang masih berdiri didepan meja kasir
"Ini tuan kembaliannya, mohon ditunggu sebentar. " pria itu langsung pergi, seketika Jovita merasa aneh dari pria itu.
"Kok rasanya aku kenal dengan wajah pria itu. Tapi dimana ya." Jovita mencoba mengingat tapi tetap saja dia tak ingat.
"Coffee Cappucino 2 meja nomor 10."
" Siap." Nina langsung membuat pesanan pelanggan. Setelah jadi dia langsung mengantarkan pesanan di meja nomor 10.
"Ini tuan." ucap Nina yang langsung meletakkan minuman itu dimeja.
Nina pun kembali ke tempat kerjanya.
"Bejo." Nina memanggil namanya, langsung saja dia melempar kain lap kearah Nina.
"Aduh kepala aku."
"Bejo pala kamu." Jovita marah namanya diubah bejo.
"Hey bestie." tangan Jovita ditarik Nina.
"Didepan ada cowok tampan." bisik Nina pada telinga Jovita.
"Lalu?" tanya lagi Jovita.
"Kalau kamu lihat pasti kamu langsung jatuh cinta . Wajahnya tampan bener." ungkap Nina yang sedikit tertarik dengan pria itu.
Jovita penasaran ingin melihat pria itu. Jovita sontak kaget, bagaikan disambar petir.
"Dia kan." batin Jovita yang masih tak percaya dengan apa yang dia lihat.
Neo langsung balik menatap wajah Jovita , sontak membuat Jovita kaget.
"Dia kan pria yang aku tolong kemarin itu kan." batin Jovita, dia baru menyadarinya.
Neo sontak sedikit tersenyum. "Akhirnya dia sadar juga." batin Neo, Jovita malah terlihat bingung. Kok pria itu bisa tahu aku kerja disini.
"Tuan, ada informasi penting yang harus saya sampaikan pada tuan." sekilas tatapan Neo terlihat dingin.
"Informasi apa yang ingin kamu sampaikan." tanya Neo pada Milano.
"Ternyata benar yang melakukan itu atas perintah tuan Harry, dan dapat dipastikan jika mereka anak buah dari tuan Harry." laporan dari Milano.
"Tidak ada lelahnya dia berbuat onar seperti ." Neo pun tak kaget jika semua ini perbuatan dari tuan Harry diam-diam berani melakukan hal itu.
"Lalu bagaimana tuan?" tanya lagi Milano pada tuannya.
"Kamu pantau terus pergerakkan mereka, jangan sampai mereka mencurigai kita ." pesan Neo pada Milano.
"Baik tuan." jawab Milano yang mengikuti perintah tuannya.
"Kita cari momen yang tepat untuk mereka , jangan terlalu buru-buru." ucap Neo untuk lebih memilih Berhati-hati dalam bertindak.
Milano pun mengerti apa maunya dari tuannya, dia mulai mengikuti arahan dari tuannya.
Neo masih duduk terdiam sambil menatap wajah wanita itu dari kejauhan.
Sedari tadi Jovita merasa gelisah, karna didepan ada seseorang yang terus memperhatikan dia.
Jujur saja jika Jovita mengenal orang itu. Dia pria yang kemarin dia tolong, tapi yang membuat heran dia kenapa pria itu bisa tahu jika dirinya bekerja disini.
Makin membuat penasaran Jovita pada pria itu, Jovita makin risih dengan cara pandang pria itu.
Jovita segera lari ke belakang, dia menuju toilet. Jovita mencuci mukanya, sembari mengumpat.
"kenapa sih dari tadi lihat kesini terus, kenapa juga dia bisa tahu aku kerja disini." batin Jovita yang kesal pada pria itu.
Setelah selesai di toilet Jovita bergegas keluar dari toilet, tanpa dia sadari di luar lorong dekat toilet ada seorang pria berdiri bersandar ditembok.
"Kamu." Jovita kaget dengan kehadiran pria itu.
"Iya." jawab Pria dengan tatapan dingin.
"Kamu kan pria yang kemarin itu kan?" tanya Jovita pada pria itu, Neo pun membalas dengan anggukkan.
Sedangkan Jovita merasa heran dengan pria satu ini. "Kenapa kamu bisa tahu aku kerja disini, gara- gara kehadiran kamu hidupku makin tidak aman." Jovita langsung menuduh pria itu, sontak membuat Neo bingung.
