Pagi-pagi sekali Jovita sudah bangun, dia segera membereskan tempat tidurnya. Hari ini dia berkerja di Shift pagi, semua pekerjaan rumah beres kini tinggal dia mempersiapkan baju kerjanya.
Jovita sudah rapi dengan baju kerjanya, kini dia saatnya berangkat kerja.
Seperti biasanya dia berangkat dengan menaiki transportasi umum.
Setelah sampai ditempat kerja, sudah ada Jhon yang lebih dulu sampai.
" Eh kamu vit, katanya Nina kamu sakit?" tanya Jhon pada Jovita.
"Memang , tapi sekarang aku sudah sembuh." Jovita yang sudah berdiri di mesin kasir. Jovita bantu Jhon angkat piring dan gelas.
"Biar aku aja, kamu buka pintu aja. Kan udah waktunya buka."
"Beres." Jovita langsung membuka pintu. di luar sudah ada managernya yang baru datang.
"Vita, katanya kamu sedang sakit? " tanya pak manager pada Jovita.
" Iya pak, tapi sekarang sudah sembuh pak." jawab Jovita pada pak managernya.
"Ya sudah, kamu lanjutkan pekerjaanmu."
Jovita langsung kembali ke tempat kerjanya, sedangkan Jhon sibuk mempersiapkan beberapa bahan minuman.
Baru buka 10 menit, sudah ada pembeli. Jovita langsung melayani pembeli, Jhon pun sudah siap menerima pesanan pelanggan.
Ditempat lain
Neo duduk santai diruang meja makan bersama kekeknya.
"Neo."
"Hmmm." jawab Neo yang sedang sibuk dengan handphone.
"kamu itu ya, dipanggil tidak jawab." Neo mulai menatap kearah kekeknya.
"Ada apa kek?" tanya Neo pada kakeknya.
"Nanti kakek ikut kamu ke perusahaan." jawab Kakek Arthur yang akan ikut cucunya ke kantornya.
"Memangnya ada apa, tidak biasanya kakek ikut Neo."
"Kakek sudah janjian mau bertemu dengan tuan Parker, membicarakan tentang kerjasama dengan perusahaan kita." Neo pun terdiam seolah dalam pikirannya.
"Terserah ." satu kata yang terlintas di otak Neo.
"Baiklah kek." jawab singkat Neo.
"Nanti sekalian kamu temani kakek." permintaan kakek Arthur.
"Apa harus?"
"Ya harus, ini mengenai kerjasama dengan perusahaan kita." jawab kakek Arthur.
"Baiklah." jawab Neo yang mengikuti intruksi dari kakeknya.
Akhirnya mereka berangkat bersama, hingga beberapa karyawan di kantor menyambut kedatangan mereka berdua.
"Selamat pagi tuan." Neo membalas dengan anggukkan.
"Pagi." jawab kakek Arthur pada mereka.
Neo sudah sampai diruang kerjanya bersama kakeknya. Didalam mereka membicarakan sesuatu tentang masalah perusahaan.
"Bagaimana, apa kamu mengerti."
"Mengerti kek." jawab Neo, tiba-tiba saja terdengar suara ketukkan pintu.
"tok.. tok.."
"Masuk." datanglah Nick yang menghampiri tuannya.
"Maaf tuan, diluar ada tamu mencari tuan besar."
"Ya sudah, suruh dia masuk." ucap kakek Arthur yang memerintahkan mereka masuk.
"Baik tuan." Nick segera mempersilakan mereka masuk.
Tuan Parker tidak datang sendiri, dia datang bersama putrinya siapa lagi jika bukan Laura.
"Silakan masuk tuan Parker." Mereka saling berjabat tangan,disusul dengan Laura yang terakhir berjabat tangan.
Neo pun memilih mundur, dia tak ingin ikut campur pekerjaan kakeknya.
Laura sedikit melirik pria yang ada didepannya.
"Tampannya." batin Laura yang jatuh cinta pada pria didepannya.
Neo terlihat cuek tak menanggapi orang didepannya.
"Neo ayo duduk disini." perintah kakeknya, dia pun akhirnya menuruti perintah kakeknya.
Neo duduk saling berhadapan dengan Laura, "Selamat datang tuan Parker, sepertinya tuan Parker tidak begitu sabar ingin kerjasama dengan kami." ucap kakek Arthur yang sedari awal ingin membicarakan soal bisnis.
"Iya tuan, saya juga yakin jika nanti kita saling bekerjasama kita pastinya akan meraih keuntungan yang besar pula." ucap tuan Parker.
"Pastinya." jawab Kakek Arthur.
" Apa lagi hubungan itu berlanjut ke putri saya dengan cucu anda." mulailah pembicaraan mereka sedikit membuat Neo curiga.
"Maksud anda apa?" Neo menatap dengan tatapan dingin kearah tuan Parker seperti mengisyaratkan sesuatu dibelakang.
Kakek Arthur merasa juga ada yang aneh dari ucapan itu.
Kakek Arthur melirik kearah cucunya yang sedikit melihat raut wajah ketidak sukanya.
"Jika kerjasama ini kita lanjutan dengan hubungan dua keluarga maka akan saling menguntungkan, seperti putri saya menikah dengan cucu anda tuan Arthur." jawab tuan Parker, Neo tersenyum.
"Sudah mulai dia , terlalu gampang dibaca gerak-gerik kalian." batin Neo yang sudah hafal tujuan mereka.
"Itu tidak penting, jika tuan ingin bekerjasama dengan kami ya kita lakukan seperti wajarnya selayaknya antara teman bisnis. Tidak harus mengikat dengan pernikahan dua keluarga, itu sudah terlalu kuno." jawab Neo yang secara terang-terangan menolak langsung.
Tuan Parker mulai mengerti jika Neo tidak setuju dengan apa yang di ucapkan.
" Sebenarnya anda datang kesini membahas pekerjaan atau ada maksud lainnya. Jika masalah pekerjaan saya terima kalau menyangkut hal yang bukan berkaitan dengan pekerjaan maaf saya tidak bisa membantu." ucap Neo yang sudah menolak.
"Tetapi jika mana semua disatukan, nantinya akan menjadi kuat." ucap tuan Parker.
"Itu menurut anda, tapi Bagi saya sama saja. yang membedakan siapa yang akan mendapatkan keuntungan lebih dari kerjasama itu."
Kakek Arthur mulai mengerti arah pembicaraan cucunya itu.
"Baiklah tuan Parker, jika memang anda ingin melanjutkan kerjasama ini kami akan siap menerima. Tapi soal yang tadi maaf kami belum terpikirkan sampai disana."
Tuan Parker akhirnya mengalah, ternyata sulit untuk menyakinkan mereka.
" Baiklah tuan, akan saya lanjutkan kerjasama kita." ucap tuan Parker.
Neo menatap tajam kearah tuan Parker, seolah dia menunjukkan rasa ketidak sukanya pada mereka berdua siapa lagi jika bukan Laura yang secara terang-terangan berani bermain dengannya.
"Sepertinya wanita itu tak akan pernah menyerah sebelum mendapatkan yang di inginkan." batin Neo yang sudah tahu dari gerak-gerik wanita ini.
"Kakek Neo mau keluar dulu." bisik Neo pada Kakeknya.
"Ya sudah." Neo langsung pergi dari tempat itu, dia segera pergi ke ruangan kerja Milano.
"Lihat saja, sekali kamu menolak akan kukejar kamu." batin Laura yang tak akan pernah menyerah mengejar pria yang dia sukai.
Neo dengan malasnya masuk ke ruang kerja Milano.
" Tuan." Milano kaget dengan kehadiran tuannya,Neo duduk santai didepan Milano.
"Kamu duduk saja, aku hanya sekedar menghindar dari dua orang itu."
"Maksud tuan?"
"Biasa modus mereka menawarkan kerjasama yang berujung perjanjian pernikahan." ucap Neo dengan santai.
Milano pun mengerti arah pembicaraan tuannya.
"Sepertinya banyak orang yang ingin mencari kesempatan itu tuan." jawab Milano.
"Pastinya demi kekuasaan mereka akan melakukan hal gila seperti itu." Neo sudah muak cara kerja mereka.
Ditempat kerja Jovita
Jovita baru saja istirahat siang, dia duduk dikursi dekat kasir sambil menunggu pelanggan datang.
"Nih." Jovita diberikan roti pada Jhon .
"Ini beneran?" tanya Jovita lagi
"Sudahlah kamu makan." perintah Jhon pada Jovita
"Terimakasih." Jovita langsung menerima roti dari kawan kerjanya.
"Kemarin gimana?"
"Gimana apanya sih." jawab Jhon lagi.
"Kemarin kan aku tidak masuk kerja kan."
"Oh masalah itu Nina yang tahu, dia pamitkan kamu ke manager jika kamu tidak bisa masuk dikarenakan kamu sakit." jawab jhon yang hanya sekedar tahu dari situ.
"Oh gitu ya." jawab Jovita.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang, Neo masih sibuk dengan pekerjaan kantornya.
"tok.. tok"
"Masuk." Milano masuk dengan membawa sesuatu di dalam kantong plastik hitam.
"Ini pesanan tuan." Neo langsung menerimanya.
"Bagaimana keadaan dia?" tanya Neo pada Milano yang sempat menyuruh membeli sesuatu di tempat kerja wanita itu.
"keadaan nona Jovita baik-baik saja tuan, apa lagi hari ini nona Jovita sudah masuk kerja." laporan dari Milano.
" Ya sudah, ini kamu bawa dan serahkan ini pada Nick." perintah Neo pada Milano.
"Baik tuan." Milano segera keluar dari ruangan itu.
Neo duduk terdiam menghadap jendela kaca diruang kerjanya.
"Sayang." batin Neo yang diam-diam sedang merindukan seseorang, siapa lagi jika bukan Jovita .
Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore, sudah waktunya dia pulang.
"Hallo bestie." tiba-tiba saja Nina memeluk dirinya.
"gimana, kamu sudah sembuh?" tanya Nina pada Jovita yang sudah siap pulang.
"Sudah Nin." jawab Jovita, datanglah Thomas dari belakang Nina.
"Sudah masuk kamu?" tanya Thomas.
"Sudahlah , ya udah aku mau balik pulang dulu." pamit Jovita pada mereka.
"Hati-hati dijalan." teriak Nina, pundak Nina langsung di pukul Thomas.
"Kalau teriak pakai aturan."
"Suara-suara aku , terserah aku dong ." Nina pergi meninggalkan Thomas sendirian didepan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments