Pagi hari
Neo baru saja terbangun dari tidur, pandangan pertama yang dia lihat adalah seorang wanita yang masih tertidur dengan wajahnya yang sedikit pucat.
"Pagi sayang." Neo menyapa wanita itu . Neo tampak begitu bahagia, Neo langsung bangun dari tempat tidur.
Neo segera mandi, mengingat jika nanti pagi ada rapat yang harus dia hadiri. Neo sudah rapi dengan jas hitamnya, Neo menengok keadaan Jovita yang masih tertidur.
"Cepat bangun sayang." ucap Neo dengan lembut.
Neo langsung turun ke bawah, sudah ada Pak Roy yang sudah menunggu diruang meja makan.
Jovita mulai sedikit sadar, dia mulai bangkit dari tidur.
"Ini dimana." dia sedikit bingung. kenapa dia ada disini, Jovita mulai mengingat kejadian sebelumnya.
"Bukannya aku baru pulang dari tempat kerja. Lalu ini dimana." Jovita kebingungan.
Tiba-tiba saja pintu terbuka,ada seorang wanita datang membawa nampan berisi makanan dan minuman.
"Nona." sontak Jovita makin kebingungan.
"Dia siapa lagi?" batin Jovita
"Ini ada makanan dan minuman untuk nona." ucap pelayan itu.
"Maaf nama kamu siapa ya?"
"perkenalkan nama saya Kinar nona."
"Jangan pakai kata nona, namaku Jovita ."
"Tapi nona."
"Ini aku dimana." Jovita melihat sekeliling ruangan yang penuh warna abu-abu tua dengan ornamen lukisan yang menghiasi dinding.
"Sekarang nona ada di kediaman tuan Neo." seketika dia mulai berpikir.
"Neo?" tiba-tiba masuklah seorang pria yang sudah rapi dengan baju kerjanya, siapa lagi jika bukan Neo.
"Kamu ." tunjuk kearah pria itu,Neo memberi kode para pelayan itu.
Pelayan itu segera keluar dari ruangan itu.
"Bagaimana apa kamu sudah sembuh?" tanya Neo pada Jovita.
Jovita terdiam, dia menatap tajam ke arah Neo.
"Kenapa aku bisa disini?"
"Tadi malam kamu pingsan dijalan, jadi aku membawamu di sini." ucap Neo yang sudah duduk dikursi dekat jendela kamarnya.
Jovita melihat bajunya sendiri.
"Kenapa aku pakai baju kayak gini?"
"kamu." Jovita marah besar sampai dia menatap ke arah Neo, kenapa dia memakai baju seperti ini.
"Ada apa?"
"Pasti kamu ya." teriak Jovita yang marah besar.
Neo membalas dengan sedikit senyuman.
"Kenapa aku pakai baju seperti ini." Jovita menutup tubuhnya dengan selimut.
"Merekalah yang mengganti bajumu. masalah bajumu seperti apa itu bukan urusanku." jawab Neo yang diam-diam dia sendiri yang memilih baju tidur untuk dirinya pakai.
"Lalu dimana bajuku!" teriak Jovita.
"Tanyakan saja pada mereka." Neo langsung berdiri dari tempat duduk.
"Lebih baik kamu istirahat, dan minum obatmu." ucap Neo pada Jovita.
"Aku mau pulang sekarang."
"Tidak." jawab Neo yang tak mengizinkan Jovita pergi.
"Atas hak apa kamu melarang aku pergi?" Jovita dengan beraninya menantang Neo.
"Aku peringatankan untuk lebih tenang."
"Diam dan turuti apa perintahku." Neo langsung pergi meninggalkan Jovita. Pria itu langsung pergi dari tempat itu.
"ahhhhh." teriak kencang Jovita.
"Dasar penganggu ." Jovita marah besar.
"Lama-lama aku bisa tersiksa." teriak Jovita hingga suara itu terdengar hingga diluar kamar.
Dari luar kamar, Masih ada Neo dan beberapa pelayan yang masih berdiri diluar.
"Pak Roy."
"Ya tuan."
"Awasi wanita itu , jangan sampai dia melarikan diri, untuk kalian semua layani kebutuhan dia selama di sini. Apa Kalian semua mengerti?"
"Mengerti tuan." Neo akhirnya pergi dari tempat itu.
"Sekarang kalian siapkan baju untuk nona." perintah Pak Roy pada mereka bertiga.
"Baik, akan kami siapkan." mereka bertiga langsung membagi tugas mereka.
Jovita terlihat lesu, dia masih marah dengan apa yang dilakukan pria itu.
"Aku merasa seperti buronan saja, gimana mau keluar." dia melirik dari arah jendela.
"Aduh, tinggi sekali. Bagaimana mau kabur." Ia baru menyadari posisi dia saat ini ada dilantai atas.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka, datanglah 2 orang pelayan yang salah satu dari mereka membawa baju untuk dirinya.
"Nona, ini baju untuk nona."
"Bisa tidak kalian tidak panggil namaku dengan sebutan nona, aku punya nama." mereka berdua saling menatap.
"Tapi ini sudah aturan nona."
"Mau aturan atau tidak , aku tidak suka." Jovita mengambil baju yang diletakkan diranjang tempat tidur.
"Lho mana bajuku, kenapa malah baju seperti ini."
"Baju yang nona pakai kami cuci dan kami ganti dengan baju baru." ucap pelayan itu.
"Lalu yang kemarin malam apa kalian juga yang mengganti bajuku?" tanya Jovita lagi, mereka berdua menganggukkan kepala.
"Ya sudah aku ganti baju." Jovita menengok dimana pintu kamar mandi.
Setelah masuk ke dalam Jovita kagum dengan kondisi di dalam kamar mandi.
"Wah, luas sekali kamar mandinya." kamar mandinya lebih luas daripada kamar mandi kontrakkannya.
Setelah selesai, Jovita langsung keluar dari ruangan itu.
"Cantiknya." batin dua pelayan yang memuji kecantikan dari wanita tuannya.
"Hey, kenapa kalian bengong."
"Tidak apa-apa nona." jawab mereka, salah satu dari mereka mendekat Jovita.
"Mari nona, saya rapikan rambut anda."
"Tidak, aku bisa sendiri. Lebih baik kalian duduk disana." perintah Jovita.
"Tapi nona, kami harus melayani nona. Dan ini memang tugas kami." ucap pelayan itu.
Pada akhirnya Jovita mengalah, kedua pelayan itu menata rambutnya sedemikian rapi dengan beberapa hiasan rambut yang menghiasi atas kepalanya.
"Lumayan." ucap Jovita yang puas dengan kerja mereka.
"Oh iya, mana tasku." Jovita baru ingat jika disaat pulang kerja dia membawa tas mini.
"Tas nona ada." ucap pelayan itu.
"Dimana?"
"Tas nona kami simpan."
"Sebentar, siapa nama kalian."
"Nama saya Anita nona, sedangkan disamping saya namanya Acha" Mereka mulai memperkenalkan diri.
"Ya sudah Anita, aku minta tasnya sekarang."
"Tapi sebelum itu nona harus minum obat dulu setelah itu nona sarapan dulu." Jovita langsung membalas dengan ekpresi kesal.
"Itu nanti bisa kan, aku cuma minta tasku."
"Tapi saya sudah di ingatkan tuan untuk nona tidak telat minum obat atau sarapan pagi. Jika nona tidak mau, mohon maaf saya tidak bisa memberikan tas pada nona." Jovita makin kesal.
"Ya sudah mana obatnya." jawab jovita dengan nada kesal.
Pelayan itu langsung memberikan obat dengan air putih, setelah itu barulah dia sarapan pagi.
"Bubur?"
"Iya nona, mengingat nona sedang sakit untuk sementara ini nona makanan yang halus. Karna ini perintah dari dokter."
"Ya sudah." Jovita langsung menyantapnya, ya seperti itu rasanya sedikit hambar hanya terasa asin didalam bubur.
Akhirnya dia selesai sarapan pagi, "Boleh aku minta teh hangat?"
"Iya nona." pelayan itu keluar membuat teh hangat untuk nonanya. Setelah menunggu 5 menit, akhirnya pesanan dia datang juga.
"Ini nona teh hangatnya, dan ini tas milik nona." Jovita begitu bergembira akhirnya dia mendapatkan kembali tas miliknya.
Dia mengecek isi didalam, barang didalam masih utuh. Tapi sayangnya baterai handphonenya habis.
"aduh aku lupa bawa charger ." kebiasaan dia lupa membawa sesuatu.
Jovita duduk santai di tempat tidurnya, lama-lama dia bosan. Jovita membuka pintu, dari arah luar sudah ada mereka yang sedang menunggu di luar kamar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments