Sore hari
Setelah selesai Jovita segera pergi keruang belakang, dia bertemu Nina yang sudah siap akan pulang.
"Aku pulang dulu ya." pamit Nina pada Jovita yang masih sibuk dengan tasnya.
"Ya sudah." jawab jovita yang masih berdiri di depan loker.
"Nanti malam aku kabari lagi." kata Nina yang sedari awal ingin mengajak Jovita jalan-jalan, Mumpung pas malam minggu.
Setelah dia pulang, Jovita mampir ke warung dekat rumahnya.
"Permisi bang."
" Mbak vita, mau beli apa?"
" Mau beli cabe sama sayuran." Jovita mengambil sayur sawi putih dengan cabe yang sudah dikemasi plastik.
" Ini bang uangnya." Jovita memberikan uang.
"Makasih ya mbak."
"Sama-sama bang." Jovita segera pulang, rasanya dia ingin memasak.
Baru 5 menit dia berjalan dia merasa ada orang yang mengikuti dirinya. "Apa perasaanku aja ya." batin Jovita merasa jika dirinya terus diawasi.
Jovita berjalan dengan cepat. Dia ketakutan jika benar ada orang yang ingin usil dengannya.
Setelah sampai dirumah, Jovita merasa lega akhirnya dia sampai juga.
"Bener-bener sial hidup aku." Jovita merasa hidupnya makin berat. Jovita bergegas ke kamarnya,setelah itu dia bergegas ke dapur memasak.
"Hemmm harumnya." Jovita tak sabar ingin menyantap makan siangnya.
"Kenyang juga." Jovita baru saja selesai makan siang,tiba-tiba handphone miliknya berdering.
"Hallo buk."
"Hallo nak, bagaimana kabar kamu disana? " tanya ibunya Jovita pada putrinya.
"Baik-baik aja buk, bagaimana kabar ayah sama adik, buk?" tanya balik Jovita.
"Mereka semua baik-baik saja, nak kamu sudah dengar kabar tentang Andra."
"Kabar apa, buk?" tanya balik Jovita.
"1 bulan lagi Andra mau nikah." sontak membuat dirinya kaget.
"Apa nikah?"
"Iya nak, dia akan menikah dengan Aulia anak kampung sebelah." Jovita pun tak kaget karna dari awal Andra dan Aulia mempunyai hubungan.
"Sudahlah buk, urusanku dengan mereka sudah selesai." ucap Jovita yang tak mau memikirkan kejadian itu.
"Maaf kalau ibu salah." ibunya merasa bersalah.
"Ibu tidak salah , yang terpenting vita baik-baik saja." kata Jovita yang tak ingin membuat khawatir ibunya.
" Ya sudah nak, ibu mau rebus air dulu. ingat pesan ibu, jaga kesehatan kamu."pesan seorang ibu pada anaknya untuk lebih Berhati-hati.
"Iya, buk." sambungan telepon langsung terputus.
Jovita mencoba lebih bersabar, dia menahan tangisannya.
"Semoga tuhan memberikan pengganti yang lebih sempurna." batin Jovita yang sedikit merasa kecewa pada mereka berdua.
Siapa lagi bukan Andra dan Aulia, Aulia adalah sahabat dari Jovita.
Andra dan Aulia diam-diam menjalin hubungan hingga Jovita memilih putus dengan Andra dan memilih pergi dari kampung lalu bekerja di kota seperti hari ini.
Semua hanya kenangan, kini dia harus bangkit dari kepurukkan. Mencari kebahagiaan yang sesungguhnya.
Neo baru saja pulang dari tempat kerjanya, beberapa pelayan menyambutnya didepan pintu.
"Tolong siapkan kopi hitam." perintah Neo pada Pak Roy yang bertanggung jawab sebagai kepala asisten.
"Baik tuan." Neo segera masuk ke kamarnya.
Dia masih duduk santai dikursinya,dia melihat beberapa foto yang dia simpan.
"Cantik." batin Neo yang diam-diam menyukai wanita itu, siapa lagi kalau bukan jovita.
"Tok... Tok."
"Masuk." datanglah Pak Roy membawa minuman pesanannya.
"Ini tuan." Neo membalas dengan anggukkan.
"Tuan." Neo langsung menoleh kearahnya.
"Ada apa?"
"Tadi tuan besar berpesan pada saya untuk menyampaikan pesan untuk tuan jika nanti malam tuan besar akan menjemput tuan untuk menghadiri acara di perusahaan."
"Malam ini?"
"Iya tuan." jawab Pak Roy, Neo terdiam memikirkan sesuatu.
"Baiklah." jawab Neo. Pak Roy segera keluar dari ruangan itu.
"Pasti kakek sedang merencanakan sesuatu di belakang." batin Neo.
