...Bismillahirohmanirohim....
...Sebelum baca jangan lupa bismillah dan shalawat dulu 🤗...
...بسم الله الر حمن الر حيم...
...Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad....
...اللهم صلي عل سيدن محمد و عل ال سيدن محمد....
Pagi ini Syahira sedenga sibuk di dapur membuat sarapan untuk dirinya dan Arsya. Niatnya selesai sarapan nanti mereka akan kembali mencari keberadaan Arsyi, kemarin setelah hujan reda Syahira memutuskan untuk pulang karena tidak ingin Arsya jatuh sakit.
"Arsya," panggil Syahira sambil mencari keberadaan putrinya.
Mereka tinggal di rumah yang sederhana tapi masuk cukup layak untuk menjadi tempat tinggal.
"Arsya, sayang."
Untuk kedua kalinya Syahira memanggil putri sulungnya masih tidak ada jawaban dari Arsya. Syahira berjalan menuju ruang tamu sampai disana dia melihat Arsya yang sedang menatap foto Ia dan Arsyi.
"Kamu pasti kangen Arsyi, Nak. Bunda juga kangen adik kamu, semoga di luar sana dia baik-baik saja. Dan semoga kita bisa cepat berkumpul lagi," gumam Syahira menatap sendu Arsya.
Ibu dua anak itu berjalan mendekati sulungnya yang masih betah memandang sebuah foto, satu tangan Syahira yang kosong mengelus pucuk kepala Arsya membuat anak kecil itu menoleh pada bunda.
"Nanti kita cari Arsyi sama-sama ya, setelah sarapan. Arsya juga tidak boleh melewatkan sarapan pagi."
"Tapi Alsyi di lual sana salapan juga tidak bunda?"
Syahira tidak dapat menjawab pertanyaan putrinya, dia juga sekarang memikirkan bagimana keadaan Arsyi, anak itu apakah baik-baik saja di luar sana.
"Bunda ngapain bawa spatula," ucap Arsya lagi memecah keheningan antara dirinya dan sang bunda. Tidak ingin melihat Syahira bersedih Arsya langsung tersenyum.
"Bunda belum selesai masak bukan?"
"Astagfirullah, untung kamu ingetin bunda." Syahira menepuk pelan keningnya membuat Arsya tertawa kecil.
"Sudah sana bunda selesaikan dulu masaknya, setelah salapan kita langsung cali Alsyi."
"Siap bos! Anak bunda pintar sekali, bunda masak dulu sayang," pamit Syahira membuat Arsya mengangguk setuju.
Setelah memastikan jika putrinya baik-baik saja Syahira kembali melanjutkan acara masak memasaknya. Syahira membuat sarapan sesederhana tapi kali ini dia sengaja masak lebih agar siang tidak perlu masak lagi.
"Kamu dimana Nak, bunda sangat mengkhawatirkanmu," gumam Syahira tapi dia tetap terus memasak.
Di runag tamu Arsya masih saja menatap foto dirinya bersama sang saudara kembar. "Kamu pelgi kemana sih Alsyi! Kemalin padahal sudah janji sama aku dan Bunda tidak akan pelgi kemana-mana," marahnya.
"Lihat saja aku akan memalahimu kalau ketemu abisnya buat bunda khwatil sih." Arsya semakin mengoceh seakan dia memang sedang bicara dengan adiknya.
Tok...Tok...Tok...!
"Permisi, Assalamualaikum," seorang mengucapkan salam dari luar rumah.
"Arsya tolong lihat sebentar siapa yang datang," suruh Syahira dari dapur.
Dapur dan ruang tamu memang hanya terpisah tembok saja. Jadi dari dapur Syahira masih bisa melihat sedikit celah apa yang sedang putrinya kerjakan.
"Baik bunda," patuhnya.
Langkah Arsya menuju pintu rumah dengan segera dia membuka pintu perlahan-lahan. "Wa'alaikumsalam," jawab Arsya ketika pintu sudah terbuka.
"Allsya!" anak kecil itu langsung memeluk kembarannya.
Alvan terpaku melihat dua bocah kembar di depannya saling berpelukan satu sama lain, mereka sangat mirip sekali.
"Alsyi, kamu kemana saja sudah membuat bunda khawatil tahu, bunda sedih Alsya juga sedih." Arsya belum menyadari kehadiran Alvan.
Sepertinya bocah itu sangat senang bisa kembali bertemu dengan kembarannya. "Maaf Allcya jangan malah ya cama Allcyi coalnya kemalin itu ada olang jahat," adunya.
"Dimana olang jahatnya?" sahut Arsya refleks melepaskan pelukan mereka berdua.
Lagi-lagi Alvan tertegun melihat reaksi dua bocah kemabar ini, sejak tadi dia tidak tahu harus bicara apa makannya Alvan hanya diam bak patung diantara kedua bocah ini.
"Cudah pelgi penjahatnya, Allcyi yang ucil," ucapnya merasa bangga.
"Alsyi memang yang terbaik."
Menyadari ada bayangan orang lain Arsya mendongkan kepalanya agar bisa menatap ketasa. "Dia siapa Alsyi?" tunjuknya pada Alvan.
"Ayah kita!"
"Selius? Kamu tidak bohong bukan." Arsyi mengangguk.
Sebelum menyapa Alvan, kakak kembar Arsyi itu menatap lama Alvan begitu juga sebaliknya. Lagi-lagi Alvan merasa seperti memiliki ikatan kuat dengan keduanya.
"Siapa tamunya Arsya?" suara Syahira dari dalam rumah membuat Alvan jadi menatap ke dalam rumah tersebut begitu juga kedua bocah itu.
Dengan santainya Syahira berjalan menuju pintu rumah padahal dia masih memakai baju pendek dan celaan di atas lutut lalu apron yang melindungi bajunya. Jangan lupakan rambut yang digulung sampai memperlihatkan jelas leher jenjangnya.
"Arsya si-" ucap Syahira terhenti ketika netranya tidak sengaja bersi tatap dengan netra elang milik Alvan.
"Dia," gumam Syahira pelan sejenak dia memaku di tempatnya.
"Cantik," walaupun Syahira tidak bisa mendengar apa yang Alvan ucapkan, tapi dia tahu gerak bibir Alvan mengucapkan kata 'Cantik'
"Astagfirullah hal-adzim!" kaget Syahira menyadari ada yang salah dengan dirinya.
Bruk!
Refleks Syahira langsung menutup pintu rumahnya, dia segera berlari menuju kamarnya. Sekarang Syahira tidak tahu harus ditaru dimana mukanya saking malunya dia di hadapan seorang laki-laki yang tidak asing bagi Syahira hanya memakai baju pendek dan celana pendek saja.
Ketiga orang yang masih berada di luar rumah menatap heran Syahira, saking kerasnya dia menutup pintu hampir saja membuat Arsya terhuyung ke depan untung saja Alvan bergerak cepat.
"Astagfirullah hal-adzim, sekarang harus gimana. Tapi aku merasa pernah bertemu dengan laki-laki itu, dimana? Aku juga merasa pernah dekat dengannya. Tapi kapan dan dimana kami pernah bertemu."
Di luar rumah.
"Ada apa, dengan unda Allcya?" tanya Arsyi bingung.
"Tidak tahu."
"Tadi bunda kalian," ucap Alvan ikut bergabung mengobrol bersama kedua bocah tersebut.
"Benal itu bunda kita, ayo masuk dulu O-" Arsya bingung harus memanggil Alvan dengan sebutan apa.
"Panggil saja ayah, seperti Arsyi memanggil ayah pula."
"Memang Om ayah kita?"
Mendapatkan pertanyaan tak terduga dari Asrya Alvan mengaruk telinganya yang tidak gatal padahal.
"Sekalang ayah Alvan, ayah kita Allcya! Kita cudah punya ayah."
"Kenapa Alsyi mau dia menjadi ayah kita?"
"Baik cekali," Arsya mengangguk pasrah.
Byur!
Tanpa diduga hujan langsung turun dengan sangat lebat padahal sebelumnya tidak ada tanda-tanda hujan akan datang. Arsya dan Arsyi kompak menarik tangan Alvan agar masuk ke dalam rumah.
"Huja ayah," ucap Arsyi memberi pengertian Alvan mengangguk senang.
"Arsyi sayang," panggil Syahira yang sudah memakai pakaian syar'i.
"Unda, Allcyi kangen unda."
"Bunda juga kangen sayang, maaf tidak bisa menjagamu dengan baik. Bunda janji hal seperti ini, Insya Allah tidak akan pernah terjadi lagi. Baik denganmu maupun Arsya."
Berkali-kali Syahira menghujani putrinya ciuman di kening dan papi sang anak, mata Syahaira sudah berkaca-kaca tanap terasa Ia menetaskan air mata, Alvan yang melihatnya masih terpaku. Entah kenapa di dalam hatinya Alvan ingin sekali menghapus air mata itu.
"Unda jangan menangis."
"Allcyi yang calah tidak mendengalkan pecan unda, padahal Allcyi cudah janji tidak akan pelgi kemana-mana."
"Tidak sayang memang bunda yang salah.". Syahira membawa kedua putrinya ke dalam pelukan hangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Yani
Penasara masa lalunya Syahira gimana cerit6
2023-11-15
7