"Maksud kamu apa?"
"Semenjak aku menolong kamu, aku merasa ada seseorang yang sedang mengawasiku." ucap Jovita yang sedikit ketakutan, Neo pun akhirnya mengerti apa maksud dari Jovita. Neo yakin jika yang dia maksudkan adalah orang suruhan Neo sendiri. Karna dari awal dia menyuruh anak buahnya untuk mengawasi wanita satu ini.
"Untuk masalah itu aku tidak tahu apa-apa." ucap Neo yang sengaja berbohong.
"Lalu kenapa kamu kesini?" Neo lebih memilih bungkam, Jovita pun makin kesal dengan pria satu ini.
"Pasti pria ini punya maksud tertentu." batin Jovita yang asal menebak. Dengan cepat dia pergi, tapi sayangnya tangannya ditarik oleh pria itu.
"Lepaskan." Jovita mulai berontak.
"Terimakasih." ucap Neo yang langsung merespon dengan bingung dari Jovita.
"Maksud kamu apa?" tanya balik Jovita yang masih kebingungan.
"Soal kejadian kemarin." Neo pun langsung melepas tangan Jovita dan pria itu segera pergi meninggalkannya di lorong itu.
"Kamu itu ya!" Jovita terus mengumpat, dia merasa aneh dengan pria satu ini.
Jovita langsung kembali ketempat kerjanya, sedari tadi pria itu tak hentinya memperhatikan Jovita.
Neo masih saja melirik wanita itu dari kejauhan, terlihat jika wanita itu sibuk melayani para pembeli. Sesekali dia tersenyum, membuat Neo merasa iri karna dia tak pernah diberikan senyum itu.
Jovita mulai menata satu-persatu pesanan yang sudah jadi.
"Meja Nomor 5." Jovita memberikan nampan berisi makanan dan minuman. Sedangkan Nina mengantarkan pesanan.
Jovita pun cepat menyelesaikan pekerjaan, tapi tetap saja pria itu masih memperhatikan dirinya.
"Lama-lama aku usir saja dia." Jovita kesal dengan pria itu, Jovita merasa risih dengan cara dia memperhatikan dirinya.
Jovita mulai mencatat pesanan pelanggan.
"Ini kembalinya nona." Jovita langsung mendekati Nina.
"Pesanan baru." Jovita memberikan kertas pada Nina. Sesekali dia melirik kearah depan, ternyata pria itu sudah keluar dari tempat itu.
"Syukurlah." Jovita duduk jongkok dilantai.
"Syukur apaan?" tanya balik Nina.
"Tidak apa-apa." jawab jovita yang ikut membantu Nina.
"Mulai sekarang kamu main rahasia segala." ucap Nina yang kesal pada Jovita.
"Ini sudah jadi." Jovita sudah selesai, kini Nina tinggal mengantarkan pesanannya.
Jovita merasa lega, akhirnya pria itu pergi juga, dalam hidupnya dia tak ingin berurusan dengan pria lagi. Di kehidupan sebelumnya dia pernah dikecewakan oleh laki-laki, jadi dia menjadi sedikit trauma.
Jovita kembali mengisi laporan, Nina datang meletakkan uang tepat dimeja kasir.
" Ini uang apaan?" tanya Jovita.
"Gimana kamu itu, tiga hari yang lalu aku kan pinjam uangmu. Ini aku kembalikan." jawab Nina yang bertujuan mengembalikan uang Jovita.
"Kan nanti malam bisa kan." ucap Jovita.
"Nanti aku lupa, kamu tahu sendiri kan aku orangnya pelupa .Daripada nanti mendingan sekarang saja." jawab Nina Yang sadar diri orangnya pelupa.
"Ya sudah aku terima." uang itu langsung dia masukkan ke kantong celananya.
"Datang juga kamu." ucap Nina yang melihat Thomas baru saja datang.
"Akhirnya aku bisa istirahat juga." ucap Nina yang memang waktu kerjanya habis.
"Mendingan biar aku yang lanjutin, kamu kebelakang sana. " ucap Thomas yang memerintahkan Jovita untuk segera kebelakang.
"Bentar masih kurang sedikit." Jovita masih menulis di buku itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments