Mirip Hellboy

Rania yang saat itu hanya menggunakan kain dalaaman saja. Ia langsung menutupi bagian tubuhnya yang sensitif dengan kedua tangannya. Evan yang sempat melihat sekilas benda yang ukurannya cukup besar dan bersih itu langsung membalikkan badannya membelakangi sang istri.

Rania yang panik, ia mengambil apapun di sekitarnya untuk menutupi tubuhnya. Kebetulan ada selimut di sampingnya dan ia pun segera mengambil selimut itu dengan cepat sambil mengomeli sang suami.

"Eh! Siapa suruh kamu masuk! Kamu sengaja kan cari-cari kesempatan!" seru Rania dengan kesal.

"Heh! Siapa juga cari-cari kesempatan. Mana aku tahu kalau kamu ada di sini, itu fitnah!" sahut Evan.

"Ya kali, sebelumnya ketok pintu dulu kek! Nggak main nyelonong aja! Untung aja belum aku buka semua. Awas aja kalau berani lihat!"

"Halah! Lagipula aku sudah lihat semuanya dan besarnya cuma segitu doang. Masih lebih besar buah semangka!" jawaban Evan yang seketika membuat Rania melihat ke arah kedua dadanya. Membandingkan antara miliknya dengan buah semangka.

"Ya iyalah gedean semangka, dasar otak mesum! Mana ada yang gedenya sebesar semangka. Dasar ngaco! Udah udah keluar sana! Aku mau ganti baju, gerah woi!" seru Rania sambil mendorong Evan untuk segera keluar dari ruangan ganti.

"Eh eh main dorong aja!" pekik Evan saat Rania mendorong dirinya keluar dari ruangan itu. Benar saja, karena terlalu keras Rania mendorong tubuh suaminya. Evan pun terjungkal ke lantai dan tak sengaja kepalanya terbentur.

"Aduhhh!" pekik pria itu sambil memegangi kepalanya. Sedangkan Rania tampak melototkan matanya saat ia tahu sang kepala sang suami terbentur ke lantai. Gadis itu spontan berlari kecil ke arah suaminya dan mencoba untuk menolongnya. Meskipun ia hanya berbalut selimut. Namun Rania masih berusaha untuk bertanya tentang keadaan Evan yang saat itu masih berjongkok.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya gadis itu sambil sedikit membungkukkan badannya. Evan masih memegangi kepalanya yang teramat pusing akibat benturan yang cukup keras itu.

"Nggak apa-apa gimana? Nih, lihat! Benjol, kan!" sahut pria itu sambil menoleh ke arah sang istri yang masih penasaran dengan kondisi dirinya.

Melihat benjolan di kepala Evan, seketika Rania tertawa terbahak-bahak melihat wajah sang suami yang menurutnya lucu.

"Malah ketawa lagi! Ini semua gara-gara kamu tahu nggak! Gimana aku mau pergi dengan muka seperti ini!" umpat Evan sambil beranjak berdiri. Karena kondisinya yang masih pusing membuat pria itu berdiri sedikit sempoyongan. Sehingga tidak sadar kakinya menginjak selimut yang dipakai Rania untuk menutupi tubuhnya. Ujung selimut itu menjuntai sampai ke lantai sehingga Rania tidak tahu jika kaki Evan tengah menginjaknya.

Siapa sangka di saat Evan beranjak berdiri. Handuk yang melilit pada pinggangnya tiba-tiba melorot. Alhasil, Evan panik dan spontan mengambil handuknya yang terjatuh di atas lantai.

"Sialan! Ngapain sih pakai jatuh segala, merepotkan saja!" umpat Evan dengan panik.

Mengetahui jika handuk suaminya terjatuh. Rania pun langsung bergegas menutup kedua matanya setelah itu ia cepat-cepat beranjak untuk pergi meninggalkan Evan. "Oh ya ampun! Bisa-bisanya aku lihat ginian ya Allah. Sumpah mataku benar-benar berdosa. Mana panjang banget, idiihhh ngeri!" pikir Rania yang salah tingkah. Namun, tidak semudah itu Rania bisa pergi dari sana.

Karena selimut yang menutupi tubuhnya terinjak oleh kaki Evan. Sehingga membuat selimut itu tertinggal saat gadis itu berlari.

"What! Selimutnya!!!" Rania merasakan jika selimut itu terlepas dari tubuhnya dan tertinggal di atas lantai, di mana Evan sedang berada di sana sambil mengambil handuknya.

Keduanya sama-sama menoleh. Rania yang tanpa penutup selimut dan Evan yang masih polos dengan handuknya yang tergeletak di atas lantai. Keduanya saling menatap satu sama lainnya. Sejenak keduanya terdiam seolah tercengang. Sampai akhirnya, keduanya sadar dan sama-sama berlari untuk bersembunyi.

Rania langsung berlari masuk ke kamar mandi sedangkan Evan bersembunyi di balik lemari. Sesampainya di kamar mandi, Rania tampak ngos-ngosan. Begitu juga dengan Evan yang terlihat masih repot dengan handuknya.

"Aduhhh! Bisa-bisanya selimutnya ketinggalan! Duh malu banget ya Allah!"

"Sialan nih handuk! Ngapain juga pakai melorot! Eh dia lihat ngga ya! Semoga saja dia nggak lihat. Bisa malu banget aku!"

Keduanya sama-sama saling membatin. Namun, entah kenapa setelah beberapa saat akhirnya keduanya saling tertawa kecil mengingat kejadian yang baru saja terjadi. Rania tampak menepuk jidatnya sambil senyum-senyum sendiri. Begitu juga dengan Evan yang juga tertawa saat melihat handuknya sendiri.

"Dasar cowok sableng! Dari dulu tetap sableng!"

"Gokil juga si Rania. Padahal dia nggak pernah pakai baju seksi. Aku pikir dia nggak punya onderdil. Ternyata besar juga, udah gitu bersih sekali, dasar gila!"

Keduanya sama-sama tertawa. Sampai akhirnya Rania melanjutkannya dengan membersihkan dirinya dan Evan yang sedang mengganti bajunya.

Setelah mengganti bajunya. Evan segera keluar dari kamar dan meninggalkan Rania di kamar dan membiarkan gadis itu untuk beristirahat.

Sesampainya di luar kamar. Junior tidak sengaja melihat wajah sang papa yang aneh. Evan yang awalnya masih percaya diri untuk bertemu dengan kliennya. Hari itu dirinya menjadi tidak semangat apalagi sang anak yang berkata. "Papa, itu kepalanya kenapa? Kok kayak alien sih!" seru sang bocah sambil menunjuk ke arah kepala Evan yang masih benjol.

Spontan Evan meraba kepalanya dan ia masih merasakan benjolan itu terasa besar. Mama Rose yang tidak sengaja melihatnya juga terkejut saat melihat wajah putranya.

"Evan! Kamu kenapa itu?" sahut mama Rose sambil menahan tawanya. Bukannya kasihan, mama Rose dan Junior justru menertawakan Evan.

"Papa lucu banget ya, Om. Mirip Hellboy!"

"Eh, kok mirip Hellboy! Papa udah dandan ganteng gini masak kayak Hellboy!" sahut Evan tak terima.

"Junior benar, Van. Maaf mama ketawa, emang kamu ucul banget!" sambung sang mama yang justru pro dengan sang cucu.

"Ah mama. Ini semua gara-gara si Rania tuh! Dia dorong Evan sampai kejedot lantai. Dia memang cewek ugal-ugalan. Padahal Evan udah PD setinggi langit untuk datang bertemu dengan pak Nolan. Bisa-bisanya disebut mirip Hellboy. Kalau kayak gini Evan malu ketemu sama mereka!" ucap pria itu yang akhirnya pesimis untuk datang ke acara kantor.

Mendengar itu, sang anak pun menyahuti. "Ya udah, Pa. Mending ngga usah ke kantor. Lagipula papa dan mama kan baru saja menikah. Masa iya mama ditinggal gitu aja sih!"

"Junior benar, mama setuju sekali. Ini kan hari bahagia kalian. Udahlah izin aja dulu di pertemuan itu. Masih ada kesempatan lain, kan. Atau enggak wakilkan saja ke sekertarismu kan bisa!" sambung mama Rose.

"Iya tuh, Pa. Kita ke dokter aja deh, Pa. Kita pergi sama mama Rania juga!" sahut sang bocah yang tiba-tiba memiliki ide untuk mengajak kedua orang tuanya pergi bersama.

"Ngapain ke dokter? Papa nggak sakit kok!"

"Jangan disepelekan, Pa. Ada cerita nih, papanya saudara temannya Junior ada yang kayak gitu, kejedot dinding kepalanya. Eh besoknya amnesia, Pa. Tak lama kemudian dia meninggal, Pa!" ucap Junior yang membuat Evan membulatkan matanya.

"Hah! Serius meninggal? Cuma kejedot doang bisa meninggal?" sahut Evan panik. Sementara mama Rose antara terkejut dan ingin tertawa. Karena ia tahu jika itu adalah

"Ihh beneran, Pa. Masa Junior bohong sih! Buruan yuk ke dokter daripada nanti Papa kenapa-kenapa, hayo!"

Seru bocah itu yang bicaranya persis orang dewasa. Evan pun mulai berpikir jika ucapan sang anak ada benarnya. Karena ia merasakan kepalanya masih terasa nyeri.

"Iya sih! Kamu benar juga. Papa belum mau meninggal. Kalau Papa meninggal siapa yang jagain kamu dan mamamu. Papa nggak mau kamu punya papa lain!"

Entah disadari atau tidak jika ucapan Evan seolah dirinya tidak rela jika Rania menjadi milik orang lain.

"Cieee! Papa nggak mau ya mama Rania bersama pria lain, uluh-uluh co cwit!" goda sang anak sambil tersenyum menatap wajah sang papa yang tampak salah tingkah.

"Apa sih, Jun! Ya enggak lah! Kamu salah dengar tadi. Emangnya tadi papa ngomong apa!" ucapan Evan langsung membuat bocah itu menepuk jidatnya.

"Au ah, sekarang Junior mau panggil mama dulu."

"Eh ngapain kamu panggil mamamu? Nggak usah panggil dia, biarkan mamamu istirahat di kamarnya!" sahut Evan yang panik saat sang anak memanggil Rania.

Junior akhirnya menarik tangan sang papa dan mengantarnya pergi lagi ke kamar. Evan tidak bisa menolak permintaan anaknya karena dirinya sangat menyayangi putra satu-satunya dari pernikahannya dengan Rina.

"Heh kamu mau bawa kemana?" tanya Evan.

"Papa sebaiknya istirahat saja dan tidak usah pergi ke mana-mana. Besok pagi kita ke dokter bersama mama!" ucap Junior dengan polosnya. Sementara itu mama Rose tampak senyum-senyum sendiri melihat kecerdasan sang cucu untuk mendekatkan Evan dan Rania.

"Tapi, Nak. Papa ini sudah ditunggu oleh pak Nolan!" ucap Evan lemas.

"Emangnya papa mau pergi dengan jidat yang benjol itu? Biar nanti Junior yang telpon Om Nolan. Papa nggak usah khawatir. Sekarang papa masuk ke kamar, cepat!" titah sang bocah yang entah kenapa selalu tidak bisa Evan tolak.

Junior membuka pintu kamar sang papa dan segera membawa masuk Evan. Di saat yang bersamaan, Rania yang sudah selesai mandi dan memakai baju. Gadis itu terkejut melihat kedatangan suaminya dan Junior.

"Loh, Junior. Ada apa, Sayang? Kenapa kamu ada di sini?" tanya Rania yang saat itu sedang memakai kaos oblong dengan celana Jogger. Sedangkan rambut panjangnya ia cepol ke atas. Tanpa makeup atau polesan lipstik pada wajahnya. Benar-benar pure wajah asli Rania yang kini terpampang jelas di depan mata.

"Ini, Ma. Papa nakal mau pergi. Padahal muka papa kayak Hellboy gitu." jawab sang bocah yang seketika membuat Evan meraba benjolannya yang dikatakan seperti Hellboy oleh putranya. Rania langsung melihat wajah sang suami yang membuatnya ingin sekali tertawa. Namun, ia berusaha untuk tetap tenang agar Junior tidak berpikir macam-macam.

"Astaga! Junior benar. Benjolannya semakin besar dan mirip sekali dengan Hellboy!" batin Rania dengan wajah yang menahan tawa.

"Oh iya. Mama sudah tahu. Tapi papamu harus ada pertemuan hari ini!" ucap Rania.

"Soal itu biar Junior yang telepon Om Nolan. Pasti Om Nolan akan memakluminya. Mama jagain papa saja. Besok kita antar papa ke dokter, Ma. Biar diperiksa sama dokter tuh kepala papa!" ucap Junior dengan polosnya.

"Aduh Junior. Papa ini tidak kenapa-kenapa. Papa baik-baik saja!" sahut Evan yang masih ngotot jika dirinya masih sehat.

"Pokonya Junior ingin papa ke dokter besok. Apa Papa mau jadi amnesia lalu meninggal kayak papanya saudara temannya Junior? Enggak, kan!" seru Junior yang persis sekali dengan cara berbicara orang dewasa.

"Ya nggak mau!"

"Ya udah, Papa nurut aja sama Junior. Sekarang papa istirahat bersama mama. Gimana sih, pengantin baru kok mau pergi ninggalin mama. Tidak akan Junior biarkan itu terjadi, Papa!" ucap sang bocah dengan tegas.

"Iya iya. Papa di rumah saja."

Sementara itu, Rania tampak melongo melihat percakapan antara anak dan ayah itu. Benar-benar sifat Junior sangat dewasa dan Evan pun terlihat sangat menurut kepada putranya.

"Kalau begitu, Junior pergi dulu. Dadah Papa, dadah mama!"

Rania tersenyum melihat kepergian sang anak. Kini, tinggal mereka berdua berada di dalam kamar.

Setelah kepergian Junior, Rania tidak bisa lagi menahan rasa ingin tertawanya melihat wajah suaminya sendiri. Gadis itu tertawa kecil melihat benjolan yang besar dan berwarna merah pada jidat suaminya.

"Ya ampun, itu jidat kamu bisa-bisanya kayak bakso!" ucap Rania mengejek sang suami.

Evan tampak kesal saat Rania mengejeknya. Ia pun membalasnya dengan berbalik mengejek penampilan sang istri. "Nggak usah ngetawain orang! Ini juga karena kamu. Coba saja kamu tidak mendorongku tadi. Pasti tidak mungkin aku kayak gini. Hmm ... maklumlah yang aku nikahi ini wanita yang bukan berjiwa cewek. Dasar gadis bar-bar! Lihat aja penampilanmu! Di mana-mana cewek itu pakai rok bukan celana. Ini trining olahraga dipakai. Emangnya kamu mau tidur dengan pakai baju olahraga!" umpat Evan.

Tak terima dengan ucapan Evan. Rania pun membalasnya. "Dih biarin aja! Suka-suka aku dong! Mending pakai trining daripada rok. Pakai trining meminimalisir kejadian tak terduga," ucap Rania dengan santainya.

"Kejadian tak terduga apa maksudmu?"

"Ya kali aja kamu khilaf dan memperkosa aku. Ihhh ogah banget!" ucapan Rania seketika membuat Evan tertawa.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Yuli Yuli

Yuli Yuli

tu anak🤣🤣🤣🤣

2024-03-05

1

re

re

Dikerjain Junior

2024-02-11

2

Sri Murtini

Sri Murtini

cenat cenut mikirin omongan rania

2023-12-30

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!