Malam hari
Jovita terlihat sudah rapi dengan baju santainya, malam ini dia ingin keluar dengan sahabatnya.
Jovita masih santai duduk di ranjang tempat tidurnya.
Tiba-tiba Handphone Jovita berdering.
" Gimana jadi tidak ?" tanya Jovita.
" Jadilah, ini aku mau berangkat. Kita ketemuan di taman ya." ucap Nina yang tak sabar mau berangkat.
"Oke." sambung telepon langsung terputus,kini dia segera keluar.
Setelah melewati gang sempit, dari arah tikungan ada beberapa orang pada nongkrong.
"Pak."
"Mbak Vita, mau kemana mbak? " ditanya seorang bapak-bapak.
"Mau keluar pak, bisa tidak bapak antar saya keluar ?" tanya Jovita.
"Bisa mbak." bapak-bapak itu dengan semangat mengantarkan Jovita, kebetulan bapak itu tukang ojek dekat kontrakkan Jovita.
"Tapi kemana mbak?"
"Ke taman kota pak." jawab Jovita.
"Siap mbak." Jovita berangkat menaiki ojek langganannya.
Jovita sudah sampai di taman kota. "Ini pak uangnya. " Jovita memberikan uang.
"Makasih mbak." Jovita membalas dengan senyuman. Jovita langsung masuk ke dalam taman.
Ternyata Nina belum datang juga. Jovita menunggu dibangku dekat taman.
"Lama sekali itu bocah datang." batin Jovita yang sudah lama menunggu di taman.
"Hai Bejo." itu Nina yang baru sampai.
"Lama sekali ." ucap Jovita yang sadari tadi menunggunya.
"Biasa macet bu ."ucap Nina yang sudah rapi dengan jaket yang dia pakai.
Mereka berdua langsung duduk di taman, sebegitunya mereka asyik ngobrol Nina terlihat lesu.
"Kenapa lesu begitu wajah kamu."
"Aku bingung seharian ini aku telepon dia tidak bisa terus." Nina mengeluh tidak bisa telepon pacarnya.
Jovita terdiam menanggapi apa yang dikatakan Sahabatnya. Apalagi itu masalah pribadi mereka sendiri.
"Kamu sabar aja, kalau memang dia tidak bisa dihubungi. Besok kamu coba lagi." pesan Jovita.
"Tapi kalau aku boleh jujur ya, aku sedikit curiga." sontak membuat Jovita kaget.
"Maksud kamu kalau pacarmu itu selingkuh begitu ." Nina membalas dengan anggukkan.
"Kalau memang begitu selidiki saja dulu." Nina terdiam memikirkan apa yang dikatakan Jovita.
Jovita berdiri dari tempat duduknya.
"Kamu mau kemana?"
"Aku mau beli itu." tunjuk ke arah ada gerobak dagangan.
"Ya udah sekalian aku juga mau." ucap Nina.
"Oke." Jovita langsung pergi membeli sesuatu.
Dari kejauhan ada seseorang yang sedang memperhatikan dirinya . kakek Arthur merasa curiga dengan cucunya yang sedari tadi menatap diluar, sontak saja kakek Arthur tersenyum. ternyata cucunya sedang memperhatikan seorang wanita.
"Gimana menurut kamu? " tanya kakek Arthur pada cucunya.
"Tentang wanita diluar itu?"tanya Kakek Arthur yang mencoba membisikkan sesuatu ditelinga Neo.
"Cantik ya."bisik kakek Arthur.
"Cantik sekali." jawab Neo, sontak Neo mendapatkan pukulan keras dari kakeknya.
"Besok kamu bawa perkenalkan pada kakek. " ucap kakek Arthur,sontak membuat Neo kaget.
"Maksud kakek apa? "
"Sepertinya kamu tertarik dengan wanita tadi ya. Syukurlah cucuku masih normal." Neo sedikit tersinggung dengan ucapan kakeknya.
"Apa kakek kira Neo ini tidak normal."
"Kamu tahu sendiri kabar di luar sana kan, jika kamu dikabarkan penyukai sesama sejenis. Kakek malu ."
Neo terdiam, dia juga tak ingin menanggapi kabar di luar sana. Posisi Neo ada di dalam mobil dengan kakeknya, tanpa sengaja dia melihat Jovita yang saat itu ada di taman kota.
"Dia pergi dengan siapa ya?" batin Neo yang penasaran.
Jovita kembali menghampiri Nina yang sedang santai duduk di bangku taman.
"Ini." Jovita memberikan sebungkus jajanan pada Nina.
"Gimana bisa tidak?"
"Tetap aja nggak bisa dihubungi." Nina merasa lemas, sedari tadi dia sudah berusaha menghubungi pacarnya.
"Ya sudah, nanti malam coba kamu hubungi lagi." ucap Jovita pada Nina, Nina membalas dengan anggukkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments