"Bagaimana tuan, apa kita masuk ke dalam langsung? " tanya Milano.
"Untuk saat ini tidak, biar aku sendiri yang bertindak. " ucap Neo yang diam-diam merencanakan sesuatu untuk Jovita.
"Ayo kita kembali ke kantor. " perintah Neo, mereka pun kembali ke kantor menyelesaikan pekerjaan yang sempat tertunda.
Ditempat kerja
Jovita terlihat sepi hanya ada 3 orang pengunjung yang sedang santai menikmati Coffee.
Akhirnya dia bisa istirahat juga, walaupun hanya duduk tapi cukuplah untuk menghilangkan rasa pegal dikakinya.
Tak terasa sudah waktunya pulang Jovita dan Jhon merapikan barang yang masih berantakan .
"Akhirnya kita pulang juga." ucap Jovita yang sudah rindu dengan kasur empuknya.
"Besok kita kerja shift pagi." ucap Jhon yang masih sibuk mengunci pintu.
"Oke boss." jawab Jovita yang tak sabar ingin pulang dan istirahat dikamar kesayangannya.
"Kuncinya aku bawa." ucap Jhon yang membawa kunci itu.
"Ya sudah, aku mau balik dulu." Mereka berpisah ditempat itu juga. Baru jalan 5 menit jalan kaki dia melihat ada mobil hitam berhenti disamping jalan.
"Masuk ." suara itu seperti tak asing dia dengar.
"Kamu ." tunjuk kearah dalam mobil.
"Cepat masuk." perintah Neo yang tak sabar, Jovita sontak kebingungan.
"Tidak mau." Jovita langsung menolaknya.
"Aku bilang cepat masuk." ucap Neo dengan tatapan dingin ke arahnya.
Dengan terpaksa dia harus menuruti kemauan pria itu.
"Kenapa juga kamu ajak aku, aku bisa pulang sendiri tahu." jawab jovita yang kesal.
Sedari tadi Neo terdiam, sedangkan Jovita terus saja mengomel.
"Sudah selesai." sontak saja Jovita memukul bahu Neo.
"Apa kamu kira aku sedang dongeng, dasar orang dingin." Jovita terus saja mengumpat, reaksi Neo hanya diam saja mendengar Jovita bicara.
"Kita mau kemana?" tanya Jovita.
"Cari makanan." jawab Neo.
" kenapa dari tadi kamu tidak bilang." ucap Jovita yang kesal.
"Mendingan kita cari makan disana." tunjuk kearah depan. Mereka berdua langsung turun dari mobil, masih banyak orang jualan makanan dipinggiran jalan.
"Aku carikan makanan yang enak." Jovita mengarahkan ke arah abang jualan sate.
" Mbak Vita." sapa penjual sate itu.
"Bang, mau pesan sate ayam." Jovita mendekati Neo yang masih berdiri diluar tenda.
"Kamu mau tidak." Neo langsung membalas dengan anggukkan.
"Bang beli 2 porsi." ucap Jovita yang lebih dulu duduk didalam tenda dipinggiran jalan.
"Siap mbak." jawab penjual itu. Jovita melambaikan tangan.
"Ayo kesini, masuk." Neo langsung duduk didepan Jovita.
"Maaf mbak minumannya apa?" tanya ibu itu pada Jovita.
"Es jeruk buk, kamu mau minum apa?" tanya Jovita
"Sama." jawab singkat Neo.
" 2 es jeruk, buk." ibu itu langsung membuat minuman pesanan mereka.
"Ini minumannya non."
" Mbak vita kesini sama cowok ya?" tanya ibu itu pada Jovita.
"Bukan, dia hanya." belum selesai bicara Neo langsung memotong pembicaraan mereka.
"Iya saya cowoknya." jawab Neo, tiba-tiba saja mengaku dia cowoknya.
"Aduh mbak vita masih malu-malu." Jovita melotot kearah Neo.
"Itu tidak bener, bu." Jovita mencoba menjelaskan.
" Kenapa kamu ngaku-ngaku segala." Jovita terlihat kesal dengan apa yang Neo katakan.
Akhirnya pesan mereka datang juga, Neo terdiam melihat hidangan yang ada didepannya.
"Cepatan dimakan, keburu dingin nanti." Jovita dengan lahapnya memakan sate itu. Neo mencoba mengambil satu sate, dan mencoba memakannya walaupun dia tak pernah memakan makanan seperti itu.
"Enak juga." batin Neo yang baru pertama kali ini makan sate di pinggir jalan.
"Enakkan, makanya jangan anggap remeh makanan dipinggiran jalan. rasanya tetap lebih enak kok." ucap Jovita yang masih menikmati enaknya makanan pinggir jalan.
"Kenyangnya." Jovita merasa kenyang, sedangkan makanan Neo juga sama habisnya.
Neo langsung membayar. "Maaf mas, ada uang yang pas. " tanya bapak itu.
"Tidak ada pak. " jawab Neo yang tidak ada membawa uang kecil.
"Sisa kembaliannya buat bapak saja." jawab Neo yang memberikan kelebihan uangnya pada pedagang itu.
"Beneran mas?" Neo membalas dengan anggukkan.
"Terima kasih mas." jawab ibu itu yang begitu terlihat senang. Neo datang menghampiri Jovita yang berdiri di luar.
"Ayo kita pulang." ajak Neo, mereka berdua sudah masuk ke dalam mobil.
Selama dijalan Jovita sedikit diam, matanya melihat situasi diluar jalan yang masih macet penuh dengan kendaraan dijalanan
Mereka akhirnya sampai, "Ya udah aku balik dulu, makasih sudah mengajak makan malam." ketika dirinya hendak ingin keluar tiba-tiba saja tangan kanannya ditarik.
"Lepas, kenapa tarik tangan aku ."
"Ada sesuatu hal yang ingin aku bicarakan ." ucap Neo, Jovita kembali duduk dan tiba-tiba saja pintu mobil terkunci otomatis.
"Kenapa kamu kunci." Jovita mencoba membuka pintu itu, tapi sia-sia mobil itu terkunci otomatis.
"Kamu diam ada sesuatu yang penting yang harus aku bicarakan ." Jovita melirik kearah Neo dengan tatapan tajam.
"Cepatan." Jovita makin tidak sabar.
"Aku cinta padamu." sontak membuat Jovita kaget bagaikan disambar petir.
"Apa kamu bilang, kalau bicara jangan asal kamu. Jangan bilang kalau kamu lagi mau prank aku kan." ucap Jovita dengan nada tawanya.
"Aku serius Jovita, aku benar-benar suka padamu." Neo menampakkan wajah serius didepan wajah Jovita.
Reaksi Jovita langsung terdiam, dia mulai kebingungan, apalagi Neo menatap dirinya dengan tatapan serius.
"Jangan bohong kamu, aku tidak percaya dengan kata cinta. Semua laki-laki sama-sama brengseknya." Jovita tidak percaya dengan kata cinta, apalagi dirinya memiliki trauma yang selama ini dia tutupi.
Neo menarik kedua tangan Jovita, dengan tatapan benar-benar serius.
"Aku serius Jovita, mungkin kita mengenal belum lama. tapi aku sudah merasa nyaman jika dekat denganmu. Aku mohon padamu ." Neo begitu mengharapkan cintanya diterima.
Justru Jovita bingung disisi lain dia masih merasa trauma, tapi di sisi lain dia bahagia masih ada seorang pria yang tulus mencintai dirinya.
"Aku tahu pasti kamu pernah merasakan sakit hati karena cinta, tapi aku serius dengan apa yang aku ucapkan ini. Aku janji akan selalu membahagiakan dirimu." Jovita hanya terdiam, dia mulai bingung harus bagaimana.
"Tapi kenapa harus aku?" Jovita mulai berani bicara.
"Karna kamu wanita pertama yang menolong aku, disaat itulah aku bisa menilai ketulusanmu." jawab Neo yang sadari awal sudah ada rasa suka padanya.
"Tapi kan masih ada wanita yang paling cantik di luar sana aku hanya wanita biasa." kata Jovita pada Neo.
"Cantik itu relatif, yang terpenting aku nyaman dekat denganmu." posisi mereka saling berdekatan
Sesekali dia mengelus kepala Jovita, bau harum tercium dihidungnya seperti aroma mawar.
"Ya sudah, lebih baik kamu pulang. Tidur dan istirahatlah." Jovita langsung berdiri dari posisi duduknya.
Mereka berpisah dari tempat itu, Jovita masih bingung harus bagaimana. Apalagi status dia hanyalah orang biasa sedangkan Neo dari orang berada.
Jovita sudah sampai dikontrakkannya, dia langsung ke kamarnya dan tiduran di tempat tidurnya.
"Aku harus bagaimana?" dia memejamkan mata seolah dia masih bingung harus bagaimana.
Handphone Jovita bergetar ternyata pesan dari Neo.
"Tidur yang nyenyak selamat malam sayang." wajah Jovita langsung memerah.
"Ya ampun beraninya dia mengucapkan kata sayang." kata Jovita, Jovita pun tertidur pulas dengan handphone yang masih ada ditangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments